Program Makan Siang Bergizi Gratis (MBG), Instan Tanpa Visi
Oleh: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)
Program Makan Bergizi Gratis (MGB) mulai diberlakukan pada 6 Januari 2025. Program MGB menyasar para pelajar di sekolah negeri maupun swasta, termasuk pondok pesantren. Harapannya melalui program MGB akan bisa memenuhi kebutuhan gizi para pelajar.
Secara teknis, program MGB diserahkan kepada masing-masing daerah. Daerah dipandang lebih mengetahui dan paham kebiasaan di lingkungannya masing-masing. Akhirnya di lapangan terjadi gap yang cukup lebar antar daerah satu dengan yang lain.
Sebagian daerah ada yang hanya menu tahu tempe. Sementara di daerah lain ada yang menunya pakai ayam. Ada kasus keterlambatan dalam penyajiannya. Di hari-hari pertama, banyak nasi sisa yang tersisa. Ada pula yang dikira pelajar lauk ayam, eh ternyata adalah bumbu Laos yang mirip ayam. Dan beberapa dinamika masalah lainnya di seputar program MBG.
Penyerahan pola menu program MGB ke daerah masing-masing, tentunya ini menunjukkan adanya kurangnya dana APBN guna mengkover program ini. Bahkan ada usulan untuk menggunakan dana zakat sebagai anggaran program MBG. Artinya pemerintah sebenarnya belum dan tidak siap untuk menerapkan kebijakan MBG ini.
Meskipun pemakaian dana zakat baru sebatas usulan, akan tetapi sudah memberikan gambaran betapa rapuhnya basis program MBG ini. Program MBG memang harus dilakukan oleh Rezim Prabowo-Gibran sebagai konsekwensi kampanyenya. Di dalam kampanyenya disebutkan bahwa program unggulan mereka adalah Makan Siang gratis bagi semua pelajar di Indonesia. Penulis yakin bila rencana program ini hanya bombastis saja untuk mendulang suara di Pemilu 2024 lalu. Dan ternyata memang berhasil. Banyak pemilih yang tergiur dengan program unggulan Calon no urut 2 ini. Di sisi yang lain, angka kemiskinan yang besar menyebabkan program kampanye yang menyentuh masalah ekonomi dalam hal ini perut, sangatlah manjur. Walhasil program MBG yang berjalan ini dilakukan sebagai tanggung jawab memenuhi janji kampanye. Jadi bukan untuk visi yang mendasar dan jangka panjang yakni menyiapkan generasi muda yang sehat badannya dengan makanan sehat dan bergizi seimbang serta sehat pula kejiwaan dan pola berpikirnya.
Bila ke depan dana zakat yang dipakai tentu ada catatan besarnya. Para pelajar yang diberikan makan siang itu harus muslim dan terkategori di dalam 8 ashnaf, minimal terkategori dari keluarga fakir dan miskin. Jika penggunaan dana zakat itu tidak memperhatikan 8 ashnaf, maka itu adalah pelanggaran syariat yang dilakukan negara.
Termasuk misalnya menggunakan dana BOS untuk program MBG ini. Maka sebenarnya yang terjadi adalah pengalihan tanggung jawab negara menjadi tanggung jawab sekolah maupun rakyat.
Belum lagi dari segi menu MBG ini. Seharusnya memang ada standarisasi nasional batasan menu yang sehat dan bergizi. Bukan malah mengusulkan agar serangga seperti belalang atau ulat sagu dijadikan salah satu pilihan menu dalam program MBG. Betul bahwa sebagian wilayah seperti di Gunung Kidul Jogya terbiasa makan snack belalang, akan tetapi tidak elok bila pemerintah memberikan menu MBG dari belalang. Lantas apa istimewanya menu Program MBG ini dengan menu keseharian masyarakat yang selama ini mereka konsumsi yang sifatnya pas-pasan tersebut? Apalagi kalau usulan menu serangga ini juga disajikan untuk menu secara nasional. Sungguh terlalu!!
Demikianlah sistem Demokrasi dalam menyediakan makan siang gratis untuk rakyatnya. Landasan berpikirnya adalah memenuhi janji kampanye semata. Tidak ada visi jauh ke depan terhadap masa depan bangsa dengan memenuhi standar gizi bagi generasi muda. Apalagi tidak adanya daya dukung dari segi pendanaan yang memadai dan keberpihakan politik selain bersifat pragmatis.
Meskipun di beberapa negara di dunia disebut berhasil dalam mengelola program makan siang gratis. Ambil contoh di Finlandia. Pada tahun 1948, Finlandia memulai program makan siang gratis bagi anak-anak daycare. Selanjutnya merambah pelajar SD dan menengah. Hingga kini sudah 100 tahunan, Finlandia mengelola program makan gratis bagi pelajar. Artinya, Finlandia lebih maju dari Indonesia yakni mempunyai visi panjang sehingga setiap Rejim melanjutkan program tersebut. Hanya saja tetap keterbatasan dana yang menjadikan program makan gratis dilakukan bertahap. Apalagi kalau melihat hasil pendidikannya, tentu asasnya Sekulerisme. Banyak penduduk Finlandia yang menjadi agnostik.
