Al-Quds Dikooptasi, Umat Islam Tidak Boleh Diam

 




Oleh: Sherly Agustina, M.Ag. (Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)


Sudah satu tahun lebih peperangan di Gaza terjadi sejak 7 Oktober 2023. Banyak korban berjatuhan terutama umat Islam dari kalangan rakyat sipil akibat kebrutalan Israel. Kini, pasca gencatan senjata 19 Januari 2025, Israel masih zalim pada umat Islam. Selama Ramadan umat Islam tidak diperbolehkan ke masjid Al-Quds. Padahal Ramadan sebagai bulan yang mulia dan khusyuk untuk beribadah seharusnya Israel membiarkan umat Islam apalagi setelah gencatan senjata.

Lagi-lagi Zionis Israel tidak bisa dipercaya, dalam hatinya selalu ada ketakutan pada umat Islam sehingga terus berusaha tetap siaga bahkan tetap melakukan penyerangan. Umat Islam di Gaza tentu tidak akan tinggal diam, termasuk umat Islam di seluruh dunia tidak boleh diam seribu bahasa. Saatnya umat Islam di seluruh dunia bersatu membebaskan Palestina dari kezaliman Israel. 

Kelompok Hamas mengajak warga Palestina beribadah di Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan ini, hal ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan atas pendudukan Israel. Pernyataan Hamas, "Jadikan hari-hari dan malam-malam Ramadan yang penuh berkah didedikasikan untuk ibadah, keteguhan hati, dan perlawanan terhadap musuh dan pemukim (ilegal), serta untuk mempertahankan Yerusalem dan Al-Aqsa sampai terbebas dari pendudukan.”

Begitupun warga Palestina di seluruh dunia juga diimbau untuk mendukung saudara-saudara mereka di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem sebagai bentuk solidaritas. Sementara itu, otoritas Israel membatasi akses ke masjid Al-Quds melalui karantina wilayah dengan alasan keamanan. Hal ini disampaikan pengkhutbah Masjid Al-Aqsa, Syekh Ekrima Sabri, Jumat (28/2/2025) malam. Pembatasan akses warga Palestina ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur dilakukan oleh otoritas Israel hampir setiap Ramadan, setiap tahun. Warga Palestina memandang pembatasan ini sebagai bagian dari kebijakan Israel yang lebih luas untuk “meyahudikan” Yerusalem Timur, termasuk Masjid Al-Aqsa, dengan menghapus identitas Arab dan Islamnya. 

Sementara Gaza, di tengah gencatan senjata, Zionis menghalangi masuknya bantuan dalam berbagai bentuk. Nampak jelas, Zionis mengontrol kaum muslim Palestina, baik di Tepi Narat maupun Gaza semuanya. Zionis paham bahwa umat Islam masih menyimpan potensi perlawanan sehingga merasa harus menggunakan cara politik dan militer untuk melakukan penekanan, bahkan di Al-Quds. (nomorsatukaltim.disway.id, 01-03-2025)

Umat Islam Harus Bersatu 

Masjid Al-Aqsa adalah tempat tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Dikutip dari Mahdy Saied Rezk Karisem dalam buku Sejarah & Keutamaan Masjid Al-Aqsa dan Al-Quds, menyatakan bahwa Masjid Al-Aqsa merupakan kiblat pertama bagi umat Islam yang terletak di Kota Baitul Maqdis (Al-Quds) Palestina. Selain itu, di masjid Al-Aqsa perjalanan isra mi'raj Baginda Nabi Muhammad dilakukan menuju Sidratul Muntaha. 

Oleh karena itu, Al-Quds dan Al-Aqsa tempat yang sangat sakral bagi umat Islam. Umat Islam Palestina terus berusaha agar Al-Quds bisa dikuasai kembali dan tidak akan pernah gentar menghadapi kejahatan Zionis yang dilindungi AS. Ramadan semestinya digunakan untuk menguatkan azam dalam perjuangan melenyapkan penjajahan. Umat Islam tidak boleh lagi berharap pada solusi Barat dan narasi-narasi sesat tentang perdamaian. Entitas Zionis adalah muhariban fi'lan yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang yang akan efektif dan solutif jika di bawah komando seorang khalifah.

Zionis Israel yang dilindungi negara adidaya AS, hanya bisa dihadapi oleh negara yang memiliki level yang sama. Negara itu tidak lain ialah Khilafah yang pernah menguasai dua per tiga belahan dunia selama berabad-abad. Maka, mewujudkan kembali Khilafah segera tegak di muka bumi adalah sesuatu yang sangat urgen. Penegakkan kembali Khilafah adalah qadliyah mashiriyah yang wajib menjadi agenda utama umat Islam.

Peperangan dan penyerangan Zionis Israel tidak akan pernah berhenti kecuali oleh negara yang memiliki kekuatan selevel adidaya. Untuk mewujudkan negara adidaya (Khilafah) umat Islam di seluruh dunia harus bangkit dan bersatu mengikuti Baginda Nabi dalam membangun wadah yang menerapkan syariat secara kaffah. Saat ini memang umat Islam terpecah belah dalam nation state, racun sekularisme-kapitalisme yang disuntikkan ke tubuh umat Islam. Hal ini membuat umat Islam terpecah memikirkan kondisi bangsanya masing-masing.

Hanya Khilafah Solusi Palestina 

Musuh Islam tahu, jika umat Islam bersatu maka mereka 'the end'. Oleh karenanya, umat harus paham agar racun ini segera dibuang jauh-jauh. Tugas kelompok dakwah politik menjelaskan dan memahamkan pada umat tentang bahaya racun tersebut  dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Memahamkan pula pada umat tentang syariat yang pasti membawa maslahat salah satunya membebaskan manusia dari penjajahan seperti yang dirasakan oleh umat Islam di Palestina. 

Khilafah bukan hanya sebuah kebutuhan mendesak umat Islam sedunia saat ini. Lebih dari itu, Khilafah sebuah keniscayaan dan janji Allah sebagaimana yang Allah sampaikan dalam Al-Qur'an (QS. An-Nuur: 55) juga bisyarah (kabar gembira) dari Rasulullah saw. Khilafah yang pernah ada menjadi jejak sejarah dan bukti meratanya keadilan dan kesejahteraan umat baik muslim maupun non muslim. Ketika Khilafah ada, umat Islam sangat disegani dunia dan tak ada yang berani menyerang dengan alasan apa pun. 

Bahkan, ketika Khilafah tegak bisa menyatukan tiga agama dengan rukun di Palestina selama berabad-abad. Keamanan, keadilan, dan kesejahteraan non muslim dijamin oleh negara. Sama sekali tidak ada diskriminasi terhadap kaum minoritas Yahudi atau Nasrani. Berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, muslim di Palestina diperlakukan tidak adil. Begitu pun di Indonesia, meski muslim mayoritas diperlakukan tidak adil. Saatnya umat Islam bersatu memperjuangkan, mewujudkan, dan menjemput janji Allah tegaknya Khilafah di muka bumi agar rahmat bisa tersebar ke seluruh penjuru alam. Takbir! Allahua'lam Bishawab.

Posting Komentar untuk "Al-Quds Dikooptasi, Umat Islam Tidak Boleh Diam"