Negeri DILAN(DA) Sejuta Masalah
Mari kita renungkan! Ada yang namanya Badan Narkotika Nasional (BNN), tapi dari semejak berdirinya, Indonesia justru semakin diserbu narkoba, bahkan kini pemakai narkoba meningkat menjadi 5,9 juta orang. Ada badan ketahanan pangan, tapi negeri ini malah semakin diserbu bahan pangan impor. Betapa sulitnya negeri agraris ini menolak impor bahan pangan. Lalu, ada Ditjen Imigrasi, tapi serbuan warga Cina ilegal makin deras. Ini bukan hoax. Saya melihat sendiri serbuan warga Cina ini di bandara. Keterangan petugas boarding bandara juga semakin menguatkan pendapat saya ini.
Ternyata keberadaan badan, institusi atau apapun namanya, belum menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya sehingga permasalahan terus bermunculan. Tidak sedikit negara mengalokasikan anggaran untuk badan-badan tersebut, bahkan BNN telah membangun fasilitas baru untuk simulasi dan laboratorium.
Bukan Indonesia namanya kalau tak pandai mengalihkan masalah. Kali ini Dilan dan Milea sejenak mengalihkan fokus negeri ini. Film "Dilan 1990" sukses ditonton 6 juta lebih masyarakat Indonesia, termasuk oleh pemimpin negeri ini beserta putri dan menantunya, plus apresiasi positif beliau tentunya. Bagi anak muda dan orang tua yang ikutan latah, Dilan memang nge-hits!! Sebaliknya, hanya ada "ruang sempit" bagi anak muda kritis dan berani seperti Zaadit Taqwa dengan aksi kartu kuningnya beberapa waktu lalu. Tampak rakyat dan para pemimpin tengah kehilangan kepekaan bahwa sebenarnya negeri ini sedang DILAN(DA) sejuta masalah!!
Indonesia darurat narkoba!! Aksi dramatis digagalkannya penyelundupan 1,6 ton sabu di Perairan Riau, plus sindikat internasional Taiwan (lagi-lagi Cina) cukup mengejutkan. Dan akan lebih terkejut lagi dengan apa yang diungkapkan Bamsoet, panggilan untuk Ketua DPR RI yang baru Bambang Soesatyo, bahwa ada 600 ton narkoba dengan jenis baru yang akan masuk ke Indonesia dengan nilai setengah dari total APBN kita. Keterangan ini juga diperkuat oleh mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, yang mengatakan masih ada sekitar 250 ton narkoba yang akan masuk Indonesia dengan nilai Rp 1200 trilyun.
Teringat analisis Jenderal Gatot Nurmantyo ketika masih memegang komando sebagai Panglima TNI pada sebuah program acara di salah satu stasiun televisi. Beliau menyebutkan ancaman Perang Candu terhadap negeri ini. Negara wajib siaga karena Indonesia adalah target utama perang ini.
Deretan artis yang terciduk sekedar kosmetik yang menambah daya jual berita. Gaya hidup artis memang membuka peluang untuk "pakai". Tidak hanya artis dan orang dewasa, narkoba pun kini menyasar anak-anak dengan kemasan yang menarik. Anak-anak telah disiapkan oleh sindikat narkoba sebagai calon pecandu baru karena neurotransmiter di dalam otaknya sudah mengenal narkoba sejak dini. Na'udzubillah!!
Sulit membayangkan. Paket 1 gram sabu saja sudah berbahaya dan bisa membuat pemakainya "fly" atau berhalusinasi alias teler, bagaimana dengan jumlah sabu yang berton-ton?? Barang haram tersebut cukup untuk menelerkan penduduk satu kecamatan, bahkan satu negara. Pemakai narkoba akan mengalami gangguan fisik, penampilan, gagal organ jantung dan hati, serta gangguan psikis (kejiwaan) seperti emosi yang tidak stabil, agresif, dan lain-lain. Begitu juga dengan gangguan sistem koordinasi tubuh dan proses berpikir. Apa lagi yang bisa diharapkan dari seorang pemakai apalagi pecandu narkoba? Jangankan berpikir solusi untuk berbagai problematika yang dihadapi bangsa ini, solusi untuk dirinya pun dia tidak "ngeh". Keberadaannya justru menjadi beban negara.
Negara merugi karena kehilangan banyak aset SDM bagi pembangunan. Keberadaan rehabilitasi untuk pengguna narkoba patut dievaluasi efektivitasnya. Jangan sampai rehabilitasi yang gratis dijadikan sebagai alternatif daripada masuk bui (terutama di kalangan artis). Pemerintah pun akan mengganti Kepala BNN, Budi Waseso. Jangan sampai pemerintah hanya sekadar memperlihatkan adanya upaya, namun akar permasalahannya tak pernah tersentuh.
Negara selama ini menuntut rakyat untuk memenuhi segala kewajibannya. Sementara di sisi lain negara abai terhadap kewajibannya memenuhi hak-hak rakyat. Salah satunya adalah negara wajib melindungi rakyatnya dari ancaman narkoba.
Apa yang harus dilakukan negara? Negara harus memastikan dengan sistem keamanannya untuk melindungi rakyat dengan menjaga jangan sampai ada celah barang haram ini bisa masuk negeri ini. Sanksi hukum selama ini tidak tegas dan terkesan tebang pilih, bahkan kendali narkoba masih bisa dilakukan di balik jeruji.
Filter terbaik bagi generasi muda adalah lewat pendidikan. Pendidikan dan pembinaan bagi masyarakat adalah kewajiban asasi negara. Namun pendidikan dalam sistem kapitalisme telah mengalami disorientasi yang menihilkan aspek keimanan, yang pada akhirnya aktivitas manusia lepas dari nilai ruh, yaitu kesadaran hubungannya dengan Allah SWT. Bahkan di rumah pun kering dari nilai iman. Tak ada ketakwaan individu dan masyarakat. Akar masalah kembali pada sistem yang diterapkan di tengah masyarakat. Menangkap atau menciduk pemakai akan terus terjadi selama nilai iman dan takwa kosong pada individu dan aparat negara,sehingga aturan yang lahir tidak memberi solusi.
"Kalau ingin melihat masa depan sebuah bangsa, lihatlah pemudanya hari ini". Apakah masa depan bangsa ini di tangan generasi ala Dilan dengan prestasi cintanya plus para pemuda kita yang "sekarat" dengan narkoba?? [vm]
Penulis : Rengganis Santika A., S.TP.
Posting Komentar untuk "Negeri DILAN(DA) Sejuta Masalah"