Tarif Trump
![]() |
Ekonom menyebut tarif resiprokal atau tarif timbal balik yang dikenakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Indonesia tak punya basis hitung-hitungan yang jelas.(REUTERS/Carlos Barria) |
VisiMuslim - Dalam sebuah langkah yang mengguncang pasar global, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan gelombang tarif baru, dengan fokus yang sangat besar pada negara-negara di dunia Muslim. Tarif yang diusulkan, beberapa di antaranya melebihi 40%, diklaim sebagai bagian dari strategi besarnya untuk melindungi industri manufaktur Amerika dan mengurangi defisit perdagangan. Ia berargumen bahwa tarif akan meningkatkan manufaktur AS dan melindungi lapangan kerja, namun kenyataannya ekonomi dunia justru berada dalam kekacauan dan harga-harga diperkirakan akan meningkat bagi konsumen. Ia juga menyatakan bahwa Amerika telah dimanfaatkan oleh para "penipu" dan dijarah oleh bangsa asing.
Lalu, apa arti semua ini?
Bagi banyak negara mayoritas Muslim, tarif-tarif ini mengancam untuk semakin mengacaukan ekonomi mereka yang sudah rapuh, membatasi peluang pertumbuhan, dan memperdalam ketergantungan pada pasar Barat.
Negara-negara yang paling terdampak termasuk Bangladesh, Indonesia, dan Pakistan — yang masing-masing menghadapi tarif mengejutkan sebesar 37%, 32%, dan 29%. Negara-negara ini sangat bergantung pada ekspor untuk menopang perekonomiannya, terutama di sektor tekstil, garmen, dan pertanian. Bangladesh, dengan industri garmen yang sangat besar, akan mengalami kerugian besar dalam hal pendapatan dan lapangan kerja seiring akses ke pasar AS yang semakin terbatas. Ekspor Indonesia seperti elektronik, minyak sawit, dan karet kini berada dalam risiko, sementara sektor tekstil dan beras Pakistan diperkirakan akan sangat terpukul. Tarif tinggi ini dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan, penurunan cadangan devisa, dan meningkatnya ketimpangan ekonomi di negara-negara tersebut, memperburuk tantangan sosial-ekonomi yang sudah ada.
Apa yang menjadi inti dari krisis ini adalah pengingat yang menyakitkan tentang bagaimana ketergantungan ekonomi telah membuat banyak bagian dunia Muslim rentan terhadap guncangan eksternal. Meski mewakili lebih dari satu miliar manusia dan memiliki sumber daya alam yang melimpah, dunia Muslim tetap terpecah-belah — secara ekonomi, politik, dan strategis. Perpecahan ini menyebabkan alih-alih saling memahami dan menghargai nikmat yang mereka miliki serta berinvestasi dalam perdagangan dan dukungan satu sama lain, banyak negara Muslim justru bergantung pada pasar Barat untuk bertahan hidup.
Akibatnya, terciptalah siklus ketundukan ekonomi, di mana keputusan yang dibuat di Washington bisa langsung berdampak pada kehidupan jutaan orang di Dhaka, Jakarta, Lahore, dan seluruh dunia Islam. Umat kita akan terus menanggung akibat dari ketimpangan ekonomi global di bawah sistem internasional yang korup dan keji ini, di mana kekayaan dan sumber daya dunia Islam dijarah dan dirampok — lalu dibayar kepada para pemimpin korup di puncak kekuasaan.
Dan siapa yang menderita? Rakyat! Umat kita!
Namun, tetap ada harapan dan potensi besar! Semua hanyalah masalah waktu, biidznillah. Ketika Umat Muslim kita menghancurkan batas-batas buatan ini dan bersatu di bawah satu panji, satu negara, satu pemerintahan — narasi akan berubah secara drastis. Dengan menghapus hambatan perdagangan internal, berbagi sumber daya secara adil, mengedarkan kekayaan di wilayah sendiri, dan mengembangkan industri strategis — dari energi hingga teknologi — kita bisa menciptakan ekosistem ekonomi yang mandiri.
Allah (swt) berfirman:
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." [Surah An-Nur: Ayat 55]
Sumber : HT Info
Posting Komentar untuk "Tarif Trump"