Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Perancis Bermain Catur Politik


Oleh : Fauzi Ihsan Jabir  (Div. KPL BKLDK Kota Bandung)

Setidaknya 84 orang tewas termasuk 10 diantaranya adalah anak-anak, saat sebuah truk melaju ke arah keramaian warga di Nice, Perancis, saat perayaan Bastille Day, Kamis (14/7/2016), menjelang tengah malam waktu setempat. Dilansir CNN, sopir mengarahkan truk trailer itu ke arah keramaian dan menabraki orang-orang. Reuters menyebut sopir menyetir dengan kecepatan tinggi ke arah wilayah Promenade des Anglais hingga akhirnya menabraki orang-orang dan sopir truk akhirnya ditembak mati oleh aparat. Saat ini, penyelidikan insiden Nice berada di tangan lembaga antiteror Perancis. 

Dikabarkan terdapat Senapan, bahan peledak dan granat ditemukan di truk yang dengan sengaja ditabrakkan ke pusat keramaian. Diketahui Kepolisian Perancis telah mengidentifikasi pelaku serangan di Nice merupakan warga negara Perancis-Tunisia. Seorang sumber kepolisian menuturkan kepada Reuters bahwa pria berusia 31 tahun tersebut lahir di Tunisia. Nama pria tersebut adalah bouhlel, Ia sudah tak asing lagi bagi kepolisian karena beberapa tindakan kejahatan yang dilakukan. Pihak kepolisian Prancis belum menemukan Bouhlel, pelaku teror truk di Nice dengan jaringan kelompok terorisme tertentu. 

Presiden Perancis Francois Hollande langsung kembali ke Paris dari Avignon untuk menggelar rapat darurat di Kementerian Dalam Negeri terkait insiden di Nice ini. Francois Hollande, menyatakan bahwa serangan di Nice yang menewaskan setidaknya 84 orang tak dapat dimungkiri lagi memang merupakan tindakan teroris. "Tidak bisa disangkal ada karakteristik teroris dalam serangan yang merupakan bentuk paling ekstrem dari kekerasan. Jelas bahwa kami harus melakukan apa pun untuk melawan terorisme," ujar Hollande setelah mengadakan rapat mendadak pada Jumat (15/7/2016) subuh, seperti dikutip Reuters.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama tidak mau ketinggalan peran,ia langsung melakukan pernyataan sikap terkait serangan di Nice, Perancis. “Atas nama warga Amerika, saya mengutuk dengan sangat keras atas apa yang terlihat sebagai serangan teroris di Nice, Perancis, yang menewaskan dan melukai puluhan orang tidak berdosa,” kata Obama lewat pernyataan.(15/7/2016).

Menguak luka lama ingatan dan amnesia historis warga Prancis mengenai isu terorisme yang digembar-gemborkan Barat. Isu terorisme terus dilemparkan membuat rakyat menjadi tremor berkepanjangan dan yang ingin disampaikan adalah “every moslems potential be a terorist!”. Jelas tindakan seperti halnya serangan truk di Nice memang hal yang tidak dibenarkan dan sebuah tindak kejahatan terhadap manusia. Namun coba kita lihat dari sisi lain yang coba dimanfaatkan dan disusun oleh AS dan Eropa terhadap Hegemoni yang dilakukan.

Meskipun belum ditemukan dalang dari tindakan truk Nice saat ini, isu ini sudah jelas akan dibawa kemana yaitu perang besar-besaran terhadap teroris besar untuk dijadikan musuh bersama dunia siapa lagi jika tidak kaum muslim. Sasarannya untuk invasi adalah negara-negara timur tengah khususnya Suriah, dimana negara Eropa dan As beradu diplomasi menjijikan untuk bermain peran protagonis. Pasalnya Prancis semakin ditinggal AS dan Russia dalam perannya di Suriah.

Perlu kita ketahui Prancis mempunyai akar sejarah dominasi kuat di Suriah. Beberapa saat ketika revolusi Suriah, Perancis mendapat posisi yang baik untuk memimpin invasi militer Eropa di Suriah. Dari segi politik, Eropa, dan Perancis khususnya, memiliki pengaruh atas arah Dewan Nasional Suriah yang dipimpin oleh Burhan Ghalyoun. Pada saat yang sama, sejumlah brigade pemberontak yang aktif di medan tempur selaras dengan tujuan Eropa untuk secara tidak langsung menjalin hubungan dengan negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Qatar, UEA, dan Kuwait. Namun, upaya tersebut membuat frustasi Perancis karena keengganan yang ditunjukkan oleh Inggris, dan perpecahan Eropa sebagai kekuatan potensial, dan dorongan kuat oleh Amerika, untuk menjadi pemain utama di Suriah, terhadap setiap tindakan militer tersebut, melalui diplomasi dan secara bersamaan melalui badan-badan PBB. 

Dalam beberapa saat terakhir, pengaruh Perancis selama konflik di Suriah telah berkurang, dan dengan demikian kemampuannya untuk menargetkan Assad atau melakukan intervensi militer, tidak memiliki rencana yang komprehensif dan memberikan alternatif. Secara politik, pengaruh Perancis dalam tubuh oposisi politik Suriah telah melemah sementara tindakan pejuang bersenjata (pemberontak) tampak semakin mengerikan tidak hanya untuk bagi Perancis, tetapi juga bagi para pemain internasional lainnya, khususnya Amerika. 

Isu truk di Nice menjadi bahan yang sangat menguntungkan bagi Prancis untuk berdomisili kembali di Suriah dan menjalankan rencana politik guna bermain sebagai aktor gagah. Alasan yang masuk akal akan diterima guna merebut kembali Suriah dari tangan AS dengan dalih memerangi ISIS sebagai alasan teroris masa kini. Ini adalah perjuangan sengit untuk merebutkan salah satu wilayah yang paling strategis dan penting di dunia. Pastilah kita menyadarinya saudara kita sedang disantap dari segala penjuru oleh kaum kafir.

Dalam beberapa saat terakhir, pengaruh Perancis selama konflik di Suriah telah berkurang, dan dengan demikian kemampuannya untuk menargetkan Assad atau melakukan intervensi militer, tidak memiliki rencana yang komprehensif dan memberikan alternatif. Secara politik, pengaruh Perancis dalam tubuh oposisi politik Suriah telah melemah sementara tindakan pejuang bersenjata (pemberontak) tampak semakin mengerikan tidak hanya untuk bagi Perancis, tetapi juga bagi para pemain internasional lainnya, khususnya Amerika. 

Dengan demikian, jelas ini merupakan pergumulan antara Perancis yang keras kepala dan ingin memaksakan dirinya masuk dan memainkan peran penting di Timur Tengah dengan Amerika yang hanya akan membiarkan negara-negara lain bekerja di bawah payungnya. Serangan di Nice, Perancis, momentum tersendiri bagi Perancis untuk menyalakan perang terhadap terorisme, yang berarti Perancis menyiapkan peluang tersendiri untuk ikut ‘bermain darah’ kaum muslimin  di Suriah. [VM]

Posting Komentar untuk "Ketika Perancis Bermain Catur Politik"

close