Thalabun Nushrah Bagian dari Metode Dakwah Rasulullaah SAW
Kesaksian Brigadir Jendral Hussaam
Al-’Awaak (Mantan Petinggi Militer Suriah yang Membelot dari Basyar
Assad -la’natullaahi ’alayh-):
“Hizb ut Tahrir has worked from inside
Syria and influence within the ranks of the Syrian Army and they are
considered to be part of it enjoying a high level of popularity with the
syirian people. It is a party that is the son of the people on the
ground and none of its leadership has left Syria apart from those who
were chased into Jordan and Lebanon.”[1]
Terjemah:
” Hizbut Tahrir telah bekerja dari dalam
negeri Suriah dan mempengaruhi jajaran Angkatan Darat Suriah dan mereka
dianggap menjadi bagian darinya dan dikenal dengan sangat baik di
kalangan rakyat Suriah. Ini adalah sebuah partai yang merupakan anak
kandung rakyat dan tidak ada satupun pemimpinnya yang telah meninggalkan
Suriah kecuali mereka yng dikejar hingga ke Yordania dan Libanon.”
Kesaksian di atas menunjukkan betapa
pentingnya aktivitas thalabun nushrah dan besarnya pengaruh aktivitas
tersebut terhadap keberhasilan dakwah.
Aktivitas Thalabun Nushrah Bagian dari Metode Dakwah Rasulullaah SAW
Aktivitas thalabun Nushrah (mendakwahi
dan meminta dukungan ahlul quwwah) merupakan salah satu bagian dari
metode dakwah Rasulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam-. Aktivitas
tersebut merupakan dakwah kepada mereka (para ahlul quwwah) untuk
menjadi bagian dari kaum muslimin yang menjadi anshaar al-Islaam
(penolong Islam).
Al-’Alim al-Syaikh ‘Atha’ bin Khalil
(ulama mujtahid, amir HT) menuturkan dalam kitab Ushuul al-Fiqh-nya,
ketika menjelaskan qariinah jaazimah (indikasi tegas) yang menunjukkan
kewajiban:
التزام الرسول طريقة معينة لإقامة الدولة
وهي طلب النصرة، وتكبد الرسول في سبيل ذلك المشاق دون أن يغير هذه الطريقة
يدل على أن طلب النصرة لإقامة الدولة فرض وأي فرض
“Konsistensi Rasulullah SAW terhadap
metode tertentu untuk menegakkan Dawlah yakni thalab al-nushrah (meminta
dukungan ahlul quwwah terhadap dakwah), dan keteguhan Rasulullah SAW
terhadap kesulitan ini tanpa mengubah metode ini menunjukkan bahwa
aktivitas thalab al-nushrah untuk menegakkan Dawlah Islamiyyah merupakan
kewajiban dari kewajiban yang ada.”[2]
Beliau pun menukil riwayat-riwayat dalam
Siirah Ibn Hisyaam, yang meriwayatkan penjelasan Imam Ibn Ishaq.
Bukankah terkenal kisah perjuangan dan kegigihan Rasulullaah
-shallallaahu ‘alayhi wa sallam- mendakwahi dan meminta dukungan para
ahlul quwwah dari berbagai kabilah? Bani tha’if, bani Abu Hanifah dan
lainnya. Dan kabilah yang menerima dakwah, mendukung serta menjadi
penolong dakwah ini adalah dua kekuatan besar di Yastrib yakni ‘Aus dan
Khajraj, sehingga riil tegaknya Dawlah Islaamiyyah di Yastrib
(Al-Madiinah al-Munawwarah).
Al-’Alim asy-Syaikh ‘Atha bin Khalil
ketika ditanyakan padanya “apakah thalab an-nushrah bagian dari tahapan
berinteraksi dengan ummat (tafa’ul ma’al ummah) atau bagian dari tahapan penyerahterimaan pemerintahan”, dalam tanya jawab akun fb resminya[3] beliau menjawab:
Jawaban
Thalab an-nushrah adalah pada akhir
tahapan at-tafa’ul. Dan jika ahlul quwah menjawab, dan mereka mampu
melakukan perubahan, maka tahapan ketiga telah datang atas izin Allah.
