Palestina Masih Membara, Kaum Muslim Di Mana?
Oleh: Sherly Agustina, M.Ag. (Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)
Perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober 2023 tak kunjung berakhir, walau sempat ada perjanjian genjatan senjata di bulan Januari 2025 nyatanya Palestina masih membara. Lebih mengiris hati dan membuat pilu, bulan Ramadan saat umat Islam seharusnya khusyuk beribadah tapi umat Islam di Palestina masih dalam serangan Israel.
Pada Maret 2025 yang bertepatan dengan bulan Ramadan, Israel kembali melancarkan serangan yang mengakibatkan ratusan orang tewas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali menyatakan bahwa tujuan utama perang untuk menghancurkan Hamas sebagai entitas militer dan pemerintahan. Lalu, kapan perang ini akan berakhir?
Duka Gaza Belum Berakhir
Hingga saat ini, duka warga Gaza belum juga berakhir. Otoritas kesehatan setempat melaporkan serangan di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir menewaskan 41 warga Palestina dan melukai 61 orang lainnya. Serangan ini terjadi di bulan Ramadan ketika umat Islam sedang beribadah puasa. Jumlah tersebut menambah daftar korban jiwa akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu. Dilansir dari WAFA, Senin (24/3/2025), otoritas setempat mengonfirmasi total korban jiwa meningkat menjadi 50.021 yang tercatat, dengn 113.274 lainnya mengalami luka-luka. Mayoritas korban yaitu anak-anak dan perempuan.
Dari sumber yang sama mengatakan, layanan darurat masih belum bisa menjangkau banyak korban yang terjebak di bawah reruntuhan atau yang berserakan di jalan karena pasukan Israel terus menargetkan ambulans dan kru pertahanan sipil. Serangan brutal Israel terus berlanjut meski ada seruan dari Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata dan arahan Mahkamah Internasional yang mendesak tindakan pencegahan genosida di Gaza. Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang divapai pada 17 Januari 2025 pun dilanggar Israel.
Sebuah survei yang dilakukan Palestinian Centre for Public Opinion (PCPO) menjelaskan, lebih dari dua pertiga warga Palestina tidak percaya bahwa negara Arab-Islam telah melakukan upaya yang cukup untuk membantu Gaza dari serangan Israel. "Secara historis, Palestina telah mengandalkan negara-negara Arab dan Islam untuk dukungan politik, diplomatik, dan material. Namun, ada persepsi bahwa banyak negara tersebut lebih mengutamakan kepentingan geopolitik dan hubungan diplomatik daripada dukungan kuat terhadap hak-hak Palestina," kata Presiden dan Pendiri PCPO Nabil Kukali, dikutip dari The New Arab. (Detik.com, 24-3-2025)
Sungguh miris, negeri-negeri Arab yang secara geografis dekat dengan Palestina tidak peduli. Bahkan, serangan yang terjadi hingga bulan April pun mereka tetap diam seribu bahasa. Dilansir dari Kompas.tv, 8-4-2025, serangan udara yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza sejak Senin hingga Selasa (8/4/2025) dini hari menewaskan sedikitnya 25 orang, termasuk lima perempuan dan delapan anak-anak. Serangan tersebut menghantam permukiman warga di sejumlah wilayah. Menurut keterangan petugas medis Palestina, salah satu serangan terbesar terjadi di Kota Deir al-Balah, Gaza tengah.
Seruan Jihad
Korban terus berjatuhan, gedung, rumah sakit, sekolah, dan bangunan infrastruktur lainnya rusak. Sampai detik ini masih belum juga ada tanda-tanda perang ini akan berakhir. Perang ini memicu siapa saja mengutuk perbuatan Israel yang sangat brutal dan melanggar hak asasi manusia. Tak ada satu pun negara yang berani menghentikan Israel termasuk Amerika yang menjadi induknya. Padahal, perbuatan Israel sudah sangat melampaui batas kemanusiaan yang harus segera dihentikan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendukung fatwa jihad Serikat Ulama Muslim Internasional (IUMS) untuk melawan Israel. Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan fatwa itu sesuai dengan ijtimak ulama MUI. Sudarnoto menyatakan dalam ijtimak ulama MUI, organisasi ini telah menetapkan wajib hukumnya umat muslim membela Palestina. Sudarnoto menyatakan, dalam ijtimak MUI juga merekomendasikan pengiriman pasukan untuk melindungi warga Gaza dan Palestina secara umum dari genosida dan penghancuran yang dilakukan oleh Israel..
