Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Di Penghujung Pemerintahan Diktator dan Dekatnya Era Khilafah Rasyidah: Dimanakah Perempuan?


 Oleh :Hunain Manshur

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah SWT telah mejanjikan orang-orang beriman kekuasaan, kemenangan dan kekuatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah yang telah memberi kabar gembira kepada umat ini akan kemuliaan dan kemenangan yang nyata. Rasulullah saw bersabda seperti yang terdapat dalam Musnad al-Imām Ahmad yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani, al-Bazzar dan yang lainnya dari Hudzaifah radhiyallāhu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala minhājin nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja despotik (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala minhājin nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas metode kenabian). Setelah itu, beliau diam.”

Wa ba’du: Era yang disebutkan dalam hadits tersebut benar-benar telah dialami oleh umat, kondisinya telah terjadi, peralihan di antaranya telah nampak, serta peralihan dari kemuliaan Khilafah menuju kehinaan pemerintahan diktator telah dirasakan, dan akan terjadi dengan pasti bukan asumsi kemuliaan dan kemenangan yang ditandai dengan perubahan dari kehinaan pemerintahan diktator menuju kedaulatan dunia dengan berdirinya Khilafah Rasyidah Kedua. “(Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (TQS. Ar-Rūm [30] : 6).

Akan tetapi ini bukan perkara mudah, dan jalannya tidak ditaburi dengan bunga; jika tidak demikian, maka apa artinya, dan untuk apa pula ujian dan hasilnya, seperti pengujian tuk membersihkan hati orang-orang beriman, penyatuan barisan, dan penetapan orang-orang yang pantas untuk diberi kekuasaan, agar mereka benar-benar layak menjadi penguasa dan tentaranya. Sebagaimana kaum kafir penjajah melakukan konspirasi untuk menghancurkan Khilafah dengan bertahun-tahun lamanya. Kini kaum kafir penjajah tengah berperang lagi dengan terus melakukan konspirasi yang diikuti pengkhianat bangsa Arab dan non-Arab untuk menggagalkan proyek kebangkitan umat, yaitu mendirikan Khilafah Rasyidah Kedua ‘ala minhājin nubuwwah.

Benar. Sungguh ini adalah hari-hari kehamilan dan janin era Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwwah. Namun kelahiran dengan caesar dan aborsi itu sulit, dan sangat sulit. “Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (TQS. Ali Imran [3] : 154).

Upaya yang dilakukan oleh negara-negara kafir dan para bonekanya sudah bukan rahasia lagi dengan pembantaian yang membara seperti bara api pada tumpukan kayu kering, di Syam, Irak dan Yaman, penjarahan kekayaan, serta persekongkolan para penguasa di Libya, Tunisia dan Maroko, juga penderitaan dan kesengsaraan di tengah perang media politik atas identitas Islam yang tengah menyelimuti kaum Muslim di negara-negara Barat. Di tengah-tengah berbagai peristiwa besar yang menentukan dan cepat ini: Dimanakah perempuan Muslim berada dalam periode sejarah umat yang penting ini, sehingga di ujung berakhirnya kekuasaan diktator dimana umat menulis awal kemuliannya dengan darah, sementara perempuan Muslim ikut terlibat menyambut era Khilafah Rasyidah?

Ketiadaan eksistensi negara Khilafah adalah pukulan membinasakan yang membuka jalan untuk menargetkan anak-anak umat ini terkait agama, kehormatan dan mata pencahariannya. Dan dalam hal ini, perempuan Muslim tentu saja tidak lepas dari pukulan ini, justru mereka yang menerima porsi terbesar dari pukulan ini, bahkan perempuan Muslim sebagai obyeknya, sebagaimana yang dikatakan Ava Vidal—penulis artikel koran Inggris The Telegraph, tentang perang terhadap perempuan Muslim pada Mei 2014: “Orang-orang melucuti hijab kami dari atas kepala kami, mereka menyebut kami kaum teroris, dan mereka berharap kematian kami.” Perempuan Muslim telah menulis dengan darah pengorbanannya bersama kaum laki-laki dalam mendustakan mitos ilusi kesetaraan berdasarkan persepsi Barat yang menyamakan peran, tanggung jawab dan kewajiban. Sementara hari ini kita berada di ambang era baru, dimana para perempuan Muslim masih menerima berbagai serangan dengan sabar dan keteguhan sehingga mengulang sejarah hidup Sumayah Umm Ammar, dan Khansa ibu para syahid. Dalam hal ini perempuan Muslim benar-benar yakin bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar, bahkan kemenangan māsyithah (penata rambut) putri Fira’un tidak lain karena keteguhannya terhadap agama, dan pengorbanan dirinya di jalan Allah SWT. Contoh terbaik adalah para perempuan Suriah, dimana mereka mendapat serangan yang menyayat hatinya, dan pengorbanannya yang tidak ternilai demi “semua milik Allah”. Di Barat, kesabaran para perempuan Muslim dalam menghadapi serangan perilaku buruk publik dan politisi terhadap mereka merupakan model yang perlu diikuti terkait keteguhan perempuan Muslim.

