BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-3: UBAH DONASI
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu seperti apa donasinya.
Kalau kita melihat sosok keluarga miskin dan bodoh, maka biasanya mereka kesulitan untuk mengasup nutrisi bergizi dan memberikan pendidikan yang bermutu bagi anak-anaknya. Walhasil anak-anaknya ini kelak juga akan kesulitan untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik, yang mampu mengeluarkannya dari lubang kemiskinan dan kebodohan. Artinya, keluarga miskin, atau bahkan bangsa yang miskin, selamanya akan kesulitan keluar dari jerat "nasibnya".
Tetapi Allah berjanji akan mengubah nasib suatu kaum bila mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka.
Sesungguhnya, semiskin apapun seseorang, dia masih bisa melakukan donasi (sedekah). Menurut Rasulullah, donasi itu banyak macamnya. Yang paling populer tentu saja sedekah berupa harta (materi). Namun membantu seseorang menaikkan muatan ke kendaraan, adalah sedekah juga (yakni sedekah tenaga). Wajah yang cerah di depan saudaranya, adalah sedekah juga. Bahkan menahan diri dari perbuatan maksiat, adalah sedekah juga.
Dengan demikian, seorang miskin yang sabar, dan masih berusaha memberikan kontribusi ke masyarakat, baik itu hanya berupa tenaga (misalnya membersihkan tempat umum seperti masjid), hakekatnya adalah sedang melakukan donasi. Bahkan yang sudah tidak memiliki tenaga, sehingga hanya mampu memberikan wajah cerah saja, seraya menahan diri dari perbuatan maksiat, adalah sudah memberi donasi. Apa jadinya kalau orang-orang miskin ini membuat maksiat atau anarki, mengotori masjid, merusak tempat umum, atau ikut menyebarkan fitnah, atau mengajari anak-anaknya menjadi penjahat? Bukankah masyarakat jadi perlu mengeluarkan biaya dan tenaga ekstra untuk mengatasinya? Bukankah kalau masyarakat disibukkan dengan hal-hal semacam itu, mereka jadi berkurang kapasitasnya untuk menolong si miskin?
Sekecil apapun donasi, itu pasti merubah nasib. Rasulullah mengatakan, ada orang yang diselamatkan dari api neraka, hanya karena sebutir kurma. Di hadits yang lain beliau bercerita, bahwa ada seorang pelacur dari umat terdahulu, yang masuk surga karena timbangan amalnya lebih berat, lantaran dia memberi minum seekor anjing. Kalau memberi minum seekor anjing saja bisa membawa donaturnya ke surga, bagaimana dengan memberi minum (menyediakan air bersih) untuk satu desa muslim, yang kemudian mereka dapat beribadah dengan baik, yang di antara mereka ada orang-orang alim yang senantiasa berdakwah dan menyebarkan kebaikan ?
Tetapi tentu saja, seseorang yang dititipi Allah rizki yang lebih besar, baik itu berupa harta, tenaga, ilmu, jabatan atau handai tolan, memiliki kewajiban donasi yang lebih besar. Mereka tidak hanya bisa berdonasi untuk mengubah nasibnya sendiri, tetapi bahkan mengubah nasib ummat.
Bahkan, kalau dilakukan dengan cerdas, manfaat donasi ini bisa bertahan lama, bahkan tetap bertahan meski donaturnya tidak ada lagi. Nabi mengatakan, ada amal manusia yang tidak terputus dengan kematiannya, yaitu amal jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak yang shaleh.
Karena itu, bentuk donasi yang bisa kita ubah ini setidaknya mencakup 3 macam:
1. Donasi dalam bentuk materi
Donasi ini objeknya adalah materi. Tentu saja amalnya bisa juga berupa tenaga atau pikiran, tetapi hasilnya adalah materi. Dan kalau materi itu berupa infrastruktur, apakah itu berupa jalan umum, masjid, sarana air bersih, atau juga pabrik yang memproduksi kebutuhan manusia, maka donasi ini akan memberikan kebaikan (pahala) terus menerus, selama dia masih dapat berfungsi.
2. Donasi dalam bentuk ilmu atau wisdom
Donasi ini objeknya adalah ilmu, atau suatu pengetahuan atau aturan sesuai syara' yang membuat orang / masyarakat menjadi lebih bijak. Amalnya bisa saja berupa sosialisasi, mengajar, menulis buku, membuat film yang menginspirasi, atau juga menjadikan semua itu mungkin dengan sebuah peraturan / kebijakan. Selama ilmu yang baik tersebut masih berpengaruh atau dipakai di masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak, maka masih memberikan kebaikan (pahala) terus menerus.
