Bersegera Mewujudkan Takwa
Oleh: Arief B. Iskandar
(Khadim Ma’had/Majelis An-Nahdhah)
Imam an-Nawawi di dalam Syarh Shahîh Muslim menjelaskan bahwa takwa adalah imtitsâlu awâmirilLâh wa ijtinâbu nawâhîhi (melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya).
Terkait itu Allah SWT berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاح
Bersegeralah kalian meraih ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Mereka adalah orang-orang yang biasa berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit; yang sanggup menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali 'Imran [3]: 133-134)
Berdasarkan ayat di atas di antara ciri-ciri orang bertakwa adalah: (1) biasa menginfakkan harta mereka di jalan Allah SWT, baik dalam keadaan lapang maupun sempit; (2) sanggup menahan amarah; (3) mudah memberi maaf orang lain; (4) biasa melakukan amal kebaikan (Lihat: As-Samarqandai, Bahr al-‘Ulûm, 1/247)
Imam Ja’far ash-Shadiq adalah di antara sekian banyak ulama yang amat memahami ayat di atas.
Berkaitan dengan kedua ayat tersebut, suatu saat Imam Ja’far ash-Shadiq sedang bersama budaknya yang sedang menuangkan air. Tanpa sengaja, air itu menciprati pakaian Imam Ja’far. Beliau lalu memandang budaknya dengan pandangan kurang suka (agak marah).
Namun, sang budak buru-buru menyitir potongan QS Ali Imran ayat 134 di atas, “Wa al-kâzhîmîn al-ghayzh ([Orang-orang bertakwa yaitu] mereka yang sanggup menahan amarah).”
Mendengar itu Imam Ja’far berkata, “Kalau begitu, aku telah menahan amarahku kepada kamu.”
Sang budak melanjutkan, “Wa al-âfîna ‘an an-nâs (Orang-orang bertakwa yaitu] mereka yang mudah memaafkan manusia).”
Imam Ja’far berkata lagi, “Aku pun telah memaafkan kamu.”
Sang budak melanjutkan lagi, “Wa AlLâhu yuhibb al-muhsinîn (Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan).”
Imam Ja’far pun kembali berkata, “Baiklah, kalau begitu, pergilah engkau. Mulai sekarang engkau menjadi orang merdeka karena Allah. Kemudian untuk kamu, aku hadiahi kamu hartaku sebesar seribu dinar (lebih dari Rp 2 miliar).” *(Bahr ad-Dumû’, hlm. 175)*.
Begitulah Imam Ja’far ash-Shadiq. Beliau langsung—tanpa ditunda-tunda—mengamalkan seluruh perkara yang terkandung dalam QS Ali Imran ayat 134 meski itu disampaikan hanya oleh budaknya.
Alhasil, marilah kita bersegera mewujudkan takwa, sebagaimana hal itu dicontohkan oleh Imam Ja’far ash-Shadiq. Jangan ditunda-tunda.
Wa ma tawfiqi illa bilLah. [www.visimuslim.org]
Posting Komentar untuk "Bersegera Mewujudkan Takwa"