ETIKA Perang Di ERA Negara ISLAM
Pembusukan yang dilakukan kaum Kafir terhadap Khilafah tidak akan pernah bisa menghapus bukti-bukti peradaban emas Islam di era Khilafah. Salah satunya, bagaimana etika Islam ditegakkan oleh negara dalam peperangan. Sesuatu yang nota bene tidak dikenal oleh bangsa dan umat manapun.
Mari kita perhatikan wasiat Nabi saw. kepada ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ketika dikirim kepada Kabilah Kalab, kabilah Kristen, di Dumatul Jandal, “Berperanglah kalian semua di jalan Allah. Perangilah orang-orang yang Kufur kepada Allah, tetapi jangan melampaui batas, jangan berkhianat, jangan bergeming dan jangan membunuh anak-anak.” [Hr. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majjah, ad-Darimi, Ahmad dan al-Hakim]. Tidak hanya itu, mereka pun diingatkan, agar bertakwa kepada Allah, berbuat baik, tidak menebangi pepohonan, merusak bangunan, dan sebagainya.
Pesan moral ini ternyata mempunyai korelasi yang signifikan terhadap jumlah korban peperangan yang dilakukan oleh negara Islam. Selama 10 tahun Nabi saw. memimpin Negara Islam, tidak kurang Nabi saw. berperang 25 atau 27 kali peperangan yang dipimpin langsung oleh Nabi. Sedangkan 38 yang lainnya, tidak dipimpin oleh Nabi secara langsung. Dengan kata lain, selama 10 tahun, lebih dari 63 peperangan telah dilakukan oleh Negara Islam. Tiap tahun, tidak kurang 6-7 kali peperangan.
Namun, yang menarik adalah jumlah korban peperangan tersebut hanya 1 % di pihak umat Islam, sedangkan 2% di pihak musuh (kaum Kafir). Dengan demikian, rata-rata jumlah korban peperangan di antara kedua belah pihak tersebut hanya 1,5 %. Jumlah umat Islam yang gugur sebagai syuhada’ selama 10 tahun berperang, hanya 262 jiwa. Sedangkan jumlah korban yang tewas dari musuh hanya 1022 jiwa. Dengan begitu, total jumlah korban perang selama 10 tahun itu hanya 1284 jiwa.
Bandingkan dengan jumlah korban perang selama Perang Dunia I, yang mencapai 351 %. Total pasukan yang terlibat dalam Perang Dunia I sekitar 15,600,000 (lima belas juta enam ratus ribu) personil. Namun, jumlah korban mereka mencapai 54,800,000 (lima puluh empat juta delapan ratus ribu) jiwa. Artinya, jumlah korban yang tewas mencapai tiga kali lipat personil aktif.
Perbandingan ini menunjukkan angka yang signifikan dari praktik etika Islam yang ditegakkan dalam peperangan. Hasil ini juga tidak terjadi begitu saja, atau tanpa sebab, tetapi lahir dari peradaban emas Islam yang agung dan luar biasa. Etika Islam dalam peperangan yang diwariskan Nabi ini tetap dipertahankan dan dipraktikkan oleh Negara Islam. Mari kita perhatikan pesan Khalifah Abu Bakar ketika mengirim pasukan, “Janganlah kalian merusak pepohonan dan membakarnya. Janganlah kalian membelah perut binatang, pepohonan yang berbuah, tidak pula menghancurkan dan memutuskan baiat.” [Hr. al-Baihaqi]
Pesan yang sama juga disampaikan oleh Khalifah ‘Umar bin al-Khatthab, “Dengan menyebut asma Allah, dan dengan pertolongan-Nya, hendaklah kalian terus bergerak dengan dukungan kemenangan dari Allah dan menetapi kebenaran, dan bersabar. Karena itu, hendaknya kalian berperang di jalan Allah atas orang-orang yang berlaku Kufur terhadap-Nya. Allah berfirman, “(Tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [Q.s. al-Baqarah: 190] Janganlah kalian takut ketika bertemu musuh di medan perang, jangan lalai dan malampaui batas ketika menang, jangan membunuh orang yang lanjut usia, tidak pula perempuan dan anak-anak. Hendaknya kalian menghindari membunuh mereka ketika berperang dan melancarkan serangan. Janganlah kalian berlebihan dalam mendapatkan harta rampasan perang, hindari perjuangan dari kenikmatan duniawi, dan bergembiralah dengan keuntungan dan baiat yang kalian lakukan. Semuanya itu merupakan kemenangan yang nyata.” [Ibn Qutaibah, ‘Uyun al-Anba’, Juz I/107]. [KH. Hafidz Abdurrahman] [www.visimuslim.com]
Posting Komentar untuk "ETIKA Perang Di ERA Negara ISLAM"