Dan kami telah merinci masalah ini di buku kami khususnya al-Manhaj. Dan
berikut ini perkara-perkara sebagai penjelasan:
Pertama: Rasul saw mulai mencari nushrah
selama tahapan at-tafa’ul. Ketika Abu Thalib meninggal, masyarakat
Mekah jumud dan tertutup di hadapan Rasul saw. Dengan meninggalnya Abu
Thalib, penyerangan Quraisy kepada Rasul makin sengit sampai pada
tingkat yang belum pernah dilakukan semasa hidup paman beliau, Abu
Thalib. Maka perlindungan Rasul saw menjadi lebih lemah dari
perlindungan pada masa Abu Thalib. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada
beliau untuk menyodorkan diri beliau kepada kabilah-kabilah arab untuk
meminta perlindungan dan nushrah mereka kepada beliau sehingga beliau
mampu menyampaikan apa yang beliau diutus dengannya dari Allah,
sementara beliau dalam keadaan aman dan terlindungi. Ibn Katsir
menyatakan di dalam sirah dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata:
لَمَا أَمَرَ اللهُ رَسُوْلَهُ أَنْ
يَعْرَضَ نَفْسَهُ عَلَى قَبَائِلِ الْعَرَبِ خَرَجَ وَأَنَا مَعَهُ
وَأَبُوْ بَكْرٍ إِلَى مِنَى حَتَّى دَفَعْنَا إِلَى مَجْلِسٍ مِنْ
مَجَالِسِ الْعَرَبِ
Ketika Allah memerintahkan rasul-Nya
untuk menyodorkan diri beliau kepada kabilah-kabilah Arab, beliau keluar
dan saya dan Abu Bakar bersama beliau ke Mina hingga kami datangi
majelis-majelis orang Arab.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Katsir dari Ibn Abbas dari al-‘Abbas ia berkata: Rasulullah saw bersabda kepadaku:
«لاَ أَرَى لِيْ عِنْدَكَ وَلاَ عِنْدَ
أَخِـيْكَ مَنَعَةً، فَهَلْ أَنْتَ مُخْـرِجِيْ إِلَى السُّوْقِ غَداً
حَتَّى نَقِرُّ فِيْ مَنَازِلِ قَبَائِلِ النَّـاسِ -وَكَانَتْ مَجْمَعَ
الْعَرَبِ- قَالَ: فَقُلْتُ هَذِهِ كِنْدَةَ وَلَفُّهَا، وَهِيَ أَفْضَلُ
مَنْ يَحُجُّ مِنْ الْيَمَنِ، وَهَذِهِ مَنَازِلُ بَكْرٍ بْنِ وَائِلٍ،
وَهَذِهِ مَنَازِلُ بَنِيْ عَامِرٍ بْنِ صَعْصَعَةِ، فَاخْتَرْ لِنَفْسِكَ،
قَالَ: فَبَدَأَ بِكِنْدَةَ فَأَتَاهُمْ»
Saya tidak melihat padamu dan saudaramu
perlindungan. Apakah engkau mau menemaniku keluar ke pasar besok, hingga
kita berdiam di tempat-tempat singgah kabilah-kabilah orang –dan mereka
adalah sekumpulan orang Arab-“. Al-‘Abbas berkata, “Maka aku katakan,
ini Kindah dan kemahnya, dan mereka adalah orang yang terbaik yang
menunaikan haji dari orang Yaman. Ini tempat singgah Bakar bin Wail. Ini
tempat singgah Bani Amir bin Sha’sha’ah. Pilihlah untuk dirimu.”
Al-‘Abbas berkata: “Maka beliau memulai dengan Kindah dan beliau
mendatangi mereka”.