Sudarnoto menambahkan, fatwa jihad IUMS untuk melawan Israel harus didukung secara meluas. Menurutnya, fatwa jihad tersebut memberikan gambaran bahwa perlu diambil pendekatan komprehensif serta terkonsolidasi secara internasional. Khususnya oleh dunia Islam dalam melawan sekaligus menundukkan Israel, sekaligus mewujudkan kemerdekaan Palestina. Kita tidak boleh membiarkan pembunuhan dan penghancuran besar-besaran yang dilakukan oleh teroris terbesar abad ini yaitu Israel dan didukung oleh Amerika terus-menerus dilakukan. Langkah-langkah terukur secara politis dan diplomatis disebutnya perlu diambil agar AS mengalami tekanan luas dan menghentikan dukungan untuk Israel.
Sebelumnya, Sekjen IUMS Ali Al-Qaradaghi menyerukan kepada seluruh negeri muslim untuk melakukan intervensi secara ekonomi, politik, dan militer untuk menghentikan genosida di Gaza. Al-Qaradaghi menilai negara-negara Arab telah gagal mendukung Palestina dan menyerukan umat muslim melakukan jihad melawan Israel. Kegagalan Arab dan Pemerintahan Islam mendukung Gaza ketika kota itu dihancurkan dianggap hukum Islam sebagai kejahatan besar terhadap saudara-saudara kita yang tertindas di Gaza. (Kompas.tv, 8-4-2025)
Butuh Khilafah
Seruan IUMS dan MUI tentu harus diapresiasi dan berharap para pemimpin kaum muslim segera menindaklanjutinya. Namun pertanyaanya, di mana para pemimpin negeri-negeri kaum muslim? Mengapa tidak satu komando untuk sama-sama mengirimkan tentara membela Palestina dari kekejaman Israel? Jika saja umat Islam di seluruh dunia bersatu, akan lebih mudah menghadapi Israel dan Amerika. Sayangnya, umat Islam saat ini terpecah belah oleh nation state (negara bangsa).
Racun nation state inilah yang membuat umat Islam sibuk memikirkan negerinya masing-masing tak menghiraukan kondisi saudara sesama muslim di Palestina. Padahal, secara logika jika ada anggota keluarga kita yang terluka disakiti oleh orang lain tentu kita gerak cepat membela mati-matian meski nyawa taruhannya. Namun, umat Islam saat ini melihat puluhan ribu nyawa melayang dan ratusan ribu terluka hanya bisa diam. Ketika umat Islam mencoba membantu dengan mengirim logistik yang dibutuhkan, ternyata logistik tersebut tidak bisa sampai ke Palestina.
Nyata, umat butuh pemimpin yang bisa memimpin seluruh umat Islam di dunia mengerahkan tentara dalam satu komando siap berperang melawan Israel laknatullah. Jihad sudah di depan mata, namun belum ada yang bisa memimpin tentara umat Islam sedunia. Artinya, keberadaan Khilafah sebagai wadah yang menerapkan syariat secara kafah dan mengomandoi jihad sangat urgen. Hanya dengan Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah yang nanti akan menjadi amirul jihad memimpin tentara umat Islam.
Suatu saat, Palestina akan dibebaskan sebagaimana dulu pernah dibebaskan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil membebaskan Baitul Maqdis dari Tentara Salib pada 27 Rajab 583 H/1187 M. Peristiwa ini terjadi setelah hampir 90 tahun Baitul Maqdis dikuasai oleh Tentara Salib. Apabila dihitung sejak 1917 silam, maka Konflik Israel dan Palestina sudah berlangsung lebih dari seabad. Insyaallah dalam waktu dekat Palestina akan segera dibebaskan oleh hamba pilihan Allah di bawah naungan Khilafah. Takbir. Allahua'lam Bishawab.
Posting Komentar untuk "Palestina Masih Membara, Kaum Muslim Di Mana?"