Posisi Ridwan Saidi dan Miss World
Menarik mencermati Ridwan. Laki-laki kelahiran Jakarta, 1942
ini, kini menjadi juru bicara pendukung Miss World. Dalam ‘berita di
TVOne’ kemarin siang (10/9), Ridwan mendukung Miss World (MW) karena
merupakan budaya metropolitan dan tidak ada satu pun undang-undang yang
dilanggar dalam MW itu. Ia juga menyebut bahwa MW adalah ‘gimmick’
budaya metropolitan.
Gimmick adalah salah satu strategi pemasaran suatu produk (barang
ataupun jasa) dengan menggunakan cara-cara yg tidak biasa atau
kontroversional (faktor X) sehingga produk tersebut cepat dikenal
masyarakat karena faktor X tadi. Seperti sebuah iklan kosmetika atau
produk minuman menggunakan Puteri Indonesia atau Putri Dunia.
Dalam ideologi kapitalis tentu putri-putri an atau Miss-Miss an itu
tentu dianggap biasa. Apakah untuk kepentingan pariwisata, pendidikan,
bisnis, bahkan politik. Bagaimana Islam melihat hal itu?
Kita tentu ingat, Rasulullah sallallahu alayhi wasallam menyatakan
bahwa Allah tidak melihat fisik dan rupa seseorang, tapi Allah melihat
hati dan amal seseorang. Maknanya dalam Islam, fisik yakni kecantikan
dan ketampanan tidak menjadi ukuran dalam menilai kehebatan atau
kemuliaan seseorang. Tapi orang dinilai dari amal perbuatannya dan
hatinya (keikhlasannya). Maka AA Gym jauh lebih mulia dari bintang film
Harrison Ford misalnya. Karena AA Gym ilmu dan amalnya telah banyak
bermanfaat bagi masyarakat, daripada Ford yang Cuma dalam khayalan film
saja.
Begitu juga Dr Ratna Megawangi lebih mulia dari Whulandary Herman
Puteri Indonesia 2013. Mengapa? Karena Ratna telah banyak berbuat untuk
masyarakat dari Whulan. Ia telah menulis buku Membiarkan Berbeda yang
menguliti ideologi kaum feminis dengan bagusnya dan mendirikan sekolah
karakter yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Bukankah ia lebih
berhak menjadi Puteri Indonesia dari Whulan, yang ‘sekedar’ cantik
rupanya?
Tapi begitulah ideologi Kapitalis lebih menghargai fisik dari ‘ruh’.
Lebih menghargai yang terlihat dari yang tidak terlihat atau sulit
terlihat. Lebih menghargai kosmetika dari air wudhu. Lebih menghargai
tubuh daripada jiwa.
Padahal manusia yang terpenting adalah jiwanya, bukan fisiknya.
Mohammad Natsir ketika berumur 70 tahun, fisiknya sudah lemah, para dai
dan cendekiawan senantiasa menunggu pemikiran dan amalnya. Bahkan ketika
sedang sakit fisiknya berbaring, para dai menungguinya merekam-mencatat
untuk memberikan sambutan. Prof Alatas meski usianya 80-an,
pendengarannya sudah kurang, kini di kampus UTM Malaysia, ditunggui
ceramahnya oleh para cendekiawan. Prof Amien Rais meski usianya 70-an
tahun dan fisiknya melemah, pemikiran-pemikirannya yang segar dalam
tauhid dan melawan liberalisme senantiasa ditunggui dai-dai
Muhammadiyah.
Al Qur’an menyatakan :
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang-orang yang mengotori jiwanya.” (QS. Asy Syam [91] : 9-10).
Jadi yang harusnya menjadi ‘gimmick’ adalah orang-orang hebat itu. AA
Gym, Dr Ratna Megawangi, Prof Alatas, Amien Rais dan lain-lain. Bukan
puteri ini puteri itu. Atau pria tampan ini pria tampan itu.
Tapi begitulah, ideologi Barat yang lebih mementingkan fisik dan
‘ideologi TV’ yang lebih mementingkan wajah. Mereka lebih memilih fisik
daripada jiwa. Lebih memilih yang mudah terlihat daripada yang sulit
terlihat atau tidak terlihat. Lebih memilih kepentingan jangka pendek
daripada jangka panjang.
Dan itulah permasalahan kita di Indonesia dan dunia yang ‘peradabannya’ sedang rusak kini.
Ridwan Saidi harusnya menyadari semua itu. Bila dulu
tulisan-tulisannya di Majalah Panjimas yang diasuh Buya Hamka
menggetarkan banyak kaum terpelajar Islam Indonesia, tapi mengapa kini
kata-katanya justru banyak menyakitkan umat Islam? Terakhir bahkan
Ridwan dengan bagus menjadi garda terdepan dalam melawan pluralisme yang
diserukan pendiri Paramadina.
Seorang sahabat dekat Ridwan cerita bahwa Ridwan punya kelemahan
‘tertentu’. Dan kelemahan inilah yang nampaknya dimanfaatkan oleh kaum
pro Miss World untuk menjadikan Ridwan sebagai juru bicara terdepan
melawan kaum terpelajar Islam yang kontra Miss World. Semoga Ridwan
sadar. Karena kita khawatir ia terkena firman Allah SWT:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ
يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ
أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan
sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh hal yang mungkar dan
mencegah hal yang makruf dan mereka ‘menggenggamkan tangannya’. Mereka
telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya
orang-orang munafik itulah orang yang fasik.” (QS. At Taubah [9] : 67)
Padahal seharusnya Ridwan berdiri bersama kaum Muslimin untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ
بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian
mereka menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang makruf
dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat
oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah [9] : 71). [IslamPos/Nuim Hidayat]
Posting Komentar untuk "Posisi Ridwan Saidi dan Miss World"