Di Luxemburg, program makan siang gratis merupakan dukungan untuk orang tua yang berpenghasilan rendah. Di Lithuania berfokus pada anak pra-sekolah dan siswa kelas 1 SD. Dengan begitu, sejak dini anak-anak dibiasakan dengan makanan sehat sehingga ke depannya sudah menjadi pola kehidupannya. Di Portugal, program makan siang gratis berfokus pada anak-anak dari kelompok rentan atau berpenghasilan rendah.
Tentunya secara teknis yang baik bisa di-ATM. Hanya saja memang program makan siang gratis bervisi pada seputar pemenuhan kebutuhan gizi. Sementara asas pendidikannya tetap sekuler pada agama apapun.
Program Makan Bergizi Gratis dalam Islam
Tidak akan ditemui dalam sejarah Islam bila penyediaan makan gratis dalam visi pencitraan maupun tuntutan kampanye politik. Visi mendasar dalam Islam untuk menyediakan makan gratis adalah visi ruhiyah. Visi kesadaran bahwa hal tersebut merupakan kewajiban dari Allah atas individu, masyarakat maupun negara. Bisa kita lihat misalnya anjuran Nabi Saw untuk meringankan beban penderitaan muslim lainnya. Misalnya Nabi Saw bersabda:
من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله كربة من كرب يوم القيامة
Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin akan keruwetannya di dunia, niscaya Allah akan meringankan bebannya di hari kiamat.
Bahkan Allah Ta'ala menegaskan bahwa satu tanda orang yang mendustakan agama adalah mereka yang enggan dan tidak mau menganjurkan memberi makan fakir miskin. Begitu juga Nabi Saw menegaskan bukan termasuk golongan umatnya, mereka yang tidur kekenyangan sementara ia tahu jika tetangganya kelaparan.
Ini beberapa motivasi ruhiyyah untuk saling menolong membantu dan meringankan beban penderitaan saudaranya.
Maka tidak mengherankan bila kebiasaan pada masyarakat Islam di masa keKhilafahan adalah yang mampu akan melunasi utang-utang orang lain baik ia mengenalnya atau tidak mengenalnya. Bahkan sudah menjadi tradisi di bulan Romadhon adalah saling berlomba menyediakan hidangan buka puasa dan makan sahur. Apalagi di masa Hari Raya tentunya negara akan menyediakan berbagai kue gratis untuk masyarakat.
Demikianlah keadaannya. Tatkala Nabi Saw bersabda:
انما الأمام راع وهو مسئول عن رعيته
Sesungguhnya kepala negara adalah penggembala atau pengatur rakyatnya. Dia akan diminta pertanggungjawabannya
Berikut beberapa contoh program makan gratis di masa Islam yang tidak hanya untuk anak sekolah. Di masa Khalifah Umar bin Khatthab Ra terdapat Dar ad-Dahik (rumah tepung). Tepung yang nantinya dimasak jadi roti bagi para pengguna jalan dan musafir. Di masa Khilafah Abbasiyah disediakan makan gratis bagi semua pelajar di semua tingkatan sekolah. Menunya berupa roti, daging dan kue. Di samping itu memberikan bekal untuk keperluan siswanya. Ada juga Dar adfah yakni hotel-hotel yang menyediakan makanan dan minuman gratis bagi fakir miskin dan musafir. Sajian menunya 1 kg roti, 250 gram daging masak dan sepiring makanan. Sedangkan di masa Khilafah Utsmaniyah terdapat dapur umum yang menyediakan makanan minuman untuk semua lapisan masyarakat. Dapur umum ini didirikan pada abad 14 Masehi hingga abad 19 Masehi. Artinya sudah 500 tahun dapur umum beroperasi memberikan asupan gizi yang terbaik dan seimbang bagi warga negaranya.
Tentu saja pelayanan makanan bergizi yang bisa berkelanjutan ditopang oleh pendanaan yang memadai. Islam telah menetapkan bahwa sumber pemasukan negara adalah berupa SDA, harta milik umum, harta rikaz, zakat, ghonimah, harta fai, tanah kharaj, dan lainnya. Dengan mengelolanya secara Islami akan tersedia pendanaan yang besar dan memadai bagi keberlanjutan penyediaan makanan bergizi bagi warga negara. Bukankah Rasulullah menegaskan bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Kuatnya fisik, mental dan iman menjadi modal melakukan dakwah dan jihad ke seluruh penjuru dunia.
Dengan kata lain, program penyejahteraan rakyat merupakan misi dan visi Islam dalam menyiapkan umat terbaik. Umat yang tidak akan kenal lelah untuk mempromosikan keindahan Islam.
#29 Januari 2025
Posting Komentar untuk "Program Makan Siang Bergizi Gratis (MBG), Instan Tanpa Visi "