Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

212 USAI, Perjuangan Belumlah Selesai


Oleh : Widy Tsabitah
(Pendidik di Baiti Jannati, Sidoarjo)

Aksi Super Damai 212 kemarin meninggalkan berjuta kisah dan kesan apik bagi seluruh alam, baik bagi masyarakat, peserta, panitia, Polri, TNI, bahkan Presiden sekalipun. Kisah haru nan heroik telah ditoreh oleh mujahid-mujahid pembela Al-Qur’an. Adalah Mujahid Ciamis yang telah membangkitkan kobaran semangat Jihad kepada saudara seimannya di tanah air dan seluruh penjuru dunia. Tak heran bila kemarin saat aksi mereka disediakn shaf terdepan oleh panitia dalam  sholat Jum’at. Yah, shaf terdepan itu teruntuk mereka yang telah bersungguh-sungguh berjuang membela kalamNya, bukan untuk Presiden ataupun pejabat lainnya. Dan sederatan kisah haru sekaligus heroik lainnya yang bisa Anda dapat di tulisan lainnya, yang tak mungkin diceritakan satu per satu di sini. MasyaAllah...semua terjadi semata-mata karena pertolongan Allah yang telah memudahkan segalanya.

Peserta yang diperkirakan mencapai 7.000.000 jiwa itu memenuhi Monas dan meluber ke jalan-jalan sekitar HI. Karena sejatinya sesuai kesepakatan GNPF MUI bersama Kapolri hanya boleh sampai di Monas saja. Akan tetapi, tak ada yang sanggup membendung gelora semangat jihad kaum Muslimin. Itu belumlah termasuk mujahid yang dihalang-halangi kepolisian saat keberangkatan mereka ke Jakarta. Jika semua bisa berangkat dan turut dalam aksi itu, bukan tidak mungkin jama’ah sholat Jum’at Kubro kemarin akan semakin banyak dan makin menggentarkan penista Qur’an beserta pendukungnya. Dan serangkaian sesi dalam ASD 212 cukup dapat mematahkan anggapan bahwa ada MAKAR di dalamnya. Karena sejak awal berkumpulnya jama’ah hingga acara selesai dan bubar, semua berjalan tertib dan damai. Bersih tanpa sampah dan kerusakan apapun. Amazing..

Peserta bergerak menyemut memenuhi semua area yang bisa mereka jangkau demi bisa Sholat Jum’at, berdoa bersama, bergabung dengan jutaan umat lainnya menikmati manisnya iman dalam kebersamaan. Seolah terhanyut dalam kekhusukan menikmati serangkaian ceremoni Sholat Jum’at termegah dan terbesar di dunia ini, seluruh jama’ah tak bergeming dari duduknya meski sedang hujan mengguyur. Semua khusuk menyimak Khutbah Jum’at yang disampaikan Habieb Rizieq selaku Khotib kala itu. Bak Singa di podium bliau lantang menyampaikan “Hukum Allah di atas segalanya. Ayat Al-qur’an di atas ayat konstitusi. tidak boleh diganti, tidak boleh diamandemen”. MasyaAllah.. 

Khutbah Jum’at kala itu seolah menjadi poit besar bagi jama’ah dan seluruh alam yang menyimaknya. Yang terjadi bukan hanya doa bersama untuk mengetuk Pintu Langit demi mendapat keadilan atas ulah si Penista Ahok. Namun juga mengajak semua jama’ah yang hadir sekaligus pemirsa yang di rumah untuk kembali berHukum hanya pada Hukum Allah, Syariah Islam. Menempatkan ketaatan pada Allah di atas segalanya. “Tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman, demikian pula perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara lantas masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36). Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki ? dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah ayat 50)

Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Ayat ini bersifat umum mencakup segala permasalahan. Yaitu apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan hukum atas suatu perkara, maka tidak boleh bagi seorang pun untuk menyelisihinya dan tidak ada lagi alternatif lain bagi siapapun dalam hal ini, tidak ada lagi pendapat atau ucapan -yang benar- selain itu.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [6/423] cet. Dar Thaibah)

Tunduk kepada hukum Allah, ridha dengan syari’at-Nya, dan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah ketika terjadi perselisihan merupakan konsekuensi keimanan dan penghambaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala (lihat at-Tauhid li ash-Shaff ats-Tsalits al-‘Ali, hal. 37). Inilah sejatinya esensi dari apa yang disampaikan dalam Khutbah Jum’at saat itu. Dan itu menjadi PR besar bagi kita semua kaum muslimin. Membuka mata, hati, jiwa dan fikiran kaum muslimin di Indonesia khususnya, dunia pada umumnya untuk memahami ayat-ayat Allah yang lain untuk ditegakkan bersama dengan kesungguhan. Dengan Dakwah Fikriyah tanpa kekerasan mengajak umat berfikir untuk kembali kepada Islam seutuhnya. Memberikan segala ketaatan dan penghambaannya hanya kepada Allah. Berharap umat siap menyambut kebangkitan hakiki yang akan terjadi di depan, penerapan Syariat Islam secara Kaaffah dalam naungan Khilafah Islamiyah Minhajin Nubuwwah. [VM]

Posting Komentar untuk "212 USAI, Perjuangan Belumlah Selesai"

close