Rumah Moderasi Membahayakan Akidah Generasi?

 




Oleh: Sherly Agustina, M.Ag. (Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)


Gorengan radikalisme terus digaungkan untuk menghalau kebangkitan dan perjuangan Islam kafah. Framing negatif terhadap para pejuang Islam kafah menjadi hal yang harus dilakukan oleh rezim. Tentu rezim tak berjalan sendiri, ada pihak besar yang berada di belakangnya. Siapa lagi jika bukan musuh Islam yang tak menghendaki Islam kembali bangkit di muka bumi, yaitu Barat. Musuh Islam lah yang membuat istilah Islam moderat, Islam tradisional, dan Islam radikal. Gorengan Islam moderat tampaknya sekarang kurang laku, maka dibuatlah istillah baru yang mungkin menurut mereka lebih menjual, yaitu moderasi beragama dengan salah satu programnya rumah moderasi. 

Potensi konflik terkait isu agama, sering kali bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Oleh karenanya, di tahun 2023 Kementerian Agama (Kemenag) berupaya mencegah terjadinya konflik berbau agama. Di antaranya melalui program rumah moderasi beragama (RMB) yang didirikan di sejumlah kampus perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI). Menurutnya, dengan adanya RMB, terbukti memiliki manfaat besar dalam menciptakan kerukunan beragama di tengah masyarakat. 

Selain itu, potensi-potensi kerawanan terkait isu agama bisa dicegah lebih dini dengan adanya RMB. Keberadaan RMB didukung juga oleh sivitas akademika yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang agama yang mumpuni. Menurut Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi di Jakarta, RMB ini terobosan paling hebat karena advokasi. Dia mengatakan, selama ini kampus hanya memiliki kekuatan dalam hal penelitian namun hasilnya dipublikasikan di jurnal yang sifatnya elite. (Jawapos.com, 15-11-2023)

Universitas Brawijaya (UB) melalui UPT. Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPT. PKM) meluncurkan “Griya Moderasi Beragama” di Gazebo Raden Wijaya, Rabu (11/12/2024).

Moderasi beragama dapat dipahami sebagai upaya serta proses peletakan pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang dilakukan secara benar, seimbang, dan fungsional. Upaya serta proses ini diyakini dimiliki semua ajaran agama. Islam misalnya, menawarkan konsep moderasi beragama yakni mengambil jalan tengah (tawassuth), berkeseimbangan (tawazzun), lurus dan tegas (i’tidal), toleransi (tasamuh), reformasi (islah), serta dinamis inovatif (tathawwur, ibtikar).

Ketua panitia peluncuran Griya Moderasi Beragama Universias Brawijaya, In’amul Wafi, M.Ed. dalam sambutannya menjelaskan bahwa hadirnya program ini sangat relevan bagi kehidupan kampus, terlebih bagi generasi muda seperti halnya mahasiswa. Karena hanya dengan cara itulah keragaman dapat disikapi dengan bijak serta toleransi dapat diwujudkan. (prasetya.ub.ac.id, 13-12-2024)

Masuk dalam RPJMN

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi mengatakan, gagasan moderasi beragama telah menjadi program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Tugas Kemenag semakin besar karena diberi mandat sebagai leading sector atas program ini. Selain itu, dalam Peraturan Presiden No. 58 Tahun 2023, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas juga dipercaya sebagai ketua pelaksana sekretaris bersama (sekber) penguatan moderasi beragama

Program RMB antara lain melalui penguatan isu dan wacana publik serta melakukan advokasi kasus. Advokasi dilakukan pada kasus-kasus yang terjadi di lapangan maupun advokasi regulasi. Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan Kerja Sama Diktis Thobib Al-Asyhar menambahkan, tugas RMB di kampus PTKI yaitu sebagai pusat penguatan dan penyebaran wacana beragama yang moderat di masyarakat. 

Apalagi kampus PTKI merupakan garda terdepan dalam mengawal pemikiran dan gerakan moderasi beragama. Selain itu PTKI telah teruji dengan gagasan-gagasan moderatisme beragama. Menurutnya, melalui KKN gagasan moderasi beragama bisa diturunkan ke desa-desa melalui mahasiswa untuk menyebarkan indikator moderasi seperti komitmen kebangsaan, toleransi, antikekerasan di tengah masyarakat dengan beragam kegiatannya. 

Begitu pentingnya gagasan moderasi beragama dengan rumah moderasi sebagai salah satu programnya masuk dalam RPJMN 2020-2024 yang diopinikan sebagai solusi potensi konflik isu agama. Namun, apakah RMB ini benar menjadi solusi? Lantas, permasalahan utamanya apa sehingga RMB ini bisa dkatakan sebagai solusi? Jika diteliti selama ini kerukunan antar umat beragama di Indonesia berjalan begitu baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa agama yang hidup rukun secara berdampingan dan saling menghormati satu sama lain. 

Lalu, mengapa seolah digiring opini adanya konflik dengan isu agama dan pemerintah mengatakan bahwa solusinya dengan moderasi beragama dan RMB? Jika dikatakan, umat Islam intoleran terhadap umat beragama lain, buktinya mana? Karena umat Islam paham prinsip-prinsip toleransi yang sudah diajarkan dalam Islam, 'lakum dinukum waliyadin'. Untukmu agamamu, untukku agamaku. 