3. Donasi dalam bentuk pembangunan manusia
Donasi ini objeknya adalah manusia. Upaya membentuk manusia-manusia menjadi orang-orang shaleh yang cerdas, tekun bekerja dan berjiwa peduli pada sesama, itu adalah donasi yang luar biasa, yang memerlukan kesabaran tingkat tinggi, tetapi pasti akan mengubah nasib suatu kaum di masa depan.
Dakwah untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah dan mendakwahkannya ke seluruh dunia secara efektif, adalah donasi yang mencakup ketiga hal di atas sekaligus. Dalam dakwah ini, otomatis kita berdonasi dalam bentuk materi untuk memutar roda dakwah, tenaga kita curahkan setiap kita melakukan kontak dan sosialisasi, pikiran kita peras untuk menghasilkan berbagai ilmu baru yang solutif-syar'i untuk persoalan dunia modern, dan kita mendidik (mentatsqif) sumber daya manusia agar menjadi pribadi-pribadi yang pantas untuk dipercaya oleh Ahlul Quwwah yang akan memberikan Nusroh.
Donasi total seperti ini pula yang dilakukan para shahabat utama yang bersama Nabi berdakwah sejak dari Makkah, kemudian mendirikan Daulah Islam di Madinah, hingga akhirnya melakukan futuhat ke negeri-negeri yang jauh. Karena itu tak heran, bahwa Rasulullah pernah menegur Khalid bin Walid, yang mencela sedekah Abdurrahman bin Auf (karena dianggap kurang sebanding dengan kekayaaannya). Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr. Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.” Itu karena Abdurrahman telah berdonasi sejak Daulah Islam belum tegak, sementara Khalid baru masuk Islam setelah Daulah Islam tegak.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk merubah donasi kita menjadi lebih berkualitas, bukan malah bulan yang membatasi kita: jangan sampai kita hanya donasi di bulan Ramadhan saja! Mudah-mudahan, mulai masuk malam-3 bulan Ramadhan, kita sudah bisa merubah DONASI kita, agar Allah merubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Kalau kita melihat sosok keluarga miskin dan bodoh, maka biasanya mereka kesulitan untuk mengasup nutrisi bergizi dan memberikan pendidikan yang bermutu bagi anak-anaknya. Walhasil anak-anaknya ini kelak juga akan kesulitan untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik, yang mampu mengeluarkannya dari lubang kemiskinan dan kebodohan. Artinya, keluarga miskin, atau bahkan bangsa yang miskin, selamanya akan kesulitan keluar dari jerat "nasibnya".
Tetapi Allah berjanji akan mengubah nasib suatu kaum bila mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka.
Sesungguhnya, semiskin apapun seseorang, dia masih bisa melakukan donasi (sedekah). Menurut Rasulullah, donasi itu banyak macamnya. Yang paling populer tentu saja sedekah berupa harta (materi). Namun membantu seseorang menaikkan muatan ke kendaraan, adalah sedekah juga (yakni sedekah tenaga). Wajah yang cerah di depan saudaranya, adalah sedekah juga. Bahkan menahan diri dari perbuatan maksiat, adalah sedekah juga.
Dengan demikian, seorang miskin yang sabar, dan masih berusaha memberikan kontribusi ke masyarakat, baik itu hanya berupa tenaga (misalnya membersihkan tempat umum seperti masjid), hakekatnya adalah sedang melakukan donasi. Bahkan yang sudah tidak memiliki tenaga, sehingga hanya mampu memberikan wajah cerah saja, seraya menahan diri dari perbuatan maksiat, adalah sudah memberi donasi. Apa jadinya kalau orang-orang miskin ini membuat maksiat atau anarki, mengotori masjid, merusak tempat umum, atau ikut menyebarkan fitnah, atau mengajari anak-anaknya menjadi penjahat? Bukankah masyarakat jadi perlu mengeluarkan biaya dan tenaga ekstra untuk mengatasinya? Bukankah kalau masyarakat disibukkan dengan hal-hal semacam itu, mereka jadi berkurang kapasitasnya untuk menolong si miskin?
