Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembunuhan Marak, Cermin Masyarakat Rusak

Harga nyawa yang telah diberikan Allah begitu murah. Tanpa peduli kepada kehidupan manusia lainnya, penghilangan nyawa menjadi jalan jitu mengakhiri sengketa. Hal ini menunjukan kerusakan masyarakat diakibatkan kejumudan berpikir. Serta tanpa menemui jalan keluar suatu persoalan. Ditambah lagi, ketiadaan iman dan pengaturan hidup yang jauh dari Islam.

ilustrasi - pembunuhan
Ketidakpastiaan hukum atas segala persoalan belum pula menyelesaikan kasus yang ada. Benyak pula kasus hukum yang bertahun-tahun mengendap. Tanpa tahu rimba kepada siapa hukum ini harus ditegakan. Selama medio Oktober 2014, kasus hukum di wilayah Jawa Timur menigkat. Diwarnai dengan pencurian, pembunuhan,pemerkosaan, dan lainnya.

Pada tulisan ini akan dibahas terkait peristiwa pembunuhan dengan berbagai motif. Kasus tersebut menjadi headline pemberitaan di media massa. Sungguh ironis hidup saat ini. Rasa aman terhadap jiwa dan harta tak ada. Ditambah lagi pihak penguasa belum dapat memberikan keamanan yang layak bagi warganya. Akankah hal itu terus berulang, jika tanpa solusi? Lantas, apakah kehidupan yang rusak seperti ini akan dipertahankan? Sungguh memilukan, bukan?

8 Pembunuhan Keji di Jawa Timur

1 Oktober 2014

DS (17), warga Desa Karangrejo, Kecamatan Ujungpangkah, membunuh dua teman cewek yang dikenalnya dari Facebook dengan alasan sakit hati ditolak ajakannya untuk bertemu. Kedua korban, Nailus Shofi (14) dan Fidiatun Najihah (14) dibunuh di sebuah kebun mangga di Desa Gosari Ujungpangkah dengan cara dipukul kepalanya memakai linggis kecil. DS juga sempat memperkosa salah satu korban.

9 Oktober 2014

HAP (17) membunuh kakeknya, Mulyadi (58), warga Pakis Sidokumpul II Surabaya, karena sakit hati selalu menyuruh ibunya bercerai, di Surabaya. Korban dipukuli pakai balok kayu sampai tewas.

14 Oktober 2014

Khoirul Anam (37) membunuh temannya, Suyono (41) sesama pekerja pabrik mebel di Gresik gara-gara istri tersangka mengaku dua kali tidur dengan korban. Suyono dibunuh dengan cara digergaji lehernya saat tidur.

16 Oktober 2014

Nur Hadi Santoso (19) membunuh Nurhawi (23), rekan kerjanya di proyek pembangunan sebuah rumah di Dharmahusada Indah Surabaya. Nur Hadi membunuh karena sakit hati setelah dimarahi korban. Korban dibunuh dengan cara dipukul menggunakan paving block lalu dikubur dan disemen di garasi rumah yang sedang mereka bangun itu.

20 Oktober 2014

Aksan (27) dibunuh orang tidak dikenal di Kedungpeluk Sidoarjo hanya karena dianggap sebagai kawan orang yang baru saja dibacok.

21 Oktober 2014

Fredi Ariyanto (25) membunuh istrinya, Inggah Dwi Permana (21) di Mojokerto karena curiga istrinya berselingkuh. Fredi membunuh dengan cara memukul dan mencekik leher istrinya. Fredi kemudian mencoba bunuh diri dengan menyayat nadi di pergelangan tangannya, tetapi gagal, Nyawanya bisa diselamatkan.

22 Oktober 2014

Iksan Pratama (19) membantai keluarga Hendriadi (40), seorang juragan batik di Jombang. Iksan membunuh karena kerap dituduh korban mencuri di toko batiknya. Dalam pembantaian satu keluarga itu, tiga orang tewas, yaitu Delta Firiani (34) istri Hendriadi, kemudian dua orang anaknya, yakni Rivan Hernanda (11) dan Yoga Saputradi (9).

27 Oktober 2014

Ny Sumiati istri pedagang palawija asal desa Kalikajar Kulon, Kecamatan Paiton, Probolinggo tewas dicekik gerombolan perampok yang berjumlah 5 orang. Korban dibunuh karena berteriak-teriak minta tolong.

Cermin Masyarakat Rusak

Pembunuhan dilatarbelakangi berbagai motif. Ada yang karena sakit hati, menghilangkan jejak rampok, hingga alasan sepele. Motif ini sesungguhnya menunjukan kerusakan secara pemikiran-peraturan-perasaan. Ikatan yang ada di tengah masyarakat bukan ikatan yang benar. Karena ikatannya dibangun berdasar pemisahan antara agama dan kehidupan (sekularisme). Begitu pula peraturan yang ada tidak memberikan efek jera. Perasaan masyarakat dipenuhi dengan materialisme dan ingin solusi instant. Solusi yang tanpa mempertimbangkan kaidah hukum dan kepentingan manusia lainnya.