Akan tetapi apa yang terjadi di panggung kehidupan sekarang, dan gencarnya perang pemikiran busuk, sungguh ini tidak kalah pentingnya dari perang militer, sehingga hal ini menuntut perempuan Muslim yang paling banyak menerima serangan untuk tetap sabar dan tabah, seperti yang dikatakan bahwa “besi bisa dipatahkan dengan besi.” Serangan pemikiran terhadap hukum-hukum Islam sebagai sebuah ideologi dan model kehidupan, dan serangan terhadap sistemnya terkait pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosiologi yang secara khusus mengatur kehidupan masyarakat, maka para perempuan Muslim harus maju membantah dengan pemikiran garis lurus dalam menghadapi fenomena usulan-usulan Barat yang nyeleneh dan menyimpang, serta seruan-seruan turunannya terkait perempuan dan kehidupannya, seperti kesetaraan dan pemberdayaan; dan ide-ide penopangnya seperti berbagai konferensi dan konvensi, maka semua ini membutuhkan sikap tegas dan kokoh, serta serius yang mampu menghancurkan asas dan bangunannya yang telah banyak membuat para perempuan Muslim menjadi bodoh dan tertipu.

Perempuan Muslim sekarang dituntut untuk bersiaga penuh semoga kemenangan agama Allah datang melaluinya. Siapa saja perempuan yang menerima anak panah dari Rasulullah dalam peperangan, maka ia mampu menangkis anak panah dari musuh-musuh Allah hingga tidak mengenai agamanya, ia sama dengan laki-laki berkewajiban memperkuat agama Allah, dalam satu wadah yang di dalamnya melebur ide-ide Islam, mengemukakan bantahan terhadap perkara-perkara syubhat, dan meningkatkan aktivitas politik perempuan Muslim.

Aktivitas politik saat ini membutuhkan kaum perempuan seperti butuhnya pada kaum laki-laki. Kepentingannya sama dan kewajibannya dibebankan pada keduanya. Dimana dengan aktivitas keduanya umat menjadi selamat dan meningkatkan aktivitas politik. Oleh karena itu, perempuan Muslim di samping tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, mengatur urusan rumahnya dan suaminya, serta mendidik anak-anaknya agar mereka tumbuh di atas hukum-hukum Islam, perempuan Muslim juga harus mengemban dakwah Islam terutama di kalangan kaum perempuan dengan mengikuti cara-cara para Sahabiyah Rasulullah saw yang mengunjungi para perempuan di rumah mereka, untuk mengkader mereka dengan tsaqafah Islam (ilmu ke-Islaman), yakni mengkader mereka untuk ikut memikul kewajiban dakwah menuju perubahan, dalam rangka mempengaruhi perasaan masyarakat dan pikirannya terhadap isu-isu yang menyelimutinya, terutama yang berkaitan dengan kaum perempuan dan anak-anak, seperti mengadakan festival tak bermoral yang merusak generasi muda, yang menyerukan pada porno aksi dan pergaulan bebas, juga seperti menyelenggarakan kontes ratu kecantikan “Islami”, atau kontes menyanyi untuk anak-anak, dan sebagainya.

Perempuan Muslim juga wajib terlibat dalam perjuangan secara politik, dengan membongkar berbagai persekongkolan dan konspirasi, serta menjelaskan kebobrokan rezim yang berkuasa, dan kegagalannya dalam melakukan tugasnya terhadap rakyat. Di mana kematian ribuan wanita hamil adalah sebagai akibat dari kurangnya perawatan kesehatan di negara manapun merupakan masalah yang terkait perempuan, pertama terkait kehormatannya sebagai seorang perempuan, kedua terkait perempuan sebagai bagian dari komunitas perempuan Muslim.

