Urgensi Peran dan Asuhan Ibu dalam Membangun Ketahanan Keluarga


 R. E. Febrianti, S. AP(*)
(Alumni UMMI jurusan Administrasi Publik)

Tentunya masih lekat dalam ingatan kita mengenai kasus pelecehan seksual terhadap anak oleh Andri Sobari alias Emon. Kasus ini konon menjadi kasus pelecehan seksual terhadap anak yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Pernahkah kita membayangkan bagaimana nasib korbannya saat ini? Beberapa dari mereka kini manjadi penikmat. Jika mereka sedang ‘ingin’, mereka saling memuaskan satu sama lain, antara korban satu dengan korban lainnya. Berapa usia mereka? Saat menjadi korban, usia tertua mereka 13 tahun. Kini di usia mereka yang masih tergolong anak-anak (menurut Perda Kota Sukabumi No.4 Tahun 2013), mereka menjadi penikmat ‘warisan’ yang ditinggalkan Emon. Pernahkah kita berfikir, bagaiman bisa seorang Emon melakukan pelecehan seksual terhadap ratusan anak? Apa yang ia miliki, sehingga bisa menjadi ‘sahabat’ bagi para korbanya? Terlebih korbannya rela menjadi ‘marketer’ yang mencarikan korban baru untuknya. Ternyata, Emon adalah sosok yang lemah lembut, perhatian serta penuh kasih sayang. Sosok inilah yang bisa mengisi ruang kosong di hati para korban. Betapa tidak, kebanyakan mereka kesehariannya diasuh oleh ayah, nenek, kakek, ua’ atau bibinya. Kebanyakan dari mereka mengalami masalah‘motherless’. Ibu mereka berbondong-bondong menjadi buruh pabrik. Sebagian menjadi buruh migran ke negara kawasan timur tengah. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan korban Emon rela diperlakukan asusila. Alih-alih mendapatkan edukasi tentang pergaulan, perihal aktivitas keseharian anak-anaknya pun, para ibu korban tidak memperhatikannya. Selain mendapatkan kepuasan, mereka mendapatkan kasih sayang yang tak pernah mereka dapatkan sebelumnya dari sosok yang bernama ‘ibu’. Padahal sosok seorang Ibu sangat menentukan berlangsungnya fungsi pertahanan dalam keluarga. 

Sangat miris, bukan? Inilah salah satu potret masa depan generasi yang berada di kawasan Muslim terbesar dunia. Kapitalisme tahu betul bahwa tulang punggung sebuah peradaban terletak pada perempuan. Mereka membuat design sedemikian rupa, agar para perempuan yang memiliki peran strategis bagi keberlangsungan sebuah peradaban menjadi ‘bread winner’. Dengan sangat brutal, para kapitalis menjadikan para wanita –terutama muslimah- menjadi mesin pencetak uang bagi mereka. Dari mulai yang terselubung, hingga yang ‘telanjang’. Mulai dari kurikulum KKNI yang membajak peran strategis para calon ibu. Hingga pengadaan ruang laktasi di kantor-kantor. Tersirat pesan, seolah menjadi sebuah kewajaran saat para ibu berbondong menjadi pencari nafkah. Sebuah gaya hidup jika seorang ibu menyandang gelar ‘wanita karir’. Apakah kewajiban ibu hanya memberi ASI ekslusif saja?

Islam sebagai agama yang memiliki peraturan hidup, telah jelas membagi jobdesc ayah dan ibu sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 233, dengan amat gamblang disebutkan, bahwa yang wajib mencari nafkah adalah seorang ayah. Namun, berada di kubangan sistem kapitalisme seperti saat ini membuat kaum muslim tidak lagi on the track. Para kapitalis asing yang diundang oleh pemerintah untuk berinvestasi, lebih senang mempekerjakan para perempuan daripada laki-laki yang memiliki peran sebagai ‘bread winner’. Telah nampak, akar masalahnya adalah pengadopsian sistem kapitalisme oleh negara. Sudah tentu, solusi yang ditempuh harus pula sistemik. Sebagai seorang muslimah taat, tentunya kita ingin menjalankan peran dan fungsi perempuan sesuai dengan apa yang telah syara’ perintahkan. Adalah sesuatu yang utopis jika kita terus betah dan bertahan dalam sistem kapitalisme demokrasi. Maka dari itu, sebuah kebutuhan yang mendesak bagi kita untuk memperjuangkan sistem yang dapat menerapkan Islam secara kaafah. Sistem itu tidak lain adalah Khilafah Islamiyah, yang terbukti selama 13 abad menjadi perisai hakiki bagi para perempuan, termasuk ibu dan anak. Sistem negara yang telah terbukti dapat mengakomodir kebutuhan para ibu. [VM]

(*) Peneliti Ristik dengan judul Implementasi Perda Kota Sukabum tentang Perlindungan Anak (studi kasus pelecehan seksual terhadap anak oleh Andri Sobari)

Posting Komentar untuk "Urgensi Peran dan Asuhan Ibu dalam Membangun Ketahanan Keluarga"