Pemberdayaan Perempuan sebagai Penjaga Perdamaian di Mindanao, Dr. Fika Komara: Itu Gagasan Absurd!
Jakarta, Visi Muslim- Dr. Fika Komara, Anggota Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir menilai pemberdayaan perempuan sebagai penjaga perdamaian di area konflik adalah gagasan yang absurd (konyol).
"Diberdayakannya perempuan sebagai penjaga perdamaian di area konflik, adalah gagasan yang absurd," tuturnya dalam acara Menyoal Pemberdayaan Muslimah sebagai Penjaga Perdamaian di Mindanao, Sabtu (21/11/2020) melalui kanal youtube Fareastern Muslimah.
Menurutnya, karena gagasan ini memiliki aturan dan prosedur yang terlahir dari sistem kapitalis serta bermuara pada deklarasi Beijing dan resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1325 tentang Perempuan, Perdamaian dan Keamanan.
"Absurd-nya gagasan ini karena mengabaikan fakta bahwa kaum perempuan selalu menjadi korban pertama dari kerusakan perang, konflik dan pendudukan militer, perempuan selalu dilemahkan dan menjadi objek perang. Lantas pertanyaannya bagaimana mungkin perempuan tiba-tiba punya kapasitas untuk dilibatkan dalam proses perdamaian padahal ia tidak terlibat sedari awal dalam skema konflik di lapangan?" tegasnya.
Baginya, ini hanyalah strategi barat untuk menjaga stabilitas hegemoninya di negeri-negeri Muslim, termasuk Mindanao. "Istilah 'perdamaian dunia' yang selama ini didagangkan Amerika Serikat dan sekutunya tidak lain merupakan slogan untuk stabilitas hegemoni mereka di negeri-negeri Muslim, termasuk Mindanao, tanah Muslim yang tidak pernah berhasil ditaklukkan Spanyol selama lebih dari tiga abad," jelasnya.
Ia meyakini, peran penjaga perdamaian yang disematkan penjajah Barat, pada akhirnya akan mengamputasi fungsi strategis perempuan. "Potensi untuk melakukan perubahan hakiki menuju penerapan Islam kaffah akan dihilangkan dari komite perempuan ini, karena mereka diborgol dan diatur oleh kebijakan-kebijakan, kehendak dan kepentingan negara-negara besar," pungkasnya.[] Dewi Srimurtiningsih/TS
Posting Komentar untuk "Pemberdayaan Perempuan sebagai Penjaga Perdamaian di Mindanao, Dr. Fika Komara: Itu Gagasan Absurd!"