Trump dan Zelensky... Sebuah Pemandangan yang Tak Ternilai!
Perdebatan sengit antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengejutkan dunia politik, terutama di Eropa dan Amerika. Sebagian pihak menilai insiden ini sebagai bentuk kurangnya penghormatan terhadap Amerika, presidennya, dan wakil presidennya. Sementara itu, yang lain melihatnya sebagai jebakan yang dipasang Trump untuk Zelensky, yang melanggar norma diplomatik dan menunjukkan penyimpangan besar dari etika dalam pertemuan semacam ini. Komentar dari berbagai kalangan politik dan media pun bermunculan. Namun, ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini, dan berikut beberapa di antaranya:
Pertama, perlu ditekankan bahwa sikap Trump yang terlalu blak-blakan, tanpa kesopanan dan kelembutan, memberikan kesempatan besar untuk mengungkap wajah asli kebijakan Amerika di dunia. Trump secara terang-terangan menegaskan bahwa konflik antara Ukraina dan Rusia bukanlah soal benar atau salah, bukan pula pertempuran nilai dan moral, melainkan sekadar konflik kepentingan, keuntungan, dan penjajahan.
Amerika kerap membanggakan diri sebagai pembela kebebasan dan demokrasi serta penentang kediktatoran dan kemunduran. Namun, Trump justru membuktikan bahwa semua itu hanyalah slogan kosong yang tidak memiliki tempat dalam kebijakan Amerika. Setelah ratusan ribu orang tewas di kedua pihak, setelah Ukraina dan Rusia mengalami kehancuran besar, dan setelah Amerika menyeret kedua negara ke dalam perang yang menghancurkan, kini AS mulai bergegas memetik keuntungan dari perang yang mereka cetuskan. Trump bahkan memperlakukan konflik ini sebagai kesepakatan bisnis, dengan cara memeras Ukraina agar menandatangani perjanjian yang memungkinkan Amerika menjarah sumber daya mineral berharga dan strategis Ukraina senilai 500 miliar dolar.
Pemerasan Trump terhadap Ukraina dilakukan dengan cara yang sangat terang-terangan dan kasar. Ia mengancam akan menghentikan bantuan militer, yang berarti menyerahkan Ukraina ke tangan Rusia. Ia juga mengancam Zelensky secara pribadi bahwa jika Amerika meninggalkan Ukraina, maka Zelensky akan kehilangan posisinya. Dengan demikian, di hadapan media, kamera, dan mikrofon, Trump secara terbuka memaksa Zelensky memilih antara menyerahkan kekayaan Ukraina kepada Amerika dan menjadi koloni AS tanpa jaminan keamanan dari Rusia, atau ditinggalkan begitu saja oleh Amerika di hadapan "beruang Rusia" yang siap menerkam.
Dengan sikap kasar dan arogan ini, Trump telah memperlihatkan wajah asli kebijakan luar negeri Amerika kepada dunia. Ia menunjukkan betapa Amerika sangat berambisi untuk memenuhi kepentingan kolonialnya dengan mengorbankan ribuan, bahkan jutaan nyawa, serta menyeret bangsa dan negara ke dalam perang brutal dan menghancurkan. Oleh karena itu, betapa malangnya mereka yang masih mengikuti Amerika atau menggantungkan harapan pada kebijakannya.
Perhatikan bagaimana Barat, termasuk Amerika dan Eropa, berperang melawan Rusia dengan menggunakan rakyat Ukraina sebagai alatnya. Namun, kepentingan Ukraina sendiri sama sekali tidak menjadi prioritas dalam agenda Barat. Bahkan, keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa—yang menjadi alasan utama perang ini—tidak juga dikabulkan oleh Barat, meskipun Ukraina telah membayar harga mahal dengan berperang atas nama mereka melawan Rusia.
Kebodohan Presiden Ukraina, Zelensky, juga menjadi pelajaran bagi siapa saja yang mengikuti perkembangan ini. Kebodohannya terlihat dalam kepercayaannya yang berlebihan kepada "rubah" Amerika, serta keyakinannya pada negara-negara Eropa yang keadaannya tidak jauh lebih baik dari Amerika. Jika saja Eropa tidak bersatu dengan Ukraina dalam permusuhan terhadap Rusia karena rasa takut mereka terhadap ancaman Rusia, maka Zelensky mungkin akan menghadapi pengkhianatan yang lebih buruk dari mereka, sebagaimana yang ia alami dari Trump. Dengan kata lain, kebodohan Zelensky telah menghancurkan negaranya dan rakyatnya.
Sebelum dijadikan umpan oleh Amerika dalam strategi geopolitiknya di Eurasia, Zelensky telah terlebih dahulu menghancurkan negaranya, menyebabkan kematian ratusan ribu tentara dan warga sipilnya, serta menjadikan Ukraina sebagai bahan bakar dalam perang antara Amerika, Eropa, dan Rusia. Akibatnya, ia dan rakyatnya kini berada di bawah kendali para pemangsa, terjebak di antara rahang kapitalis Barat dan cengkeraman "beruang Rusia". Betapa sempit pandangan dan buruknya keputusan yang diambilnya!
Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi siapa pun yang tidak layak memimpin tetapi tetap bersikeras mengambil kendali pemerintahan. Sebab, kepemimpinan rakyat dan negara bukanlah untuk orang-orang amatir yang berpandangan sempit, melainkan untuk individu yang memiliki kepemimpinan ideologis dan visi strategis yang kuat.
Satu-satunya hal yang mungkin dapat menjadi pertimbangan bagi Zelensky adalah sikapnya yang terakhir di Gedung Putih. Meskipun berada dalam kondisi lemah dan membutuhkan bantuan besar, ia akhirnya menyadari kenyataan pahit bahwa menyerah pada Trump hanya akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri. Maka, ia menolak permintaan Trump dengan sikap yang, setidaknya, menunjukkan sedikit keberanian.
Sikap ini membuat kita semakin merasakan penderitaan akibat keberadaan para penguasa boneka di dunia Islam. Sebagai contoh, Raja Yordania beberapa minggu lalu duduk di kursi yang sama dengan Zelensky di Gedung Putih. Namun, berbeda dengan Zelensky yang berani menolak tekanan Trump, Raja Yordania duduk di sana dalam keadaan tunduk dan hina, seperti seorang murid yang gagal di hadapan gurunya. Meskipun Trump dengan kasar mempermalukannya, ia tetap tidak sadar dari keterhinaannya.
Momen ini semakin membuat kita kecewa dan bertanya-tanya, betapa malangnya dunia Islam yang bahkan tidak memiliki pemimpin seberani Zelensky!
Dunia, terutama dunia Islam, sangat membutuhkan pemimpin yang memiliki nilai dan prinsip yang kuat, yang mampu menentang arogansi Trump dan kebijakan hegemonik Amerika, serta menyelamatkan dunia dari kezaliman dan kehancuran kapitalisme.
Satu-satunya kekuatan yang mampu berdiri menghadapi Amerika adalah Negara Khilafah yang akan segera kembali. Baik Eropa yang telah rapuh, Rusia yang korup, maupun China yang tertutup tidak memiliki kapasitas untuk menandingi Amerika dan menantang keangkuhannya. Hanya Islam dan Khalifah umat Islam yang mampu melakukannya.
Oleh karena itu, kepada umat ini, kami katakan: sudah saatnya kita mengembalikan kedudukan, kehormatan, dan kepemimpinan Khilafah ke panggung dunia!
Posting Komentar untuk "Trump dan Zelensky... Sebuah Pemandangan yang Tak Ternilai!"