Cara Rasulullah SAW dan para Sahabat Menyikapi Fitnah


VisiMuslim - Sebagaimana kita ketahui, sejarah manusia tidak pernah kosong dari pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Para penyeru kebaikan senantiasa mendapat tantangan dan halangan dari para penyeru kebatilan, juga dari orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan bersikap pragmatis yang hidup sekadar mencari kemanfaatan duniawi dan demi memenuhi hasrat hawa nafsu semata. Demikian yang dialami oleh seluruh nabi dan rasul sekaligus menjadi sunnatullah bagi dakwah mereka.

Tak ada perjuangan tanpa ancaman dan tantangan, bahkan hambatan dan gangguan. Rasulullah saw. pun—manusia yang paling baik akhlaknya, paling baik tutur kata serta budi bahasanya; yang senantiasa dibimbing wahyu dalam seluruh sikap, kata dan perbuatannya; yang menjadi teladan seluruh umat manusia—tidak luput dari hal tersebut.  Beliau, misalnya, pernah mendatangi orang-orang di rumah-rumah dan pasar-pasar mereka demi menyampaikan kalimat, “Katakanlah: Lâ ilâha-illalLâh niscaya kalian akan sukses!” Setiap kali Rasulullah saw. keluar menyampaikan dakwahnya, Abu Lahab senantiasa mengikuti beliau untuk mendustakan beliau sekaligus memperingatkan orang-orang Quraisy agar tidak mengikuti ajakan beliau. Rasulullah saw. pun digelari dengan sejumlah julukan miring antara lain: pendusta, penyihir, penyair, gila, pemecah-belah, dll. Namun demikian, Rasulullah saw. adalah manusia unggul yang kuat dan tahan banting. Beliau tetap teguh dan lurus dalam perjuangannya. Semua ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan tidak beliau pedulikan. Beliau tetap maju ke depan memperjuangkan risalah yang beliau bawa sebagai amanat dari Allah SWT.

Orang-orang Mukmin generasi pertama dan terbaik, yang senantiasa mengikuti jejak langkah Rasulullah saw. dengan ikhlas dan penuh kesungguhan, juga mengalami hal yang sama. Bahkan orang-orang Mukmin dari kalangan rakyat biasa, yang tidak memiliki perlindungan dari keluarga dan kaumnya, mendapatkan hambatan dan gangguan fisik dari orang-orang yang tidak menyukai Islam berkembang. Bilal ra., seorang budak yang masuk Islam, misalnya, disiksa dengan ditelentangkan di padang pasir pada siang hari yang terik serta ditindih batu. Khabab bin al-Art ra., seorang budak yang lain, ditusuk oleh tuannya dengan besi panas. Yasir dan istrinya, Sumayyah, bahkan menjadi syahid dalam perjuangan menegakkan kalimat tauhid: Lâ ilâha illalLâh Muhammad rasûlulLâh.

Namun demikian, Rasulullah saw. dan para sahabat beliau adalah orang-orang yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran. Mereka sabar dan sangat memahami hakikat ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan yang mereka hadapi. Semua itu mereka pahami sebagai cobaan, fitnah dan ujian atas keimanan. Allah SWT mengajarkan kepada mereka hal itu melalui firman-Nya:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ – وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman,” sementara mereka tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka sehingga Allah benar-benar mengetahui mana orang-orang yang benar dan mana orang-orang yang dusta (TQS al-Ankabut [29]: 2-3).

Dalam ayat lain Allah SWT juga menanamkan keberanian yang didasari keyakinan kepada kaum Mukmin dengan jaminan bahwa Allah SWT adalah Penolong sekaligus Pelindung mereka dari berbagai fitnah yang dilancarkan oleh orang-orang kafir kepada mereka. Allah SWT berfirman:

نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

Kamilah Pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Di dalamnya kalian memperoleh apa yang kalian inginkan dan apa yang kalian minta (TQS Fushshilat [41]: 31).

Bahkan Allah SWT memberitahu kaum Mukmin bahwa orang-orang yang memfitnahi mereka akan dibalas dengan azab-Nya. Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ

Sungguh orang-orang yang menimpakan cobaan kepada kaum Mukmin laki-laki dan perempuan. kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar (TQS al-Buruj [85]: 10).

Terkait ayat di atas, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa orang-orang yang membuat fitnah terhadap kaum Mukmin, jika tidak segera bertobat dan menghentikan tindakan mereka serta tidak menyesal atas fitnah yang pernah mereka timpakan atas kaum Mukmin pada masa lalu, maka mereka bakal ditimpa dengan siksaan yang membakar. [BAI-863]

Posting Komentar untuk "Cara Rasulullah SAW dan para Sahabat Menyikapi Fitnah"