Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sikap Diam, Periode Makkah dan Tanggapan Terhadap Penghinaan Atas Nabi Muhammad (SAW)

Rasa cinta dan persatuan yang ditampilkan oleh kaum Muslim di Eropa setelah dilakukannya penghinaan oleh majalah Charlie Hebdo dan para pendukungnya terhadap Nabi Muhammad (SAW) yang kami cintai telah menyejukkan hati. Kaum Muslim melihat apakah pemerintahan Muslim akan mengambil tindakan tegas untuk membela kehormatan Nabi (SAW) tetapi sekali lagi reaksi dari rezim-rezim itu begitu sedikit. Hal ini tidak mengejutkan karena tidak adanya negara Khilafah Rasyidah sebagaimana yang didirikan oleh Nabi (SAW) yang peduli terhadap Allah (SWT), Nabi (SAW) dan umat Islam.

Aksi Di Turki Bela Nabi Saw.
Meskipun terdapat tekanan dari banyak politisi, intelektual dan media, banyak Muslim di Eropa yang bersumpah untuk menentang penghinaan terhadap Rasulullah (SAW). Namun, sebagian suara komunitas Muslim berpendapat bahwa umat Islam di Barat harus mengabaikan penghinaan itu dan tidak perlu meresponnya dengan mengatakan bahwa saat ini adalah periode Mekkah, dimana Nabi SAW sendiri tidak menanggapinya dan oleh karena itu tidak perlu mengatakan apa-apa.

Apakah pernyataan ini karena rasa takut mereka? Sedangkan, saat dimana umat Islam di Eropa sedang menghadapi iklim penentangan yang kuat dari undang-undang anti-teror, dengan dilakukannya penangkapan dan penggerebekan yang menargetkan kaum Muslim yang berbicara mengenai kebijakan pemerintah Barat sehingga begitu banyak memiliki alasan untuk tidak mau merubah situasi. Atau apakah pernyataan itu adalah pelajaran akurat yang diambil dari Sirah Nabi pada periode Makkah?

Tampaknya sebagian orang telah salah paham tentang apa yang sebenarnya terjadi pada periode Mekah. Karena ketika kita melihat pada Asbabul Nuzul dari beberapa ayat yang diturunkan di Makkah, kita dapat benar-benar memahami apa yang sebenarnya terjadi ketika sebagian orang mencoba mencoreng citra Nabi Muhammad (SAW) dengan memberikan berbagai tuduhan palsu supaya orang-orang tidak mau mendengarkan beliau. Kaum Quraisy menyebutnya gila, peramal (Kahin) penyair gila dan berbagai istilah yang menghina lainnya untuk memalingkan manusia untuk mendengarkan beliau. Dalam hal ini, Allah (Swt) menunjukkan bagaimana Nabi (Saw), para Sahabat dan umatnya harus menanggapi upaya menodai citra Nabi Muhammad (Saw). Jadi ayat-ayat Surah al-Haqqah (69: 40-43) diturunkan untuk melemparkan kembali argumen palsu mereka dan menunjukkan kontradiksi dan kebohongan berbagai tuduhan tersebut.

((إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ))
“Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,”

((وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَّا تُؤْمِنُونَ))
“dan Al Quran itu bukanlah Perkataan seorang penyair. sedikit sekali kamu beriman kepadanya.”

((وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ))
“dan bukan pula Perkataan tukang tenung. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.”

((تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ))
“ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.”

Bagaimana mungkin bahwa kemarin, sebelum nya Wahyu, mereka memanggilnya orang yang terpercaya, dan tiba-tiba pada hari ini, mereka menuduhnya seorang pendusta! Mereka tahu betul bahwa kata-kata yang kini ada bukanlah kata-kata seorang peramal atau seorang gila, tetapi adalah Wahyu dari Sang Pencipta langit dan bumi. Surah al-Masad bahkan menyebutkan nama salah satu penuduhnya (Abu Lahab) dan Surah al-Haqqah ini dibacakan oleh para Sahabat dan digunakan ketika mereka berdebat dengan kaum pemuka Quraisy dan orang-orang lain yang ingin menodai citra Nabi dan membuat orang untuk berpaling dari beliau dan pesan-pesannya. Gambaran yang Anda dapatkan adalah gambaran tentang salah satu perdebatan intelektual yang kuat antara kaum Muslim dan para penuduhnya, bukan gambaran tentang diamnya kaum Islam saat ini atas tuduhan palsu yang dibiarkan untuk menenggelamkan dan menelan orang-orang muslim kebanyakan.

Jadi bagaimana orang bisa mengaku telah mengetahui Sirah sehingga umat Islam di Eropa harus berdiam diri dalam menghadapi penghinaan ini? Bagaimana seseorang bisa mengaku mencintai Nabi (Saw) dan tidak berbicara ketika pikiran kaum muslim kebanyakan sedang diracuni untuk menentang Islam dan kaum Muslim?

Semakin mereka menghina Nabi (Saw), semakin kita akan mengasihi beliau, dan semakin berpegang kepada Sunnah dan semakin membelanya sebagaimana yang diajarkan Allah kepada kita.

Ditulis Untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh

Taji Mustafa
Perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris

Posting Komentar untuk "Sikap Diam, Periode Makkah dan Tanggapan Terhadap Penghinaan Atas Nabi Muhammad (SAW)"

close