Kalimat Kutukan dan Twitter Keprihatinan Tidak Menggugurkan Kewajiban Anda Untuk Menolong Umat Islam Di Mesir, Presiden!
Pembantaian yang dilakukan militer Mesir terhadap pendukung Mursi dan
Ikhwanul Muslimin terus berlanjut. Korban berjatuhan sudah mencapai di
atas angka tiga ribu lebih. Militer Mesir menggunakan cara-cara biadab
dalam menangani kaum demonstran. Termasuk menggunakan tank-tank dan
panser untuk menggilas tubuh para demonstran yang sudah meninggal maupun
yang masih hidup. Bahkan militer Mesir menggunakan cara yang teramat
keji dengan membakar mesjid al-Adawiya dan Rumah Sakit Rabaa al-Adawiyah
yang berisi ratusan pasien.
Militer Mesir telah mendapat persetujuan dari Washington untuk
mengkudeta presiden terpilih Mursi dan mengambil alih pemerintahan.
Situs “Harakah Mishra al-Madaniyah” yang merupakan laman sekuler dua
bulan lalu pada 22/4/2013 telah mengutip di bawah judul syarat-syarat
Amerika untuk menyetujui intervensi militer dalam bentuk yang tidak
tampak sebagai kudeta militer!
Hal itu juga tampak dari sikap AS yang ditampakkan John Kerry, Menlu
AS, yang mengatakan bahwa kekerasan di Mesir adalah tercela (deplorable),
namun ia menolak untuk berkomentar apakah pemerintah AS akan mengambil
langkah untuk menekan tindakan brutal militer terhadap para demonstran.
Presiden Obama juga tidak berkomentar apapun saat diperlihatkan
foto-foto kekejaman militer Mesir. Obama tetap memilih untuk melanjutkan
liburannya dan bermain golf dan menghadiri pesta yang diadakan salah
seorang donor besar kampanyenya.
Sikap politik keji dan standar ganda yang diperlihatkan para penguasa
Barat, khususnya AS, sebenarnya tidaklah mengherankan kita. Akan tetapi
yang harus dilihat dan diminta oleh umat adalah sikap para pemimpin
dunia Islam; apa yang mereka lakukan dalam menghadapi kekejaman militer
Mesir terhadap rakyat mereka sendiri.
Di tanah air kita sudah mendengar bahwa Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono hanya menyatakan keprihatinannya atas konflik di Mesir. Ia
berkali-kali mengirim twitter mengutarakan pendapatnya soal Mesir. Ia
berkelit untuk terlibat lebih jauh menyelesaikan persoalan di Mesir
dengan berdalih “Situasinya sulit dan kompleks, opsinya tidak terlalu
banyak untuk menghentikan pertumpahan darah.”(republika. co.id, 15/8).
Presiden SBY mengutuk bahwa tindakan militer Mesir bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Dan seperti para pemimpin dunia Islam lainnya, Presiden SBY berharap
agar PBB dan Liga Arab dapat menyelesaikan konflik yang terjadi di
Mesir. Seruan klise yang dinyatakan hampir semua para pemimpin dunia
Islam.
Sebenarnya persoalan Mesir tidaklah komplek solusinya. Penghulu umat
ini, Rasulullah saw. telah memerintahkan kita untuk melakukan tindakan
manakala terjadi kezaliman. Sabda Beliau:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim ataupun yang terzalimi!”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami dapat menolong orang
yang terzalimi, tapi bagaimana kami menolong orang yang berbuat zalim?”
Rasulullah saw. menjawab;
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ ، فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ
“Engkau mencegahnya dari berbuat kezaliman, itulah pertolongan baginya!” (HR. Bukhari).
Tindakan yang harus dilakukan para pemimpin negeri-negeri Islam,
termasuk Presiden SBY adalah dengan mencegah kekejaman yang terus
menerus dilakukan militer Mesir terhadap sesama kaum muslimin, meski itu
harus mengerahkan kekuatan militer lagi guna mencegah kezaliman besar
ini.
Menyerahkan nasib kaum muslimin di Mesir kepada PBB sama dengan
menggantang asap. Bahkan akan membuka intervensi pasukan asing dan
kekuatan politik untuk melanggengkan dominasi mereka di kawasan Timur
Tengah, khususnya Mesir.
Semenjak kejatuhan Mubarak, Barat terus berupaya untuk menjaga
kepentingan mereka dan kepentingan sekutu mereka, Israel, tetap
terpelihara. Mereka telah mendekati Mursi dan mengambil sejumlah
komitmen darinya, namun demikian Amerika Serikat tidak puas dengan
kepemimpinan Mursi lalu menyokong militer untuk melakukan kudeta
terhadapnya. Dapat dikatakan AS telah menyerahkan leher Mursi dan para
pengikutnya untuk digorok junta militer. Maka berharap kepada PBB yang
telah dikuasai oleh kepentingan negara-negara Barat, khususnya Amerika
Serikat adalah tindakan bodoh dan pengkhianatan terhadap kaum muslimin
di Mesir.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا
مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي
صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai
apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut
mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar
lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya.” (TQS. Ali Imran [3]: 118)
Hanya saja para pemimpin dunia Islam, termasuk Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, telah mengalami ‘kelumpuhan’ untuk bertindak
mengatasi persoalan Mesir. Kelumpuhan itu disebabkan dua hal; sikap
nasionalisme yang lebih mementingkan urusan dalam negeri sendiri dan
tidak peduli dengan nasib sesama kaum muslimin. Kedua, adalah
loyalitas mereka kepada Barat yang telah menyokong kepemimpinan mereka
selama ini. Sebagaimana diketahui Indonesia telah lama berada dalam
asuhan Amerika Serikat. Bahkan Presiden SBY dengan tidak malu mengatakan
kekagumannya kepada AS dan menjadikannya sebagai ‘negeri kedua’
baginya.
Nasionalisme telah melemahkan sikap ukhuwah Islamiyyah sedangkan
loyalitas mereka kepada Barat telah membuat para pemimpin dunia Islam
takut untuk bertindak, seolah-olah mereka tidak memiliki Allah Yang Maha
Perkasa.
Kepada para pemimpin dunia Islam, khususnya kepada Presiden SBY, kami
ingatkan bahwa kalimat kutukan dan kiriman twitter keprihatinan – meski
ratusan jumlahnya – tidak akan menggugurkan kewajiban mereka di hadapan
Allah untuk menghentikan kezaliman ini. Kalian memiliki kekuatan yang
dapat diandalkan untuk menghentikan kezaliman. Di pundak kalian ada
kewajiban yang belum tertuntaskan. Tidakkah kalian takut kepada Allah
telah menelantarkan amanat ini?
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا
وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (TQS. al-Ahzab: 72).
Ya Allah, saksikanlah! [Iwan Januar – LS HTI]
Posting Komentar untuk "Kalimat Kutukan dan Twitter Keprihatinan Tidak Menggugurkan Kewajiban Anda Untuk Menolong Umat Islam Di Mesir, Presiden!"