Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teror Bom Melayu: Membidik Siapa?


Lagi-lagi bom. Bom kok lagi-lagi. Aneh kan? Negeri ini bukanlah negeri konflik seperti di wilayah lainnya. Anehnya, bom-bom kecil pun meledak, seolah ada teror sebenarnya yang dilakukan anak manusia. Tombol-tombol perang melawan radikalisme, ekstrimisme, terorisme pun dipencet ulang. Jika mau jujur, selama ini ada teror mengerikan yang dilakukan penguasa dengan kenaikan TDL, pencabutan subsidi, instabilitas politik-ekonomi, kriminalisasi, dan kebijakan yang tidak pro rakyat. Korbannya pun tak tanggung-tanggung, jutaan rakyat yang menghuni di Indonesia raya ini. Tidakkah mereka menyadari itu?

Telah terjadi ledakan diduga bom bunuh diri di terminal Kampung Melayu pada Rabu, 24 Mei 2017 malam yang memakan korban 11 orang yaitu 1 meninggal dunia yang diduga pelaku dan 4 polisi luka-luka dan 5 warga luka-luka (junalislam.com, 25/5/2017). Sebuah rentetan peristiwa dari rajutan cerita bombastis ‘teroris’. Pertanyaan besar bagi kita, apakah ada pesan tersembunyi dibalik peristiwa ledakan ini? Siapakah yang dibidik?

Masih menurut junalislam.com, Kadiv Humas Mabes Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, pihaknya sudah mengetahui akan adanya serangan bom di Indonesia, namun tidak bisa memastikan waktu dan tempatnya. Peristiwa serupa juga sering terjadi, maka umat islam tidak perlu kaget. Skenario drama lagi dirancang. Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian diminta DPR RI untuk menjelaskan tuduhan kriminalisasi ulama dan ormas islam selasa, 23 Mei 2017 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta (kompas.com, 23/5/2017). POLRI sedang tersudut, dimana Kapolri habis dicerca dalam raker bersama Komisi III DPR RI terkait sepak terjang POLRI yang diduga tebang pilih dalam menangani kasus yang terjadi belakangan ini terutama yang menyangkut umat islam. 

Teror untuk Siapa?

Berkaitan dengan bom kali ini yang terjadi di terminal jelas sangat aneh dan absurd. Padahal kejadian bom yang lalu biasanya meledak di kawasan elit, markas kepolisian, atau kawasan yang dekat dengan simbol-simbol asing khususnya Amerika atau dirumah ibadah. Maka aneh sekali kalau kali ini bom meledak di terminal yang notabene tempat berkumpul rakyat jelata. Karena boleh jadi perancang bom ini berhitung untuk mengurangi dampak yang tidak diinginkan baik secara ekonomi dll. Apalagi terjadinya bom sangat berkaitan dengan adanya momentum jelang hari besar kaum kristiani. Nampaknya para perancang bom ini sengaja ingin mengaitkan isu agama dengan memanfaatkan momentum hari besar umat nasrani ini. Tujuannya agar dampak dari ledakan tidak terlalu merugikan , akhirnya terminallah yang dijadikan korban lokasi aksi. Dan lihatlah betapa cepatnya Kapolri dan Kapolda tiba dilokasi padahal kabarnya akan bertolak ke Mekkah malam itu. 

Di sisi lain peristiwa teror bom, beberapa elemen umat pun sedang menghadapi ketidakadilan penguasa. Sebagaimana GNPF MUI mengadakan konferensi pers yang isinya akan terus melawan kriminalisasi terhadap ulama dan ketidakadilan yang menimpa umat islam. Begitu pun konferensi pers dari Jubir HTI bersama 1000 advokat yang dipimpin oleh pakar hukum ketatanegaraan Prof. Dr. Yusril Izza Mahendra untuk melawan kediktaktoran rezim. 
 
Bahkan belakangan ini juga banyak aksi, terutama dari kalangan kaum muslimin di berbagai daerah untuk mendukung ulama dan ormas islam. Lebih-lebih dari kalangan mahasiswa dari berbagai organisasipun tidak ketinggalan untuk turun kejalan menyuarakan kebenaran. Dari sini maka kita melihat negitu terpojoknya rezim yang berkuasa saat ini. Dukungan masyarakat sudah lepas dan yang masih bisa diharapkan oleh rezim adalah aparat pemerintahan itupun tidak semua mendukung. Lalu bagaimana dengan 2 tahun kedepan jika ini terus terjadi. Padahal para pemodal, para kapital terus menekan mereka. Kepentingan-kepentingan para naga dan cukong – cukong asing maupaun aseng terancam. Kepercayaan para cukong pemodal baik dari asing maupun aseng berkurang. Padahal harapan mereka kepada rezim sangatlah besar. Atas dasar ini maka mereka membuat rencana baru untuk bisa terus menguasai negeri ini.

Sebentar lagi  Ramadhan akan datang menghjampiri umat islam. Umat islam sedang bersiap untuk mengisi Ramadhan setelah mendapat kemenangan-kemenangan dalam aksi-aksi melawan ketidak adilan. Jika nanti kalau ternyata Polri mengaitkan isu bom ini dengan isu agama dan umat islam, maka akan semakin terlihat adanya upaya merusak citra umat islam. Apalagi rezim negeri ini baru saja menebar terror dan ancaman yang menakutkan pihak-pihak yang konon menentang Pancasila, NKRI, Bhineka tunggal ika, dan Undang-Undang Dasar dengan kalimat “GEBUK”. Artinya dengan adanya aksi ini dan biasanya akan dikaitkan dengan isu agama (baca islam) dan kita akan tahu siapa yang akan digebuk. 

Sudahi Kedzaliman

Berlepas dari beragam spekulasi dan analisa dari peristiwa bom Melayu, hendaknya umat Islam terus memiliki kewaspadaan tingkat tinggi. Bergandengan erat untuk senantiasa mengingatkan penguasa, agar tidak menjadikan rakyatnya sebagai korban kebijakan dzalimnya. Begitu pun, peristiwa bom ini jangan sampai menjadi perang baru dari WOT (War on Terorisme) yang sarat kepentingan, menuju WOR (War on Radicalism) untuk membidik umat Islam.

Sampai kapankah permainan kotor ini berlangsung? Tidak ada jalan terbaik bagi umat islam, kecuali berjuang bersama untuk tegaknya agama Allah swt. Kemuliaan umat akan terwujud bila syariat Allah ini diterapkan diseluruh lini kehidupan. Mari, menjelang Ramadhan ini untuk bisa berjuang dan memohon kemanangan agar umat Islam kembali lagi memimpin dunia. Bagi penguasa negeri ini, sudahilah kedzaliman. Buatlah suasana nyaman, aman, dan melindungi. Jangan sampai sesama anak bangsa saling merasa curiga dengan beragam isu murahan yang dijual eceran. [VM]

Penulis : AB Latif (Direktur Indopolitik Watch)

Posting Komentar untuk "Teror Bom Melayu: Membidik Siapa?"

close