Jika alasan membunuh didasari sakit hati. Hal ini menunjukan kejumudan berfikir. Pemenuhan keinginan sesaat dan disertai nafsu jahat. Mengalahkan logika dan akal sehat. Aneh juga, orang yang tidak dikenal pun jadi sasaran pembunuhan. Tak sedikit perampokan juga disertai pembunuhan. Lantas, dimana letak kesadaran orang saat ini? Sungguh jahat manusia saat ini. Sudah jahat sistem pun jahat.

Secara garis besar ada tiga faktor. Pertama, faktor individu pelakunya. Yakni, sikap dan mentalnya sudah rusak, misalnya tidak takut dosa, meremehkan nyawa manusia, kehilangan kontrol diri, dan sebagainya. Kedua, faktor kondisi keluarga atau masyarakat. Misalnya ada sengketa rumah tangga, terlilit utang, gagal usaha, dan sebagainya. Ini bisa mendorong orang nekat membunuh. Ketiga, faktor lemahnya penegakan hukum oleh negara. Misalnya hukum yang bisa direkayasa atau dibeli, atau hukuman ringan yang tidak menimbulkan efek jera.

Kondisi seperti ini jika dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan masyrakat semakin rusak. Penghilangan nyawa yang begitu mudah menunjukan masyrakat dalam titik nadir. Seolah hidup dalam rimba belantara. Orang lain pun merasa tidak aman dan was-was. Kondisi semacam ini pun terjadi baik di dunia Barat atau Timur. Cermin masyarakat rusak ini perlu ada solusi fundamental yang tidak sekadar pada HAM atau kebebasan. Dua hal itu justru biang dari kerusakan masyarakat karena tidak diikat oleh agama dan hubungan dengan Sang Pencipta. Sesungguhnya Islam memiliki solusi dari setiap problem itu. Solusi yang menyerdaskan dan memberikan efek jera bagi yang lain.

Islam Punya Solusi

Dalam ajaran Islam, membunuh satu jiwa itu seakan-akan membunuh seluruh manusia (QS Al Maidah : 32). Bahkan jika korban pembunuhan itu seorang Muslim, Islam menilainya sebagai sesuatu yang sangat besar di sisi Allah, sampai-sampai Nabi SAW bersabda, “Sungguh hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang Muslim.” (HR Ibnu Majah no 2619).

Syariah Islam memberikan solusi pada dua level. Pertama, perbaikan umum, yaitu perbaikan masyarakat, dengan cara mengoreksi berbagai pemikiran, perasaan, dan peraturan yang menyimpang dari Islam. Pemikiran rusak seperti sekulerisme tidak boleh ada, wajib dihancurkan. Perasaan rusak seperti pemujaan berlebihan kepada harta benda, dihilangkan dengan dakwah Islam yang menggugah kesadaran. Selanjutnya peraturan rusak juga harus dienyahkan, seperti sistem kapitalis yang tidak adil, sistem pidana Barat yang tidak memberi efek jera, dan sebagainya. Kedua, perbaikan khusus, yaitu perbaikan sistem pidana (nizhamul ‘uqubat), dengan cara menghentikan penerapan sistem pidana Barat warisan penjajah, diganti dengan sistem pidana Islam berdasarkan Alquran dan Sunah.

Untuk menekan berbagai faktor tersebut, syariah Islam mengatasi masalah itu dengan dua cara. Pertama, memperbaiki sikap dan mental individunya dengan memperkuat keimanan dan ketakwaannya. Syariah Islam, misalnya, telah menerangkan bahwa membenci orang lain itu tidak baik, kecuali membenci karena Allah, misalnya membenci orang yang berbuat maksiat. Dendam itu tidak baik, karena yang lebih utama adalah memberi maaf dan bersabar. Kedua, menyelesaikan akar masalahnya, mengapa sampai timbul kebencian, dendam, mudah tersinggung, dll? Jika karena perselisihan rumah tangga, atau karena utang piutang, atau karena sengketa bisnis, syariah Islam mempunyai hukum-hukum syara’ yang sangat mencukupi sebagai solusinya, termasuk solusi berupa pengadilan syariah (al qadha`) yang adil.

Yang harus dilakukan, adalah menegakkan sistem pemerintahan yang pro syariah. Itulah khilafah. Karena khilafah sajalah satu-satunya sistem pemerintahan yang menjamin penerapan syariah Islam secara keseluruhan (kaaffah). Sistem pemerintahan sekarang adalah sistem sekuler yang buruk dan terbukti gagal, termasuk gagal melindungi darah warga negaranya sendiri. Apakah kegagalan ini mau terus dipertahankan? Tidak bisa. Karenanya, harus segera diganti dengan Negara Khilafah. Pemerintah Jawa Timur pun harus sadar untuk segera mengambil sistem dari Allah Swt jika ingin menjadi lebih baik. [Hanif Kristianto (Lajnah Siyasiyah HTI Jawa Timur)]

Sumber : Islampos/visimuslim.com

Posting Komentar untuk "Pembunuhan Marak, Cermin Masyarakat Rusak"

close