Sementara isu tahanan para perempuan di antara rakyat Palestina di penjara-penjara Israel, dan para perempuan syahid yang jasadnya masih ditahan setelah agresi Yahudi terhadap “Intifadhah al-Quds”, dan berbagai isu lainnya, semua ini menunjukkan kondisi perempuan Muslim setelah tiadanya Imam (Khalifah), yaitu perisai yang melindunginya. Sehingga wajib atas perempuan Muslim yang sadar untuk menjelaskan isu ini, mengungkapkan kebenarannya, serta fokus atas isu ini pada saat tiadanya media yang jujur dan tulus untuk mengangkat isu-isunya, dan menawarkan solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Jadi, di sinilah pentingnya aktivitas media bagi perempuan Muslim, karena kejahatan media tradisional tidak berhenti di tingkat perusakan dan penawaran gaya hidup Barat sebagai model kehidupan, namun sudah masuk ke ranah memarjinalkan perempuan Muslim yang sadar, dan mencegahnya dari melakukan peran yang nyata, dan menyakinkan ketidakmampuannya untuk memberikan solusi apapun guna penyelamatan, sehingga itu menciutkan tekadnya dari harapan sebuah perubahan, maka hidupnya tetap termarjinalkan, yang membuatnya kehilangan kepercayaan terhadap setiap seruan yang tulus ikhlas untuk kebangkitan. Oleh karena itu, perlu untuk mempublikasikan berita tentang semua aktivitas yang tulus ikhlas yang menghantarkan pada kebangkitan, dan menyoroti mereka para aktivisnya dalam barisan umat. Juga harus mengembalikan semangat di antara kelompok perempuan Muslim dan umatnya sebagai bagian penting dari umat, dan harus mengaktifkan perannya yang akan menghantarkan pada kebangkitan hingga membuahkan hasil.

Semua ini adalah kenyataan, kami menemukannya ada pada para perempuan pengemban dakwah yang mengembanya dengan jujur ​​dan tulus ikhlas, mereka membela kemuliaan dan ketinggian Islam, mereka membantah seruan-seruan batil, busuk dan beracun, di Mesir, Suriah, Inggris, Indonesia dan Yordania … Mereka kelompok orang-orang yang tulus ikhlas dan sadar, yang meninggalkan gemerlapnya kehidupan dunia. Mereka bergerak melintasi jaring internet dan dunia maya, mengamati umatnya dan membakar semangatnya untuk perubahan, sedang bahasa tubuhnya tercermin pada: “Ya Allah, kami berjuang seperti yang Engkau perintahkan, maka berilah kami apa yang Engkau janjikan.” Mereka tidak tertipu oleh tipu daya musuh. Aafia Siddiqui hilang kesadarannya karena keteguhannya, para perempuan terhormat di Syam telah mengorbankan anaknya untuk kemuliaan, dan para perempuan terhormat di Tunisia, Bangladesh dan Uzbekistan ditempatkan di penjara, sedang tekad kuat mereka menembus awan, dan para perempuan Muslim di Barat sangat teguh menghadapi berbagai serangan para ekstrimis dan anti-Islam. Bahkan ada seorang perempuan yang berhari-hari hanya duduk-duduk dalam rumah dan tidak berani keluar karena takut hijabnya dilucuti dari kepalanya. Namun demikian, mereka adalah para politisi perempuan yang tetap luar biasa yang terus berkarya dengan pena dan ketinggian pemikirannya. Sehingga dunia pun bergemuruh dengan berbagai kegiatan mereka yang didorong oleh keimanan, di mana tidak sedikit kaum perempuan yang menjadi haus akan revolusi pemikiran mereka dan kesadaran politiknya untuk merobek topeng kejahatan para penguasa dan tuan mereka.

Inilah perempuan Muslim, dan inilah peran mereka dalam adegan yang sangat penting. Kami memohon kepada Allah SWT agar menolong kami dan menerima kami, serta mempercepat kemenangan kami. Sungguh, Allah adalah Dzat Yang Maha Menerima doa.

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 15/2/2016.

Posting Komentar untuk "Di Penghujung Pemerintahan Diktator dan Dekatnya Era Khilafah Rasyidah: Dimanakah Perempuan?"

close