Topeng Kemanusiaan Negara Imperialis Amerika
Poster Tolak Obama |
Setelah sebelumnya meluluhlantakkan negeri Irak dengan ratusan ribu
yang terbunuh, Amerika dan Inggris saat ini tampil bagaikan pahlawan
baru di Irak. Dengan alasan menyelamatkan etnis minoritas Irak dan
kelompok Kristen dari bencana kemanusiaan di Irak, Inggris berencana
memasok senjata secara langsung kepada pasukan Kurdi.
Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengatakan, keterlibatan
Inggris bukan hanya pada misi kemanusiaan tapi juga militer yang
berlangsung dalam beberapa pekan atau bulan. Misi ini bertujuan untuk
membantu pemerintahan baru Irak dan pasukan Kurdi dalam menghadapi apa
yang diklaim sebagai teror kelompok IS (Islamic State). Sementara
Amerika Serikat, di samping mengirimkan bantuan pangan, juga membantu
pasukan Kurdi dengan serangan udara untuk merebut kembali bendungan
Mosul yang strategis dari pasukan IS.
Berkaitan dengan perkembangan di Irak, kita perlu menegaskan,
sesungguhnya tidak ada alasan kemanusiaan dalam politik luar negeri
Amerika. Sebagai negara imperlialis yang mengusung ideologi Kapitalisme
yang rakus, metode luar negeri mereka sudah baku, yaitu penjajahan (al
isti’mar). Setiap kebijakan luar negeri Amerika pastilah untuk
kepentingan melestarikan penjajahan mereka di dunia Islam.
Kalau benar dengan alasan kemanusiaan, kenapa Amerika malah mendukung
penuh pembantaian yang dilakukan entitas penjajah Yahudi di Gaza. Lebih
dari 2.000 kaum Muslimin terbunuh, rumah-rumah hancur, termasuk rumah
sakit, sekolah dan masjid. Di mana nurani kemanusiaan negara imperialis
ini? Mengapa pula mereka diam terhadap pembantaian yang dilakukan oleh
rezim Assad di Suriah yang telah menewaskan ratusan ribu rakyat Suriah?
Kenapa Amerika tidak melakukan apa-apa saat Muslim Rohingya dibunuh dan
diusir dari tanah airnya sendiri?
Amerika selama ini dikenal sebagai sebagai negara pelanggar HAM nomor
wahid. Lembaga HAM dunia seperti Human Right Watch dan Amnesti
Internasional, kerap mengkritik negara ini. Amerika Serikat mendukung
Pemilu yang prosesnya meragukan, seperti di Kenya dan Pakistan, hanya
untuk kepentingan Barat semata. Misalnya, dukungan terhadap Perves
Musharaf saat menjadi Presiden Pakistan, sekutu Amerika Serikat, dalam
proses Pemilu. Akibatnya, pelanggaran HAM tak terhindarkan.
Kecaman lain yang dilontarkan adalah keberadaan penjara rahasia AS di
mancanegara, yang memungkinkan tindakan menghilangkan orang secara
paksa, serta membenarkan penyiksaan tahanan. Dalam perang melawan
teror, Amerika menahan ratusan orang yang diduga terkait terorisme,
tanpa proses hukum yang jelas, salah satunya di Penjara Guantanamo,
Kuba.
Karenanya, tidak ada motif kemanusiaan, yang ada adalah kepentingan
politik Amerika untuk mempersiapkan disintegrasi Irak. Amerika sejak
menduduki Irak pada 2003, terus menyiapkan disintegrasi Irak. Konstitusi
dengan model seperti pemerintahan federasi ditetapkan oleh Bremer
berdasarkan asas kelompok sektarian menurut kuota kelompok dan sekte.
Amerika merincinya untuk presiden, ketua parlemen, dan perdana menteri.
Bremer menjadikan jabatan sektarian untuk alat hingga disintegrasi
benar-benar terwujud: Kurdi di utara Irak, Sunni di barat dan utara,
Syiah di selatan dan Baghdad di antara bagian-bagian ini.
Amerika pun mempersiapkan perjanjian keamanan (a security agreement)
untuk tetap mengontrol rezim di Irak setelah keluar dari negara itu
secara militer pada tahun 2011. Hanya saja Amerika menentukan keamanan
dalam konteks menciptakan disintegrasi. Amerika akan menganggap
kepentingan keamanan terancam kalau terjadi lintas krisis, melampui
batas-batas rancangan wilayah disintegerasi Irak (wilayah Kurdi, Sunni,
dan Syiah).
Inilah alasannya kenapa negara ini melakukan intervensi sekarang,
untuk mencegah serangan apapun dari IS terhadap Kurdistan. Hal ini
sesuai politik Amerika untuk memecah belah Irak menjadi tiga wilayah
dengan ikatan rapuh dengan pusat (Baghdad), di mana tidak boleh satu
wilayah mencaplok wilayah lainnya. Sebaliknya Amerika tidak memandang
sebagai ancaman keamanan, seandainya konflik hanya terjadi secara
internal dalam batas wilayah kelompok tertentu saja.
Bisa dimengarti kalau Amerika tidak menilai kejadian-kejadian
berdarah di wilayah Sunni antara suku-suku, ISIS, Ba’ats dan
Naqsabandiyah, sebagai gangguan keamanan. Meski pembantaian terjadi
selama persengketaan dan peperangan di dalam satu wilayah yang sama.
Demikian juga, Amerika tidak memandang sampainya ISIS ke Mosul pada 10
Juni 2014 atau Tikrit atau yang lain sebagai gangguan keamanan, genocida
dan tidak pula melampaui batas kemanusiaan. Hal itu karena semua itu
adalah peperangan di satu wilayah yang sama.
Akan tetapi Amerika menilai mendekatnya ISIS dan jamaah-jamaah Sunni
lainnya dan mengancam Baghdad, sebagai gangguan keamanan. Tidak
mengherankan kalau Amerika mengirimkan ahli-ahli keamanan seperti yang
dinyatakan oleh Psaki pada Senin 16 Juni 2014 kepada kedubesnya di
Baghdad . Kita ketahui, kedubes AS di Baghadad merupakan terbesar di
dunia, dikenal sebagai markas konspirasi yang di dalamnya dimatangkan
wasilah-wasilah busuk dan cara-cara menjijikkan untuk menyerang manusia.
Sekali lagi kita menegaskan, kondisi umat Islam yang menyedihkan saat
ini terjadi, tidak lain karena pengkhianatan penguasa-penguasa negeri
Islam yang menjadi pelayan setia Barat. Setelah runtuhnya Khilafah
Islam, tiada lagi pemimpin umat Islam yang benar-benar melindungi umat.
Karena itu, perjuangan mengembalikan kembali Khilafah Islam sungguh
merupakan perjuangan yang mulia. Sebab, dengan Khilafah Islam, umat akan
kembali memiliki kemuliaan, kekuatan, dan martabat. Khilafah akan
menerapkan syariah Islam yang akan mengurus umat dengan baik,
mempersatukan umat, dan melindungi umat dari musuh-musuh umat yang
rakus. Allahu Akbar! [Farid Wadjdi]
Posting Komentar untuk "Topeng Kemanusiaan Negara Imperialis Amerika"