Shalat Malam: Tradisi Shalafush-Shalih
Jika aku banyak tidur
pada malam hari, berarti aku menyia-nyiakan diriku. Jika aku tidur pada
siang hari, berarti aku menelantarkan rakyatku (Khalifah Umar bin al-Khaththab ra.).
Pada bulan Ramadhan shalat malam (shalat tarawih) adalah salah satu
ibadah yang menonjol dilakukan oleh kaum Muslim di samping shaum,
membaca al-Quran, berzikir dsb. Sejatinya, di luar Ramadhan, shalat
malam (shalat tahajud) juga biasa dilakukan oleh setiap Muslim, apalagi
aktivis dakwah. Betapa pentingnya shalat malam bagi seorang Muslim,
Allah secara langsung memerintahkannya dalam al-Quran (TQS al-Isra’
[17]: 79). Betapa pentingnya shalat malam itu bagi para aktivis dakwah,
Allah pun secara langsung memerintahkannya dalam al-Quran (TQS
al-Muzammil [73]: 1-4).
Mengapa ada perintah seperti ini? Allah menjawabnya secara langsung:
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat (TQS al-Muzammil [73]: 5).
Artinya, Allah akan memberikan amanah yang sulit, beban yang berat
serta perintah-perintah yang membutuhkan tekad kuat dan semangat tinggi.
Itulah amanah yang ditolak langit dan bumi karena keduanya tidak mampu
mengembannya. Lalu amanah itu dibebankan pada pundak manusia. Amanah itu
adalah dakwah, amar makruf nahi mungkar dan jihad fi sabilillah.
Dalam pandangan Dr. Najih Ibrahim, shalat malam adalah “madrasah” paling agung, tempat seorang Muslim men-tarbiyah
dirinya, berkenalan dengan Tuhannya serta memahami seluruh makna
nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Shalat malam adalah “madrasah”
untuk belajar khusyuk, tunduk, merendahkan diri serta bertobat kepada
Allah Swt.
Menurut beliau, ketundukan kita pada malam hari adalah kunci
kebesaran kita pada siang hari; sujud kita pada malam hari adalah jalan
kemuliaan kita pada siang hari; kekhusyukan kita pada malam hari adalah
senjata kemenangan kita atas musuh serta rahasia kesuksesan kita di
jalan dakwah, amar makruf nahi mungkar dan jihad fi sabilillah.
Sulaiman al-Halbi mengerjakan shalat malam sebulan penuh di Masjid
al-Azhar sebelum membunuh Cliber. Ketika mengerjakan shalat, ia berdoa
kepada Allah dengan khusyuk, agar Dia memberinya kemudahan dalam
membunuh musuh Allah itu. Ketika itu Sulaiman al-Halbi hanya memiliki
satu pisau, tidak lebih. Allah Swt. memberinya kemudahan. Ia berhasil
membunuh Cliber, Komandan Perang Prancis terkenal, yang kedudukannya
sedikit di bawah Napoleon.
Shalahuddin al-Ayyubi, karena pemahamannya yang mendalam tentang
Islam, menyadari bahwa shalat malam adalah salah satu kunci kemenangan
kaum Muslim atas musuh. Karena itu, jika beliau berjalan melewati kemah
anak buahnya pada malam hari dan tidak menjumpai seorang pun yang
mengerjakan shalat malam, beliau segera membangunkan mereka dan memarahi
mereka seraya berkata, “Saya khawatir, kita diserang musuh malam ini,
dari kemah ini.”
Demikianlah Shalahuddin al-Ayyubi. Beliau menganggap tidak adanya
shalat malam sebagai celah yang lebih berbahaya daripada celah pada
benteng hingga musuh bisa menyerang dari celah tersebut.
Sejak permulaan jihad hingga berjumpa dengan Allah Swt., Khalid bin
Walid dan kawan-kawannya mengerjakan shalat malam berjam-jam dan membaca
banyak ayat al-Quran di dalamnya. Ia menangis sehingga membuat yang
lain juga menangis. Siapa pun yang pernah berinteraksi dengan mereka
saat itu berkomentar, “Khalid dan rekan-rekannya seperti para malaikat
dalam wujud manusia.” Barangkali inilah, di samping sebab-sebab lain,
salah satu kunci sukses jihad Khalid bin Walid.
