Gempuran Israel Tewaskan Puluhan Warga Palestina, Gaza Terancam Krisis Air dan Malnutrisi
Puluhan warga Palestina tewas dan banyak lainnya terluka dalam serangan udara dan artileri Israel yang mengguncang wilayah selatan dan tengah Jalur Gaza pada Rabu (8/4). Serangan ini menargetkan permukiman sipil, termasuk kawasan Shejaiyya di timur Kota Gaza dan kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Menurut laporan Al-Jazeera, sedikitnya 20 warga Palestina tewas dan sekitar 50 orang lainnya luka-luka akibat serangan yang menghantam sebuah rumah di Jalan Baghdad, lingkungan Shejaiyya. Banyak dari korban luka mengalami luka bakar serius dan amputasi.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal, mengatakan bahwa jumlah korban tewas dari serangan di Shejaiyya bisa bertambah hingga 50 orang, seraya menuduh pasukan Israel sengaja menargetkan warga sipil untuk memaksimalkan korban jiwa.
Di tempat lain, dua warga Palestina, termasuk seorang anak, dilaporkan tewas dalam serangan udara yang menghantam sebuah apartemen milik keluarga al-Hajj di kamp pengungsi Nuseirat. Satu korban lainnya meninggal karena luka yang diderita dari serangan sebelumnya.
Serangan juga menyasar tenda pengungsi di barat Khan Yunis, Gaza selatan, menewaskan dua warga sipil termasuk seorang perempuan. Sementara itu, wilayah barat laut Rafah terus mengalami pengeboman intensif oleh militer Israel.
Artileri Israel turut menargetkan kawasan timur Kota Gaza. Kendaraan tempur Israel terlibat dalam penembakan intensif, menurut saksi mata dan laporan dari sumber-sumber Palestina.
Di tengah serangan udara yang terus berlangsung, Pemerintah Kota Gaza mengumumkan bahwa wilayah tersebut menghadapi krisis air parah yang telah memasuki hari keenam berturut-turut, menyusul kerusakan pada pipa utama Mekorot akibat gempuran Israel.
Pipa Mekorot menyuplai sekitar 70 persen air bersih untuk warga Gaza. Namun hingga kini, tim teknis belum diizinkan mendekati lokasi untuk melakukan perbaikan. Pemerintah Kota Gaza mengimbau lembaga internasional segera turun tangan untuk memfasilitasi akses dan mempercepat pemulihan layanan air.
Pemerintah kota juga melaporkan bahwa 64 dari 86 sumur air di Gaza telah dihancurkan oleh serangan Israel. Kini hanya tersisa 22 sumur yang masih berfungsi dan dioperasikan dengan energi surya dan generator cadangan.
Kementerian Kesehatan Gaza memperingatkan bahwa kombinasi antara kekurangan air bersih dan kurangnya gizi menciptakan kondisi kesehatan yang sangat genting. Sekitar 60.000 anak-anak di Gaza berisiko tinggi mengalami komplikasi serius akibat malnutrisi.
Kondisi diperparah oleh penutupan perlintasan yang telah berlangsung selama lima pekan terakhir. Ratusan truk bantuan kemanusiaan tertahan di luar wilayah Gaza, tidak dapat mengirimkan pasokan makanan, obat-obatan, maupun bahan bakar ke dalam wilayah konflik.
Penutupan perlintasan menyebabkan lumpuhnya layanan rumah sakit dan prosedur bedah, di tengah meningkatnya jumlah korban akibat agresi militer yang tak kunjung berhenti. Situasi ini memperbesar risiko kematian di kalangan pasien dan korban luka.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mendesak diberlakukannya gencatan senjata segera, mengingat situasi kemanusiaan yang semakin mengerikan. Layanan publik dan infrastruktur sipil di Gaza dikabarkan hampir lumpuh total.
Sejak dimulainya agresi Israel pada Oktober 2023, lebih dari 50.000 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Gaza kini porak-poranda dan menghadapi ancaman genosida yang nyata.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel juga tengah diadili di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tuduhan genosida di Gaza. [] N1l
Posting Komentar untuk "Gempuran Israel Tewaskan Puluhan Warga Palestina, Gaza Terancam Krisis Air dan Malnutrisi"