Halalkan Segala Cara Demi lulus SNBT

 



Oleh: Ummu Zaiha, S.Pd.Gr. (Praktisi Pendidikan)


Fenomena Kecurangan SNBT 2025

SNBT kembali mencatatkan fenomena menyedihkan, yakni kecurangan masif demi lolos ke perguruan tinggi favorit. Ada yang menggunakan joki, aplikasi ilegal, bahkan teknologi AI, dan kamera tersembunyi. Semua dilakukan dengan satu tujuan, yaitu mendapat nilai tinggi dengan cara instan, tanpa peduli benar atau salah (beritasatu.com, 25/4/2025).

Fenomena ini bukan sekadar masalah teknis atau sistem pengawasan, tetapi merupakan cerminan dari mentalitas generasi yang menghalalkan segala cara. Potret ini adalah produk gagal dari sistem pendidikan Indonesia yang tidak menanamkan nilai kejujuran dan akhlak sejak dini.

Menghalalkan Segala Cara: Cermin Bobroknya Sistem

Kecurangan dalam UTBK hanyalah puncak gunung es dari pola pikir "hasil lebih penting daripada proses." Nilai tinggi dianggap tujuan utama, bukan akhlak, integritas, atau kontribusi nyata bagi masyarakat. Ini semua terjadi karena sistem pendidikan kita berorientasi pada angka, bukan karakter. Hal ini sejalan dengan budaya korupsi para pejabat di Indonesia yang sudah mendarah daging.

Mereka dahulunya juga melalui sistem pendidikan yang sama. Mereka diajarkan cara menjawab soal, bukan membentuk jiwa amanah. Tidak heran ketika berkuasa, mereka mengorupsi uang rakyat dengan mudah, karena sejak kecil sudah terbiasa "menang dengan curang."

Pendidikan Sekuler: Akar dari Krisis Moral

Sistem pendidikan Indonesia saat ini berbasis sekuler demokrasi, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya jadi mata pelajaran, bukan dasar pembentukan karakter. Pendidikan tidak memandang kejujuran sebagai fondasi, tetapi mengejar ranking, akreditasi, dan prestasi duniawi. Hal itu memberikan akibat yang nyata, antara lain:

- Lulusan sekolah dan universitas pintar secara akademis, tetapi lemah secara moral.

- Generasi muda tahu cara menyontek digital, tetapi tidak tahu bagaimana mempertanggungjawabkan amanah.

- Pendidikan tinggi melahirkan “manusia terdidik,” tetapi tidak bermoral.

Gambaran Pendidikan dalam Sistem Islam

Berbeda dengan sistem sekuler, Islam menjadikan pendidikan sebagai sarana pembentukan akhlak mulia dan ketakwaan. Tujuan utama pendidikan Islam adalah mencetak manusia beriman, berilmu, dan bertakwa. Sabda Nabi saw., “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)

Pendidikan dalam sistem Islam:

- Ilmu dan amal tidak dipisahkan.

- Kejujuran bukan sekadar nilai moral, tetapi perintah syariat.

- Kecurangan dalam ujian termasuk dosa dan khianat, yang akan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat.

- Sistem Islam mendorong masyarakat, guru, dan orang tua untuk mengawasi dan menanamkan akhlak sejak dini, bukan hanya mengejar ijazah.

Khatimah

Fenomena kecurangan dalam SNBT UTBK 2025 bukan sekadar pelanggaran teknis, tetapi cerminan nyata rusaknya moral generasi muda akibat sistem pendidikan yang sekuler dan materialistis. Pendidikan yang seharusnya mencetak manusia berakhlak mulia justru melahirkan generasi yang rela menghalalkan segala cara demi prestise akademik semu. Hal ini membuktikan bahwa sistem pendidikan Indonesia telah gagal membentuk karakter jujur, amanah, dan bertanggung jawab.

Tidak heran jika generasi inilah yang kelak menjadi pelaku korupsi, penyalahgunaan jabatan, dan kerusakan sosial lainnya. Solusi satu-satunya adalah kembali kepada sistem pendidikan Islam yang menjadikan akidah sebagai fondasi, kejujuran sebagai prinsip, dan takwa sebagai tujuan. Pendidikan dalam naungan negara Islam terbukti mampu melahirkan generasi cemerlang secara keilmuan sekaligus kokoh secara akhlak. Hanya dengan penerapan sistem Islam secara menyeluruh, termasuk dalam bidang pendidikan, umat ini akan kembali bangkit dan terhormat di mata dunia. Wallahualam.

Posting Komentar untuk "Halalkan Segala Cara Demi lulus SNBT"