Menjaga Ketahanan dan Keharmonisan Keluarga
Sebagai pendidik, terlebih lagi sebagai ibu rasanya tidak habis pikir bagaimana bisa seorang ibu menghabisi anak kandungnya sendiri, berita yang dimuat republika online tentu bukan berita baru dan bukan satu satunya kasus penyiksaan hingga mengakibatkan anak meninggal oleh orang tua sudah sering kita dengar, dan banyak terjadi tanpa ada tanda tanda akan berkurang.
Mengapa, dimana spirit kasih ibu sepanjang jalan, dimana surga di bawah telapak kaki ibu, sehingga ibu, orang tua, keluarga yang seharusnya menjadi tempat teraman di dunia ternyata malah membawa petaka bagi sang anak belahan jiwa.
Dari kasus terbaru, dan beberapa kasus yang telah lalu, bisa kita runut bahwa anak hanyalah korban dari kulminasi persoalan yang ada di dalam rumah tangga, ketidakmampuan seorang ayah sebagai nahkoda dan Ibu sebagai penyeimbang dalam bahtera rumah tangga mengarungi luas kerasnya lautan hidup, membuat kapal oleng dihantam badai masalah, dan ternyata pada kasus bryan aditya ini, kedua orang tua menumbalkan anaknya sebagai korban. Sebagaimana disebutkan di republika.co.id dan beberapa media lain bahwa factor yang menyebabkan sang ibu menganiaya putranya adalah karena ketidakharmonisan dalam keluarga bersama suaminya.
Keharmonisan jadi kata kunci dalam dalam kesuksesan membina keluarga dan ini tidak didapatkan oleh keluarga ini, dan tentu saja kata ini yang dicari oleh hampir seluruh ummat manusia. Tetapi ternyata tidak mudah, banyak contoh berita dimana keluarga begitu mudah berpisah, dan tentu yang dituding sebagai kambing hitam adalah ketidakharmonisan.
Lalu apa yang factor yang menyebabkan keharmonisan dalam keluarga itu goyah bahkan sirna, beberap factor yang bisa kita telaah di sini adalah factor ekonomi, factor social (hubungan social bermasyarakat terutama dengan lawan jenis) dan personality atau keimanan seseorang.
Tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi, menjadi momok paling menakutkan dalam upaya mewujudkan keharmonisan dalam rumah tangga, padahal di dalam system kehidupan hedonis kapitalistik uang adalah keniscayaan, syarat pertama dalam keharmonisan dan itu tidak bisa terelakkan, dan berapa banyak keluarga berantakan disebabkan oleh perekonomian keluarga yang buram memerah.
Disinilah justru kebutuhan akan system ekonomi yang melindungi keluarga, salah satu karakter yang sangat membedakan ekonomi kapitalis dan Islam adalah, bahwa kapitalis berbasis individu menciptakan manusia tega siapa yang kuat dia yang akan mendapatkan kecukupan ekonomi dan yang lemah dipersilahkan merana, keadilan Ekonomi Islam seperti dalam surah al Hasyr ayat 7 “… agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu … “
Mendorong pada setiap orang agar memperhatikan kebutuhan ekonomi orang lain, mengetahui apakah tetangganya malam ini makan apa tidak, saling tolong menolong yang pola ini bisa mengurangi dan meringankan beban ekonomi di setiap pundak masyarakat.
Factor hubungan social, bebasnya pergaulan terutama antara laki laki dan perempuan sebenarnya merupakan benih utama potensi munculnya masalah dalam rumah tangga, kemudahan akses komunikasi dengan lawan jenis telah membuka pintu hubungan terlarang, selingkuh dan sudah terlalu banyak contoh kasus keretakan kehancuran keluarga yang diawali dari kasus perselingkuhan, dan tentu kita tahu tidak ada perselingkuhan bila hubungan laki laki dan perempuan terjaga, dimana ini merupakan hasil pasti dari gaya hidup kapitalis secular yaitu kebebasan.
Islam sebenarnya telah menetapkan peraturan yang unik terkait dengan aturan hubungan antara laki laki dan perempuan, menetapkan aturan berpakaian, menetapakan kehidupan khusus dan umum, dimana ada batas sejauh mana laki2 boleh berinteraksi dengan perempuan, hal ini diatur dengan jelas dalam islam yang salah satunya bisa kita telaah di buku nidzamul ijtima’I fil Islam (Sistem pergaulan dalam Islam).
Selanjutnya tentu saja personality dan keimanan seseorang, asumsi persoalan apapun yang melanda keluarga baik dari segi ekonomi maupun social maka keimanan individu yang kuat bisa memberi suspensi yang bisa meredakan gejolak persoalan. Masalahnya adalah sejauh mana individu mampu menahan beban persoalan, semakin tipis membran keimanan seseorang tentu sedikit saja masalah menerpa akan mudah merobek membran keimanan tersebut.
Disinilah juga diperlukan peran Negara yang berfungsi meminimalisir persoalan persoalan yang bisa mengganggu keharmonisan rumah tangga. Mulai dari kebijakan ekonomi yang merata, dan perlindungan terhadap penyakit penyakit social dengan penerapan kontrol dan sanki yang tegas terhadap sumber sumber penyakit social seperti pornografi dan pornoaksi, gaya hidup menyimpang dan sejenisnya.
Kita tentu berharap bahwa Negara benar benar menjalankan fungsinya sebagai pelindung keluarga, bukan hanya berfungsi seperti perusahaan yang berhitung untung rugi dengan rakyatnya, tetapi Negara berasaskan islam, yang bertujuan melindungi, mengayomi rakyat di dalamnya, tidak ada petaka rumah tangga, tidak ada lagi korban. [VM]
Pengirim : Retno Harsiwi, S.Pd (PengajarSMAN 1 menganti Gresik)
Posting Komentar untuk "Menjaga Ketahanan dan Keharmonisan Keluarga"