Sekecil apapun donasi, itu pasti merubah nasib. Rasulullah mengatakan, ada orang yang diselamatkan dari api neraka, hanya karena sebutir kurma. Di hadits yang lain beliau bercerita, bahwa ada seorang pelacur dari umat terdahulu, yang masuk surga karena timbangan amalnya lebih berat, lantaran dia memberi minum seekor anjing. Kalau memberi minum seekor anjing saja bisa membawa donaturnya ke surga, bagaimana dengan memberi minum (menyediakan air bersih) untuk satu desa muslim, yang kemudian mereka dapat beribadah dengan baik, yang di antara mereka ada orang-orang alim yang senantiasa berdakwah dan menyebarkan kebaikan ?
Tetapi tentu saja, seseorang yang dititipi Allah rizki yang lebih besar, baik itu berupa harta, tenaga, ilmu, jabatan atau handai tolan, memiliki kewajiban donasi yang lebih besar. Mereka tidak hanya bisa berdonasi untuk mengubah nasibnya sendiri, tetapi bahkan mengubah nasib ummat.
Bahkan, kalau dilakukan dengan cerdas, manfaat donasi ini bisa bertahan lama, bahkan tetap bertahan meski donaturnya tidak ada lagi. Nabi mengatakan, ada amal manusia yang tidak terputus dengan kematiannya, yaitu amal jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak yang shaleh.
Karena itu, bentuk donasi yang bisa kita ubah ini setidaknya mencakup 3 macam:
1. Donasi dalam bentuk materi
Donasi ini objeknya adalah materi. Tentu saja amalnya bisa juga berupa tenaga atau pikiran, tetapi hasilnya adalah materi. Dan kalau materi itu berupa infrastruktur, apakah itu berupa jalan umum, masjid, sarana air bersih, atau juga pabrik yang memproduksi kebutuhan manusia, maka donasi ini akan memberikan kebaikan (pahala) terus menerus, selama dia masih dapat berfungsi.
2. Donasi dalam bentuk ilmu atau wisdom
Donasi ini objeknya adalah ilmu, atau suatu pengetahuan atau aturan sesuai syara' yang membuat orang / masyarakat menjadi lebih bijak. Amalnya bisa saja berupa sosialisasi, mengajar, menulis buku, membuat film yang menginspirasi, atau juga menjadikan semua itu mungkin dengan sebuah peraturan / kebijakan. Selama ilmu yang baik tersebut masih berpengaruh atau dipakai di masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak, maka masih memberikan kebaikan (pahala) terus menerus.
3. Donasi dalam bentuk pembangunan manusia
Donasi ini objeknya adalah manusia. Upaya membentuk manusia-manusia menjadi orang-orang shaleh yang cerdas, tekun bekerja dan berjiwa peduli pada sesama, itu adalah donasi yang luar biasa, yang memerlukan kesabaran tingkat tinggi, tetapi pasti akan mengubah nasib suatu kaum di masa depan.
Dakwah untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah dan mendakwahkannya ke seluruh dunia secara efektif, adalah donasi yang mencakup ketiga hal di atas sekaligus. Dalam dakwah ini, otomatis kita berdonasi dalam bentuk materi untuk memutar roda dakwah, tenaga kita curahkan setiap kita melakukan kontak dan sosialisasi, pikiran kita peras untuk menghasilkan berbagai ilmu baru yang solutif-syar'i untuk persoalan dunia modern, dan kita mendidik (mentatsqif) sumber daya manusia agar menjadi pribadi-pribadi yang pantas untuk dipercaya oleh Ahlul Quwwah yang akan memberikan Nusroh.
Donasi total seperti ini pula yang dilakukan para shahabat utama yang bersama Nabi berdakwah sejak dari Makkah, kemudian mendirikan Daulah Islam di Madinah, hingga akhirnya melakukan futuhat ke negeri-negeri yang jauh. Karena itu tak heran, bahwa Rasulullah pernah menegur Khalid bin Walid, yang mencela sedekah Abdurrahman bin Auf (karena dianggap kurang sebanding dengan kekayaaannya). Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr. Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.” Itu karena Abdurrahman telah berdonasi sejak Daulah Islam belum tegak, sementara Khalid baru masuk Islam setelah Daulah Islam tegak.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk merubah donasi kita menjadi lebih berkualitas, bukan malah bulan yang membatasi kita: jangan sampai kita hanya donasi di bulan Ramadhan saja! Mudah-mudahan, mulai masuk malam-3 bulan Ramadhan, kita sudah bisa merubah DONASI kita, agar Allah merubah nasib kita. [Fahmi Amhar]
Posting Komentar untuk "BULAN PERUBAHAN - Ramadhan Hari-3: UBAH DONASI"