Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Reposisi Khatib : Sorotan Media dan Kebutuhan Realita


Masuk dalam list daftar berita baru yakni isu khatib yang menyampaikan khutbah menyinggung masalah politik, jama'ah lalu pergi. Dikabarkan dalam rilis berita tersebut, khatib menyinggung kasus penistaan agama oleh Ahok. Lalu ditanggapi sidang jama'ah karena pesan yang disampaikan dinilai tidak pas disampaikan pada saat khutbah idul fitri. Isu ini lalu diproses oleh stakeholder terkait salah satunya kemenag setempat untuk menelusuri khatib dan masalah yang terjadi. Sejauh ini, baru itu yang saya tahu beritanya, selebihnya mungkin ada kelanjutannya.

Apa yang menjadi pembicaraan oleh media mainstream menyoroti isu tersebut bagi saya cukup menyita perhatian khalayak. Format pemberitaan, alur yang disampaikan, dan ending berita juga cukup membuat pembaca mungkin ada yang naik pitam ataupun mengangguk-angguk mengiyakan. Sorotan media memang pas menjadi panutan di zaman milenial dengan kecepatan akses berita super cepat saat ini. Namun, saya merasa perlu bagi kita kritis terhadap adanya berita yang tersaji secara lepas. Maksudnya pro-kontra pasti ada. Tapi, berprinsip dan teguh pendirian itu menjadi hal yang paling utama.

Saya ingin menyajikan sebuah paparan penting mengenai khatib ditengah arus zaman kekinian. Memang begitu deras arus yang dilalui oleh seorang khatib. Dia harus berdiri tegap, bersikap rapi dan santun, lantang bersuara, beretorika, memberikan pengaruh untuk menciptakan suasana taqwa dalam diri sidang jama'ah. Keberadaan khatib juga selalu up to date menerjang zaman. Topik-topik kekinian akan dikupas dan diulas kemudian disajikan dengan alur yang tepat. Termasuk di dalamnya topik-topik yang harus dipecahkan dengan prinsip yang diemban diri seorang khatib. Ia harus meyakinkan sidang jama'ah terhadap idealismenya. Ia harus meyakinkan sidang jama'ah dengan apa yang diyakininya. Saya rasa itulah dakwah, make people believe what we believe, membuat orang-orang percaya apa yang kita percaya. That's it !

Eksistensi seorang khatib hari ini juga suka tidak suka bagi saya akan terus meningkat kapabilitas dan daya intelektualnya. Begitupun nalar berpikir, kesadaran berpikir, keterikatan dengan hukum syara', bahkan tingkatan pada level syujaa'ah, keberanian untuk menyampaikan pendapat akan semakin tampak. Bagi saya itu wajar. Bagaiamana menurut pembaca ? Saya melihat khatib akan semakin peka zaman dan menginginkan adanya perubahan realita yang ada. Kini, khatib akan terus mengamati dan menganalisis isu aktual. Politik, ekonomi, hukum, sosbud, pendidikan, kesehatan, dan seterusnya. Kepekaan mereka terasah dengan adanya pertautan ide untuk mengubah realita. Realita hari ini, bagi saya, penuh dengan kelaliman, kebohongan, dan juga penindasan. Adanya seorang khatib menjadi kesempatan emas untuk menyampaikan gagasan dan kegelisahan bersama yang semestinya dirasakan juga bersama-sama. Kemudian dengan adanya kesamaan itu, khatib dan sidang jama'ah akan menyadari bersama bahwasanya pesan khatib adalah pada akhirnya merupakan kebutuhan realita yang harus ada hari ini.

Prinsip komprehensif idealisme seorang khatib ketika 'manggung' di podium sidang jama'ah memang tidak bisa diprediksi. Bagi saya, itu wajar dan tidak salah. Bertambahnya tingkat pemahaman seorang khatib tentang Islam untuk mengatur interaksi kehidupan manusia, seperti politik dan hukum, menjadi hal justru penting di pahami oleh sidang jama'ah. Perjalanan masalah politik-hukum dan pandangan Islam sebagai agama sempurna akan terus ada persinggungan. Realita yang rusak, bobrok, dan menyimpang bisa jadi akibat dari tidak adanya implementasi ayat dan ulasan seorang khatib. Ketidakadilan muncul sangat mungkin terjadi karena kita belum mendengar dan menyimak secara sadar tentang apa yang disampaikan oleh khatib. Realita-realita yang ada akan terus terjadi. Kemafsadatan di banyak lini akan terus menggerus sendi-sendi kehidupan manusia. Bisa jadi sangat mungkin khatib adalah kebutuhan akan relita saat ini. Realita yang butuh solusi terhadap perubahan ke depannya. 

Karena itu, reposisi khatib sebagai kebutuhan realita hari ini ditengah sorotan media menjadi hal yang penting. Saya melihat ke depannya sidang jama'ah akan  menyadari lalu merindukan khatib-khatib yang memang nyatanya menjadi kebutuhan akan realita yang semakin jauh dari prinsip Islam. Apalagi keberadaan Ahok yang masih berada di Rutan Mako Brimob dengan alasan keamanan dan sebagainya itu terus menjadi masalah. Bukankah ini sebuah ketidakadilan pemicu bahan pembicaraan ? Sekian.  [VM]

Penulis : Muhammad Alauddin Azzam (Peneliti Civilization Analysis Forum, CAF)

Posting Komentar untuk "Reposisi Khatib : Sorotan Media dan Kebutuhan Realita"

close