Kedua: Jelas bagi ahlul quwah
“kabilah-kabilah” pada waktu itu, yang diminta nushrahnya oleh Rasul
saw. Jelas bagi mereka bahwa yang diminta adalah melindungi Rasul saw
dan memungkinkan beliau mendirikan entitas di tengah mereka yang di situ
diterapkan hukum-hukum Allah SWT. Yakni mereka paham dengan gamblang
dan jelas bahwa nushrah tersebut adalah untuk mendirikan daulah yang
memerintah dan berjihad … Karena itu, Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, ketika
Rasul saw meminta nushrahnya. Mereka berkata:
أرأيتَ إنْ نَحْنُ بَايَعْنَاكَ عَلَى
أَمْرِكَ، ثُمَّ أَظْهَرَكَ اللَّهُ عَلَى مَنْ خَالَفَكَ، أَيَكُونُ لَنَا
الْأَمْرُ مِنْ بَعْدِكَ؟ قَالَ: الْأَمْرُ إلَى اللَّهِ يَضَعُهُ حَيْثُ
يَشَاءُ. قَالَ: فَقَالَ لَهُ: أفَتُهدَف نحورُنا لِلْعَرَبِ دُونَكَ،
فَإِذَا أَظْهَرَكَ اللَّهُ كَانَ الْأَمْرُ لِغَيْرِنَا! لَا حَاجَةَ
لَنَا بِأَمْرِكَ؛ فَأَبَوْا عَلَيْهِ.
“Bagaimana pandanganmu jika kami
membai’atmu atas urusanmu, kemudian Allah memenangkanmu atas orang yang
menyelisihimu, apakah perkara (kekuasaan) sesudahmu menjadi milik kami?
Rasul menjawab, “Perkara (kekuasaan) ada pada Allah, Dia akan serahkan
sesuai kehendak-Nya.” Al-‘Abbas berkata: “Maka salah seorang berkata
kepada beliau: “Apakah kami dikorbankan orang Arab untuk melidungimu dan
jika Allah memenangkanmu, urusan (kekuasaan) untuk selain kami! Kami
tidak ada keperluan dengan urusanmu. Lalu mereka menolak beliau”.
Yakni mereka mengetahui bahwa nuhsrah
tersebut adalah untuk menegakan negara. Maka mereka ingin menjadi
penguasanya setelah Rasulullah saw. Demikian juga Bani Syaiban berkata
kepada Rasul saw ketika beliau meminta nushrahnya:
وإنما نزلنا بين ضرتين، فقال رسول الله صلى
الله عليه وسلم: «ما هاتان الضرتان»؟ قال: أنهار كسرى ومياه العرب، وإنما
نزلنا على عهد أخذه علينا كسرى لا نحدث حدثا ولا نؤوي محدثا، وإني أرى هذا
الأمر الذي تدعو إليه مما تكرهه الملوك، فإن أحببت أن نؤويك وننصرك مما يلي
مياه العرب فعلنا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ما أسأتم في الرد
إذ أفصحتم بالصدق، وإن دين الله لن ينصره إلا من أحاطه من جميع جوانبه»
“Sungguh kami tinggal di antara dua
bahaya”. Rasul bersabda: “apakah dua bahaya itu?” Ia berkata: “Sungai
Kisra dan perairan al-Arab. Sesungguhnya kami tinggal di atas perjanjian
yang diambil oleh Kisra atas kami, bahwa kami tidak membuat insiden dan
tidak mendukung pembuat insiden. Dan saya melihat perkara yang engaku
minta termasuk apa yang tidak disukai oleh para raja. Jika engkau ingin
kami mendukungmu dan menolongmu dari apa yang mengikuti perairan Arab,
kami lakukan.” Rasululah saw pun bersabda: “Engkau tidak berlaku buruk
dalam menolak, sebab engkau menjelaskan dengan jujur. Dan sesungguhnya
agama Allah itu, tidak akan menolongnya kecuali orang yang melingkupinya
dari segala sisinya”.
Jadi mereka memahami bahwa nushrah itu
berarti pemerintahan dan jihad melawan orang Arab dan non Arab. Maka
mereka setuju memerangi orang Arab, dan tidak setuju memerangi Persia.
Ketiga: Kemudian ketika Allah SWT
memutuskan perkara tersebut, terjadilah baiat Aqabah kedua yang
merupakan nushrah untuk menegakkan daulah di Madinah. Setelah itu masuk
tahapan ketiga, yakni penegakan daulah.
Keempat: Jelaslah dari semua itu bahwa thalab an-nushrah adalah sebelum tahapan ketiga, yakni pada tahapan at-tafa’ul.
