Ramadhan Datang, Raih Kemenangan
Oleh: Afiyah Rasyad (Aktivis Peduli Ummat)
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa." (TQS Al-Baqarah: 183)
Ramadhan kali ini masih sama dengan tahun lalu. Pandemi dan kapitalisme bersenandung merdu menambah rasa pilu. Kaum muslim kian terseok dalam memahami eksistensi dan jati diri. Namun demikian, Ramadhan begitu dekat di hati dan selalu dinanti.
Ramadhan bulan mulia. Kaum muslim berbahagia atas kehadirannya, dimana pahala berlipat ganda. Bahkan di seluruh dunia, semua menyambut Ramadhan gegap gempita. Semua sibuk menata hati, jiwa, bahkan urusan rumah tangga. Kaum muslim dengan iman di dada tak kan biarkan Ramadhan sia-sia.
Ramadhan bulan penuh ampunan. Waktu yang baik bagi setiap muslim melebur dosa yang telah dilakukan. Tobat nasuha harus ditegakkan untuk meraih rida Allah Tuhan semesta alam.
Ramadhan bulan penuh rahmat. Setiap insan tentu kan mendapatkan nikmat. Lautan syukur kan terhampar dalam jiwa -jiwa penuh khidmat. Orang yang berpuasa kan menahan diri dari perbuatan maksiyat agar bisa meraih takwa dari Maha Pemberi rahmat.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan muslim." (TQS Ali Imran: 102)
Sayang seribu sayang, kaum muslim yang taat harus sekuat tenaga berjuang menjaga ketaatan. Pasalnya, di masa pandemi dan sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) sering membuat muslim tergelincir pada kemaksiyatan. Segala macam ujian dan cobaan akan datang menerpa. Suasana Ramadhan sering kali terkotori dengan lisan dan aktivitas keji.
Kehidupan liberalisme menancap kuat dalam benak kaum muslim. Siapa saja boleh tak puasa suka-suka yang penting tidak mengganggu, siapa saja boleh mengumbar aurat, dan kemaksiyan lainnya.
Potret kemaksiyatan dari tahun ke tahun selama Ramadhan sungguh memilukan. Ditambah pandemi yang berkepanjangan, membuat kaum muslim teralihkan pada pemenuhan kebutuhan dan terhindaran dari ancaman covid-19 yang masih berkeliaran.
Kapitalisme begitu tampak kezalimannya. Bagaimana ia menceraikan negara dari rakyat. Segala kebutuhan rakyat tak boleh menjadi beban negara, termasuk urusan kesehatan.
Dalam perkara aqidah, negara membiarkan rakyat tanpa penjagaan. Sehingga, banyak rakyat yang gonta-ganti ahama, termasuk kaum muslim. Maka tak heran, jika kaum muslim dijumpai melanggar syariat-Nya, termasuk saat Ramadhan. Bahkan, kaum muslim di beberapa negeri masih mengalami penindasan tanpa belas kasihan.
Bertolak belakang dengan sistem Islam, dimana pemimpin hadir sebagai penanggung jawab dan perisai. Islam mendorong negara agar menyejahterakan rakyat, muslim ataupun nonmuslim. Selain itu, suasana keimanan akan senantiasa dijaga setiap waktu, terutama bulan Ramadhan. Dengan demikian, kaum muslim bisa melaksanakan ibadah puasa seoptimal mungkin demi meraih kemenangan. Kaum muslim sangat mudah menjaga keistikamahan saat negara menjaga suasana keimanan dengan menindak tegas siapa saja yang mengganggu ketertiban puasa Ramadhan.
Kaum muslim atau nonmuslim tak boleh mengalami penyiksaan, terlebih di bulan Ramadhan. Islam akan mendorong negara menjaga nyawa rakyat dari ancaman penyakit, bencana, ataupun kekejaman kafir harbi.
Kholifah akan membina umat untuk senantiasa taat agar tak terjerumus maksiyat. Pembinaan intensif akan senantiasa digalakkan agar jiwa dan pemikiran rakyat tidak gersang. Ramadhan datang, kaum muslim bisa meraih kemenangan dalam naungan Islam.
Wallahu a'lam
Posting Komentar untuk "Ramadhan Datang, Raih Kemenangan"