Refleksi Akhir 2013, Jubir HTI: “Tabir Busuk Parpol SemakinTerkuak,Demokrasi Menjadi Pangkal Penyakitnya”
Ismail Yusanto (Jubir HTI) |
Tahun 2013 menjadi tahun yang penting
menjelang suksesi kepemimpinan Indonesia. “Namun di tengah persiapan
menjelang Pemilu, tabir busuk partai politik semakin terkuak, dan
pangkal segala penyakitnya adalah sistem demokrasi sekuler ” ungkap
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Selasa
(24/12) melalui surat elektronik.
Menurut Ismail, syahwat mereka mengumpulkan pundi-pundi uang dengan
segala cara untuk kepentingan demokrasi tak bisa ditahan lagi. Jadilah
partai politik menjadi sarang bercokolnya para koruptor. “Wakil-wakil
rakyat yang duduk di DPR satu per satu dicokok oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK),” bebernya.
Ia mengingatkan, setelah tahun sebelumnya M Nazaruddin (bendahara
Partai Demokrat) dijebloskan ke penjara karena terbukti korupsi giliran
berikutnya adalah teman-temannya. Ada Angelina Sondakh yang November
lalu dijatuhi hukuman 12 tahun penjara oleh Mahkamah Agung. Sementara
Andi Alfian Mallarangeng, Menteri Pemuda dan Olahraga dari Partai
Demokrat, ditahan KPK karena diduga terlibat korupsi Wisma Atlet di
Hambalang. Kasus yang sama menyeret mantan Ketua Umum Partai Demokrat
Anas Urbaningrum. Padahal mereka ini sebelumnya adalah bintang iklan:
“Katakan tidak pada korupsi!”
Bukan hanya Partai Demokrat, Ismail
pun menyinggung utak-atik proyek yang dilakukan oleh kader Partai
Keadilan Sejahtera. “Tak tanggung-tanggung, pelakunya adalah Presiden
PKS Luthfi Hasan Ishaq. Di penghujung Januari, ia ditangkap KPK karena
terlibat dalam pengaturan impor daging sapi dan tindak pidana pencucian
uang. Di persidangan, Lutfi dinyatakan bersalah dan divonis 16 tahun
penjara dan hartanya disita.”
Menurut Ismail, dalam sistem demokrasi korupsi ini tidak hanya
menjadi domain wakil rakyat, birokrat pun terlibat. Beberapa hari
sebelum Luthfi, Irjen Pol Joko Susilo digelandang KPK. Ia didakwa
terlibat korupsi simulator SIM. Di persidangan Joko divonis 10 tahun
penjara.
Rupanya, korupsi ini sudah menjadi penyakit akut dan menjangkiti
semua lini. Agustus 2013, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini tertangkap
tangan menerima suap di rumahnya. Uang itu dari perusahaan migas yang
ingin memenangi tender.
Wakil Presiden Boediono diperiksa KPK karena diduga bertanggung jawab
atas pengucuran dana bagi Bank Century, Rp 6.7 triliun. “Demikian pula
Istana disebut-sebut terlibat dalam berbagai tindak korupsi dalam kasus
impor daging sapi dan Hambalang,” ungkapnya.
Dan yang paling spektakuler di tahun 2013 adalah tertangkapnya Ketua
Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar oleh KPK. Ia dicokok di rumah dinasnya,
komplek pejabat tinggi negara karena diduga menerima uang suap dalam
kasus Pilkada di Kab Gunung Mas, Kalimantan Tengah. “Bersamanya
digelandang pula kader Partai Golkar Chairunnisa,” tambahnya.
Ternyata Akil tidak hanya bermain di
satu Pilkada itu saja. Ia pun diduga menerima suap dalam kasus Pilkada
Lebak, Banten. Saat itu pula KPK menangkap Tubagus Chaeri Wardhana, adik
kandung Gubernur Banten Atut Chosiyah. Dari sinilah, berbagai kasus
korupsi di Banten oleh keluarga Atut mulai terkuak.
Terungkap pula, dinasti Atut menguasai
hampir semua lini pemerintahan di provinsi paling barat pulau Jawa itu.
Dan ada dugaan, terjadi penyalahgunaan kekuasaan di dalamnya. “Sehingga
kini Atut pun digelandang ke KPK,” pungkasnya.[Joko Prasetyo/hti/vm.com]
Posting Komentar untuk "Refleksi Akhir 2013, Jubir HTI: “Tabir Busuk Parpol SemakinTerkuak,Demokrasi Menjadi Pangkal Penyakitnya”"