Tahun
lalu, setan-setan menangis karena putus asa tak bisa mengoda manusia.
Tahun ini, setan tak lagi menggoda, tapi amal yang bikin puasa batal.
Kok? Ya, belajar bisa bikin puasa batal kalau belajarnya belajar masak
lantas dicobai sampai kenyang. Memberi juga bisa membuat puasa batal
kalau uang yang diberikan buat beli minuman. Maka biar puasa tidak
jebol, salah satu operator telepon seluler memberikan paket THR, Tetap
Hepi selama bulan Ramadhan, yaitu internetan seharian hanya 1000
rupiah. Ada lagi iklan operator seluler yang bagi-bagi berkah dengan
gratisan serba 1000.
Iklan yang hampir senada tiap tahun
menjelang Ramadhan, bahwa lebih baik asyik berkutat dengan hape untuk
menjaga agar puasa terasa ringan dan tidak terbujuk rayu setan.
Padahal, boleh jadi iklan tersebut adalah bagian dari tipudaya setan. Rasulullah saw telah mengingatkan kita dengan sabdanya :
“Sesungguhnya setan telah mengatakan :’Demi keagungan-Mu, wahai Rabbku,
aku tidak akan berhenti untuk menyesatkan hamba-hamba-Mu selagi roh
mereka berada dalam jasadnya…’ (HR Ahmad dari Abu Sa’id).
Kalau
kita mau renungkan, justru handphone sekarang seringkali telah menjadi
penjelmaan setan itu sendiri dan berpotensi membuat puasa kita
kehilangan pahala. Chating, sms atau telepon, isinya menggunjing,
bersayang-sayang dengan yang bukan suami atau istrinya, atau menyebar
berita dusta. Browsing membaca berita-berita gosip, melihat-lihat
gambar dan video berbau porno, atau mendownload lagu baru, film dan
game.
Memang sepertinya orang tidak berbuat apa-apa, tapi
sebenarnya dosa jalan terus melalui hape. Kalaupun tidak melakukan yang
berdosa seperti menggunjing, pacaran dan menyebar dusta, mereka dekat
dengan perbuatan yang diperintahkan Allah untuk ditinggalkan, yakni
perbuatan sia-sia. Allah SWT berfirman :
“Sungguh
beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu’
dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan
dan perkataan) yang sia-sia” (QS Al Mu’minun : 1-3).
Perbuatan
sia-sia adalah perbuatan yang tidak kita sadari merugikan kita. Dengan
melakukan perbuatan sia-sia, waktu kita terbuang percuma. Semestinya
kita bisa menggunakan waktu tersebut untuk hal-hal lain yang bermanfaat
dan mengerjakan perbuatan yang dapat mendatangkan pahala. Bahkan
perbuatan sia-sia dapat mengundang dosa, saat kita terlena dengannya
sampai melupakan kewajiban-kewajiban kita. Seperti terlalu asyik
menonton film, chating, main game dan sebagainya sampai melewatkan waktu
shalat.
Yang memprihatinkan, saat ini perbuatan sia-sia seakan
menjadi tren. Di angkot, alih-alih berzikir, lebih banyak orang yang
memasang headset di telinganya, mendengarkan musik. Di mana pun kita
lihat orang yang sedang asyik dengan hape. Chating menjadi budaya, dari
messenger-an, facebook, twitter sampai blackberry-an. Di rumah-rumah,
orang lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya dengan menonton
televisi, tidak puas dengan saluran TV biasa, menjamur TV-TV kabel yang
bisa menjangkau lebih banyak lagi jaringan TV internasional, semata demi
kepuasan menonton.
Sampai-sampai di bulan Ramadhan, yang
semestinya diisi dengan memperbanyak amal, justru yang diperbanyak
adalah perbuatan sia-sia. Untuk melupakan haus dan lapar, banyak orang
yang mengalihkan perhatiannya pada hiburan. TV, majalah, film, lagu,
dan hape. Kebiasaan ngabuburit, menunggu datangnya waktu berbuka,
seringkali juga merupakan perbuatan yang penuh dengan kesia-siaan. Pada
saat tersebut, acara TV dipenuhi dengan program-program lawakan yang
mengumbar kekonyolan. Jalanan dimacetkan orang yang ingin jalan-jalan
sore, nongkrong, atau berbelanja. Dan tidak sedikit muda-mudi duduk
berpasangan di pinggir jalan, di taman kota, mal dan sebagainya.
Sangat disayangkan bila waktu kita dihabiskan sia-sia. Bagi seorang
muslim, waktu adalah investasi yang paling berharga. Dan waktu, tidak
akan pernah bisa kembali. Jangan sampai saat kita sudah di depan
pengadilan Allah, baru kita menyesali kehidupan kita di dunia, seperti
digambarkan Allah dalam QS. Al Fajr :
“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu
ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.
Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal
saleh) untuk hidupku ini”. (QS. Al Fajr : 23-24).
Itulah
sebabnya agama kita memerintahkan kita untuk meninggalkan perbuatan
sia-sia. Bahkan, seorang yang menjaga agamanya, ia akan berusaha untuk
sesedikit mungkin melakukan hal-hal yang mubah, sekalipun boleh, untuk
dapat memperbanyak melakukan yang wajib dan sunnah.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya:
“Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan
perkara yang tidak bermanfaat baginya“.”(Hadits hasan. Diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi dan selainnya seperti itu). Hadits di ini merupakan salah
satu prinsip adab dan etika mulia dalam Jami’ul ‘Ulum wal-Hikam (I/288).
Disinilah pentingnya kita menyusun prioritas amal. Amal-amal wajib
kita jalankan dengan sempurna. Amal-amal sunnah kita perbanyak,
amal-amal mubah kita cukupkan dengan seperlunya saja, dan amal-amal yang
makruh dan haram kita tinggalkan. Insya Allah, dengan kita menjaga
diri dari perbuatan sia-sia, kita akan terhindar dari mengerjakan yang
haram dan terjaga dari kerugian dunia.
Maka, daripada kita
menghabiskan waktu untuk mendengar lagu, kenapa tidak untuk mendengar
dan mengkaji Al Qur’an? Chating dan sms kita jadikan sarana dakwah
untuk menyampaikan ajaran agama. Browsing kita jadikan sarana
meningkatkan kualitas keilmuan kita. Ngabuburit kita isi dengan
menyambung ukhuwah, atau tadarus dan mengkaji agama. Insya Allah dengan
demikian perbuatan kita bernilai pahala. [Arini Retnaningsih]
Berbagi :
Posting Komentar
untuk "Menjauhkan Diri Dari Perbuatan Sia-Sia Adalah Bukti Iman"
Posting Komentar untuk "Menjauhkan Diri Dari Perbuatan Sia-Sia Adalah Bukti Iman"