Kelima: Inilah yang dilakukan oleh Hizb
ketika memulai aktifitas thalab an-nushrah pada tahun enam puluhan abad
dua puluh dan Hizb masih terus melakukannya. Kami memohon kepada Allah
SWT agar memuliakan umat ini dengan para penolong (anshar) yang
mengembalikan jejak langkah kaum Anshar yang pertama, sehingga daulah
Islam ditegakkan, daulah al-Khilafah ar-Rasyidah, dan rayah al-‘Uqab,
Rayah Rasulullah saw berkibar di ketinggian. Dan pada hari itu
orang-orang Mukmin bergembira karena pertolongan Allah …
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Katsir dari Ibn Abbas dari al-‘Abbas ia berkata: Rasulullah saw bersabda kepadaku:
«لاَ أَرَى لِيْ عِنْدَكَ وَلاَ عِنْدَ
أَخِـيْكَ مَنَعَةً، فَهَلْ أَنْتَ مُخْـرِجِيْ إِلَى السُّوْقِ غَداً
حَتَّى نَقِرُّ فِيْ مَنَازِلِ قَبَائِلِ النَّـاسِ -وَكَانَتْ مَجْمَعَ
الْعَرَبِ- قَالَ: فَقُلْتُ هَذِهِ كِنْدَةَ وَلَفُّهَا، وَهِيَ أَفْضَلُ
مَنْ يَحُجُّ مِنْ الْيَمَنِ، وَهَذِهِ مَنَازِلُ بَكْرٍ بْنِ وَائِلٍ،
وَهَذِهِ مَنَازِلُ بَنِيْ عَامِرٍ بْنِ صَعْصَعَةِ، فَاخْتَرْ لِنَفْسِكَ،
قَالَ: فَبَدَأَ بِكِنْدَةَ فَأَتَاهُمْ»
Saya tidak melihat padamu dan saudaramu
perlindungan. Apakah engkau mau menemaniku keluar ke pasar besok, hingga
kita berdiam di tempat-tempat singgah kabilah-kabilah orang –dan mereka
adalah sekumpulan orang Arab-“. Al-‘Abbas berkata, “Maka aku katakan,
ini Kindah dan kemahnya, dan mereka adalah orang yang terbaik yang
menunaikan haji dari orang Yaman. Ini tempat singgah Bakar bin Wail. Ini
tempat singgah Bani Amir bin Sha’sha’ah. Pilihlah untuk dirimu.”
Al-‘Abbas berkata: “Maka beliau memulai dengan Kindah dan beliau
mendatangi mereka”.
Meneladani Rasulullaah Merupakan Kewajiban; Jalan untuk Menjemput Nashrullaah
Dan meneladani thariqah da’wah
Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam diantara kewajiban yang
disyari’atkan Islam. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
”Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab [33]: 21)
Ayat yang agung ini mengandung dua
penegasan (tawkiid), kalau khabar dengan keberadaan tawkiid seperti ini
dalam ilmu balaaghah dinamakan khabar inkariy, yakni khabar yang mengandung banyak penegasan (lebih dari satu tawkiid) yakni laam al-ibtidaa’ dan kata qad+fi’l maadhiy (لقد كان) yang menafikan pengingkaran, terlebih keraguan. Dan ayat ini pun mengandung qariinah jaazimah (indikasi
tegas) dari kewajiban meneladani Rasulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa
sallam-. Dan pasti kebaikan dan keberhasilan bagi hamba-hamba Allah yang
meneladani dan menapaki jalan Rasulullaah –shallallaahu ’alayhi wa
sallam-, insyaa Allaah.
Allah ’Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي
أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ
وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: “Inilah
jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yuusuf [12]: 108)
Dan jalan-jalan lainnya akan menjauhkan kita dari jalan-Nya, wal ’iyaadzu billaah:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
”Dan bahwa (yang Kami
perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’aam [6]: 153)
Dan kerugian bagi kaum yang memilih Din (ajaran, jalan hidup) lainnya selain Dinul Islaam:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
”Barangsiapa mencari
Din selain Din Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (Din itu)
darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imraan [3]: 85)
Wallaahu a’lam bish-shawaab [Irfan Abu Naveed]
[2] Lihat: Taysiir al-Wushuul ilaa al-Ushuul, Al-’Aalim Al-Syaikh ‘Atha’ bin Khalil – Daar al-Ummah: Beirut
Posting Komentar untuk "Thalabun Nushrah Bagian dari Metode Dakwah Rasulullaah SAW"