Toleransi dalam Islam

Islam memiliki definisi toleransi sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Islam jelas mengajarkan toleransi, sejarah telah mencatat tentang toleransi yang luar biasa. Misalnya ketika Islam berkuasa di Spanyol 700 tahun, saat itu Spanyol dalam 3 agama. Karen Amstrong menyebut, 'Yahudi enjoy their golden age under Islam in Andalusia'

Di Indonesia, gereja, vihara, pura, candi dan tempat ibadah lainnya tetap berdiri kokoh berabad lamanya. Ustaz Ismail Yusanto menjelaskan, ketika memahami makna toleransi harus berdiri kokoh di atas akidah Islam, pertama, tidak boleh mengatakan semua agama sama. Karena sebagai muslim harus yakin seyakin yakinnya bahwa hanya Islam agama yang diridai oleh Allah (QS. 3: 19).

Kedua, toleransi bukanlah partisipasi. Toleransi itu membiarkan mereka yang di luar Islam marayakan dan beribadah sesuai dengan keyakinan mereka. Bagi muslim tidak boleh berpartisipasi dengan dalih toleransi. Ketiga, toleransi tidak boleh kebablasan. Sikap seorang muslim tetap harus memuliakan yang Allah muliakan dan menghinakan apa yang dihinakan Allah (QS. 3: 26). Jangan sampai terbalik, memuliakan yang dihinakan oleh Allah, menghinakan yang semestinya dimuliakan oleh Allah.

Bagian dari Rand Corporation?

Maka, apa sebenarnya hakikat makan moderasi Islam atau moderasi beragama? Dikutip dari Al Wa'ie, Hakikat moderasi Islam dapat dipahami, salah satunya dari sebuah buku yang dikeluarkan Rand Corporation, berjudul Building Moderate Muslim Network, pada bab 5 tentang Road Map for Moderate Network Building in the Muslim World (Peta Jalan untuk Membangun Jaringan Moderat di Dunia Muslim). Dalam salah satu anak judulnya dijelaskan tentang karakteristik Muslim moderat (Characteristics of Moderate Muslims). Muslim moderat adalah orang menyebarluaskan dimensi-dimensi kunci peradaban demokrasi; termasuk di dalamnya gagasan tentang HAM, kesetaraan gender, pluralisme, dan menerima sumber-sumber hukum non-sektarian, serta melawan terorisme dan bentuk-bentuk legitimasi terhadap kekerasan (Angel Rabasa, Cheryl Benard et all, Building Moderate Muslim Network, RAND Corporation, hlm. 66).

Menurut Janine A Clark, Islam moderat adalah “Islam” yang menerima sistem demokrasi. Sebaliknya, Islam radikal adalah yang menolak demokrasi dan sekularisme. Moderasi Islam dalam pengertian ini bermakna membangun Islam yang menerima demokrasi dan kesetaraan gender (Tazul Islam, Amina Khatun, Islamic Moderate in Perspectives: A Comparison Between Oriental and Occidental Scholarships, International Journal of Nusantara Islam, Volume 03, No.2, 2015).

Namun, istilah moderasi beragama yang disebarluaskan di Dunia Islam, termasuk di negeri ini, oleh pejabat, ulama, atau akademisi tidak sama dengan definisi di atas. Baik karena adanya pengurangan maupun penambahan. Hal itu semata-mata ditujukan untuk menyembunyikan kejahatan di balik istilah ini. Pasalnya, jika kaum muslim mengetahui wajah asli “moderasi Islam”, proyek ini pasti menunai kegagalan. Untuk itu, agen-agen Barat, melalui ulama salatin dan akademisi bayaran, mencari-cari dalil—tepatnya dalih—baik dalam Al-Qur'an dan sunnah, untuk mengukuhkan moderasi Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. 

Mereka juga mencari-cari label istilah, seperti Islam wasathiyah, Islam Nusantara, Islam inklusif dan istilah-istilah lain, yang mengemban  ide kebangsaan, toleransi, antikekerasan agar moderasi Islam bisa diterima. Hanya saja, istilah itu tidak bisa menutupi jati diri moderasi Islam sebagai sebuah upaya merusak kesucian dan kemurniaan Islam, serta melanggengkan dominasi negara imperialis Barat atas dunia Islam. Srigala tidak akan pernah berubah menjadi seekor domba walaupun sekujur tubuhnya dibalut bulu domba.

Khatimah 

Apabila moderasi beragama digaungkan untuk menghalau Islam radikal dan kebangkitan umat Islam dalam memperjuangkan Islam kafah maka ide moderasi beragama bisa mengikis akidah generasi. Karena generasi dihadapkan pada pilihan, Islam moderat atau Islam radikal? Jika memilih Islam radikal akan berhadapan dengan rezim dan 'diperangi'. Dengan kata lain, generasi jangan menjadi muslim radikal yang memperjuangkan Islam kafah melainkan menjadi muslim moderat yang bisa menerima dan mengemban ide di luar Islam. Ini tentu bahaya untuk generasi sebagai estafet perjuangan Rasul, para sahabat, dan para ulama untuk menegakkan din Islam secara kafah di muka bumi. 

Dalam Islam tidak ada istilah Islam moderat atau moderasi beragama. Islam adalah agama yang Allah turunkan pada Rasulullah saw. agar diterapkan di muka bumi dan membawa rahmat ke seluruh alam. Hal ini sudah Rasul contohkan, begitu pula para sahabat dan khalifah setelahnya. Khalifah sebagai pemimpin di dalam Islam menerapkan seluruh hukum syariat untuk kemaslahatan. Negara menjaga akidah umat agar tidak mudah tergelincir pada penyelewengan hukum syarak. Negara tidak akan memfasilitasi berbagai hal yang justru dapat merusak akidah dan agama umat seperti dengan membangun RMB. Allahua'lam bishawab.

Posting Komentar untuk "Rumah Moderasi Membahayakan Akidah Generasi?"