Horor Kemacetan Lebaran 2024


Oleh : Lia Haryati, S.Pd.i (Pemerhati Politik dan Pendidik)

Waktu yang di tempuh dalam perjalanan dari Jakarta dan sekitarnya menuju Merak meningkat pesat, selama periode mudik lebaran 2024. Ini berdasarkan dari pantauan, bahwa saat kendaraan pemudik hendak naik ke kapal butuh waktu tempuh untuk sampai naik ke atas kapal selama tujuh jam.

Diperkirakan satu pusat kemacetan dimulai sebelum embarkasi ke kapal, maka untuk para calon penumpang harus mengantri dalam tiga kantong berbeda-beda sebelum bisa naik ke kapal. Parahnya saat kendaraan naik butuh waktu hingga empat jam. Sab'tu (cnbcindonesia.com 06/04/24)

Sebelum sampai pelabuhan Merak, kemacetan parah juga terjadi di Tol Tangerang-Merak KM 95. Dari pantauan CNBC Indonesia sekitar pukul 3:41 WIB, kendaraan yang melintas bahkan terhenti beberapa menit tak bergerak.

CNBC Indonesia masih mencoba mengonfirmasi penyebab kemacetan. Namun merujuk ke tahun-tahun mudik sebelumnya, ini kemungkinan terjadi karena penumpukan antrean pemudik ke gerbang tol merak di mana Km 95 biasanya menjadi titik awal kemacetan.

Dan adanya kendaraan truk dengan sumbu 3 atau lebih yang ketahuan melintas di jalan tol maupun arteri. Kakorlantas Polri Irjen Aan Suhanan mengungkapkan, ada ratusan truk bandel yang ditindak sebab masih nekat melintas.

"Kita sedang mendatakan ya, sudah ada 200-an ya yang di tindak," kata Aan di Command Center KM 29 Tol Japek, Jumat (kumparannews.com 05/04/24)

Bahkan ia menerangkan, tindak penilangan itu diberlakukan sebab para truk yang masih beroperasi. Kemudian, truk-truk itu dikandangkan selama 1 arus mudik usai tepatnya tgl 06 april 2024.

Masalah yang selalu menghantui para mudik, hal demikian tidak akan bisa hilang namun akan tetap sama dari tahun ke tahun. Horornya macet dan infrastruktur jalan yang rusak menjadi kendala lain, sehingga perbaikan jalan dengan sistem kebut, seperti PR yang tak pernah usai dalam hal layanan transportasi selama mudik.

Bukan hal tabu lagi dan sesuatu yang harus dipertanyakan, hal ini lah yang harus dilakukan pemerintah saat momen mudik ini berlangsung. Belum lagi soal melambungnya harga tiket atau transportasi yang sering kali menggila jelang Lebaran. Padahal, kebutuhan selama di kampung halaman nanti tidak sedikit, butuh biaya yang tidak sedikit, mengingat momennya juga hari raya.

Maka wajar, jika para pemudik lebih memilih transportasi menggunakan sepeda motor agar menghemat biaya perjalanan. Jika di cermati, justru perjalanan mudik dengan sepeda motor jauh lebih melelahkan dan berbahaya karena jarak tempuhnya mencapai luar kota, bahkan luar provinsi, yang tidak semestinya menggunakan sepeda motor sebagai modal transportasinya.

Akan tetapi, penguasa kurang dalam memikirkan nasib dompet para pemudik. Faktanya tidak. Di momen Lebaran ini, justru penguasa malah lebih fokus menjalin kerja sama ekonomi dengan para pengusaha, baik layanan transportasi mau pun biaya tol. Pemerintah tidak memikirkan harga tiket perjalanan para pemudik yang murah atau gratis.

Pemerintah sebagai pengelola layanan transportasi seperti setengah hati. Terlihat dari fasilitas jalan yang diperbaiki asal kebut, belum lagi harga tiket yang fantastis, hal ini menunjukkan penguasa menjadikan arus mudik sebagai cara meraup keuntungan dalam jual beli tiket mudik dengan rakyat, seharusnya pemerintah menyediakan layanan terbaik di sektor transportasi.

Terlebih saat arus mudik, jaminan layanan transportasi yang aman dan nyaman bagi pemudik seakan hanya mimpi. Mudik murah, aman, dan nyaman masih seperti harapan panjang dari penguasa. 

Walau sudah banyak ruas jalan tol transpulau, faktanya tidak semanis janji saat pembangunan transportasi. Harapan akan infrastruktur jalan tol malah memakan korban sebab ruas tol yang jaraknya teramat panjang, tapi kurang akan sarana peristirahatan pada titik-titik tertentu. Belum lagi, ruas jalan arteri, justru terbengkalai parahnya mematikan ekonomi rakyat yang telah bertahun-tahun menggantungkan nasib di jalur tersebut.

Faktanya, pemasukan selalu lebih tampil besar diperoleh oleh para penguasa dan pengusaha besar dalam mengocek kantong rakyat lebih dalam, padahal kita tahu rakyat telah bersusah payah menabung demi biaya mudik sebab mahalnya biaya mudik, belum lagi kebutuhan selama di kampung.

Islam memberikan Pelayanan Mudik

Khilafah sebagai sistem pelaksana syariat dalam Islam secara sempurna, ia memahami betul makna penting momen mudik lebaran. Mudik lebaran bukan hal yang rumit, bagi Khilafah hal ini bagian dari amal yang sempurna di dalam mengurus urusan umat baik arus mudik dan arus balik.

Khilafah tidak membenarkan bahwa mudik sebatas ritual tahunan semata. Jauh dari itu Khilafah mengerti dengan benar bahwa mudik lebaran bagian dari terwujudnya pelaksanaan syariat Islam, yaitu dalam perayaan Hari Raya Idulfitri yang di dalamnya ada aktivitas birrul walidain dan momen pas untuk silaturahmi dengan sanak saudara yang sekian lama jauh dalam perantauan.

Maka hal yang wajar, jika Khilafah merasakan hal ini untuk menciptakan proses mudik dengan baik, yakni aman dan nyaman, bahkan gratis. Khilafah akan berusaha memberikan banyak tempat beristirahat untuk para pemudik yang mau.

Bahkan, saat kondisi tertentu, musafir juga bisa digolongkan sebagai ibnusabil, yaitu mereka yang tanpa sengaja telah kehabisan biaya dalam perjalanan. Sehingga ketaatan kepada Allah muncul untuk memotivasi dalam beramal. Salah satu golongan yang wajib menerima zakat. Tujuan mereka mudik di hari raya Idul Fitri, yaitu meneladani birrul walidain dan menjaga silaturahmi, serta menunjukkan perjalanan mereka dalam rangka ketaatan kepada Allah.

Bahkan dalam Islam, para pemudik mereka tidak lain termasuk golongan musafir, yang memiliki posisi penting pula dalam Islam. Dan doa seorang musafir InsyaAllah doa yang mustajab, di makbul oleh Allah sehingga tidak pantas jika musafir di jadikan korban kezaliman. Tergambar, jelas jika infrastruktur jalan dan harga tiket mudik melambung tinggi, bukankah hal ini justru menjadikan para musafir itu sebagai korban kezaliman sistem?!

Dengan demikian, Khilafah menjadi perisai hakiki bagi rakyat dari kezaliman pembangunan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya, seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Akan tetapi, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sungguh, Khilafah akan mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat, termasuk dalam melaksanakan pembangunan. Bukan kezaliman seperti yang terjadi hari ini. []

Posting Komentar untuk "Horor Kemacetan Lebaran 2024"