Ada seorang ulama aktivis Islam yang tidak pernah meninggalkan shalat
malam barang satu malam pun. Setiap malam ia mengerjakan shalat malam
sebanyak sebelas rakaat dan meng-khatam-kan al-Quran. Ia
meningkatkan frekuensi ibadahnya ini selama bulan Ramadhan. Padahal ia
telah lanjut usia serta menderita diabetes dan beberapa penyakit lain.
Namun, kaum muda tampak kelelahan jika shalat di belakangnya. Bahkan ada
di antara mereka yang tidak mau lagi shalat di belakangnya. Itulah yang
terjadi.
Seorang generasi salaf berkata, “Aku senang jika malam datang.
Hidupku terasa nikmat karenanya dan mataku terhibur dengannya, karena
aku dapat bermunajat kepada Zat yang aku sangat suka mengabdi dan tunduk
di hadapan-Nya.”
Setiap aktivis Islam harus menyadari bahwa kekhusyukan dan
ketundukannya kepada Allah pada malam hari akan membuka pintu
kesuksesannya di jalan dakwah. Shalat malam akan memberi kita spirit
baru untuk beramal demi Islam dan bekal agung, yaitu tawakal kepada-Nya;
juga memberi kita keberanian melawan musuh-musuh Islam. Shalat malam
akan membuat hati kita kuat dan iman kita subur.
Sebagian orang mungkin berkata, “Saya sibuk menangani banyak agenda
dakwah dan tidak ada waktu lagi untuk mengerjakan shalat malam.”
Untuk mereka, Dr. Najih Ibrahim memberikan nasihat, “Shalat malam
adalah salah satu amal demi Islam. Ia adalah salah satu sarana efektif
dalam mewujudkan kesuksesan gerakan dakwah dan tegaknya Daulah Islam.”
Jika seluruh kader dakwah mengerjakan shalat malam secara rutin dalam
seluruh keadaan—saat senang maupun susah; saat lapang maupun
sibuk—insya Allah gerakan dakwah akan meraih sukses besar.
Setiap aktivis Islam hendaknya selalu mengingat perkataan Khalifah
Umar bin al-Khaththab ra., “Jika aku banyak tidur pada malam hari,
berarti aku menyia-nyiakan diriku. Jika aku tidur pada siang hari,
berarti aku menelantarkan rakyatku.”
Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. memang dikenal rajin mengerjakan
shalat malam. Padahal sebagai pemimpin negara, kseibukannya sangat luar
biasa. Begitu besarnya perhatian beliau terhadap shalat malam, banyak
Sahabat ingin menirunya. Bahkan, setelah beliau meninggal, ada salah
seorang Sahabat yang menikahi salah satu mantan istri beliau hanya
sekadar ingin tahu sejauh mana shalat malamnya Umar bin al-Khaththab ra.
agar ia bisa menirunya.
Penerusnya, Khalifah Utsman bin Affan ra., biasa meng-khatam-kan
al-Quran dalam tempo satu malam. Itu beliau lakukan dalam shalat
malamnya! Ini betul-betul terjadi sebagaimana disebutkan dalam banyak
hadis sahih.
Rasulullah saw. sendiri, yang super sibuk mengurusi umat beliau,
berdakwah dan berjihad melawan musuh-musuh Islam sepanjang hidup Beliau
serta mendidik para Sahabat dan umat Islam, tetap mengerjakan shalat
malam sebelas rakaat setiap malam. Wajarlah jika beliau, para Sahabat
dan generasi salaf ash-shalih setelah mereka meraih kedudukan
terpuji di dunia, juga tentu di akhirat kelak. Itu memang sudah menjadi
janji Allah kepada mereka yang rajin menunaikan shalat malam (QS
al-Isra’ [17]: 79).
Wamâ tawfîqi illâ billâh. [abi/hti]
Posting Komentar untuk "Shalat Malam: Tradisi Shalafush-Shalih"