Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Timteng: Dari Revolusi Hingga Perang Melawan ‘Terorisme’

Pada bulan September 2014, Amerika mengumumkan pembentukan sebuah aliansi internasional untuk memerangi “terorisme” di Timur Tengah. Aliansi tersebut menjadikan praktik-praktik yang dilakukan ISIS sebagai tema yang ditonjolkan. ISIS dianggap menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan dan perdamaian dunia. Amerika menegaskan bahwa dia tidak hanya membuat dan memasukan ISIS ke dalam daftar hitam. Amerika juga mengingatkan bahwa serangannya ini akan berlarut-larut hingga bertahun-tahun, sampai 30 tahun!

Peta Timur Tengah
Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry juga mengumumkan, “Masalah ini tidak akan berhenti dengan melenyapkan ISIS. Demikian, seperti beberapa pernyataan yang terus dikemukakan. Setidaknya, itulah yang Amerika inginkan. Dengan demikian ini tidak akan mengubah kenyataan sebenarnya sebagai perang habis-habisan melawan terorisme, yang targetnya jauh lebih besar daripada sekedar ISIS.”

Dengan demikian, kami mendapati bahwa serangan Amerika melampaui ISIS. Ini berdasarkan pernyataan Amerika sebelumnya. Ini juga berdasarkan sikap resmi Amerika yang memasukkan sejumlah kelompok Islam bersenjata ke dalam daftar hitam, selain ISIS, seperti Jabhah an-Nushrah, Ahrar al-Syam, Jaisy al-Rasyidin, Jamaah Khurasan, dan lain-lainnya. Bahkan Amerika melakukan pengeboman langsung terhadap mereka serta menghancurkan kamp-kamp mereka dan markas-markasnya.

Untuk membuktikan keseriusan dan tekadnya, Amerika mengirim kru dari para ahli militernya secara berturut-turut ke kawasan Timur Tengah untuk mengikuti semua hal. Bahkan mereka mengendalikan langsung semua operasi militer yang tengah berlangsung. Lebih jauh, Kepala Staf Jenderal Martin Dempsey mengeluarkan pernyataan yang berbeda dari pernyataan-pernyataan pemerintah Amerika yang beredar, bahwa Amerika siap mengirim tentara untuk berperang jika kondisi memaksa, karena pegeboman udara saja tidak cukup untuk mengubah keseimbangan militer di lapangan. Para pejabat tinggi Amerika juga menegaskan bahwa serangan ini akan berlangsung untuk jangka waktu yang lama, dan dapat melebar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan.

*****

Tindakan tersebut menunjukkan bahwa sangat berbahaya bagi Amerika karena kebijakan intervensi militer langsung bertentangan dengan strategi pemerintahan Obama. Ini karena  sejak awal ia menerima kekuasaan. Ia meninggalkan cara itu. Ia menyerahkan itu kepada para anteknya di kawasan Timur Tengah. Hal ini tampak sangat jelas melalui rekomendasi dari Baker-Hamilton, yang meminta jadwal penarikan Amerika dari Irak. Amerika mengandalkan rezim Iran dan Suriah untuk berkontribusi bagi keberhasilan proses politik di dalamnya. Artinya, yang mendorong Amerika untuk mengadopsi kebijakan intervensi langsung adalah karena  Amerika melihat mobilisasi yang berlangsung di kawasan Timur Tengah merupakan ancaman serius bagi pengaruh dan kepentingannya. Namun, masalah ini tidak dapat diterima oleh semua. Kawasan Timur Tengah adalah jantung dunia, yang merupakan sumber utama bagi sumber-sumber energi vital seperti minyak, gas, dan lainnya; juga merupakan tempat lahirnya misi Islam. Artinya,  semua itu merupakan ancaman bagi kepentingan Amerika pada saat pengaruhnya goyang. Apalagi ketika kawasan Timur Tengah lepas dari ketergantungannya.

Jadi, Obama menekankan lagi dan lagi bahwa Amerika tidak menerima jika terjadi kekosongan politik di kawasan tersebut. Amerika tidak akan membiarkan Timur Tengah dalam kondisi apapun. Hanya Amerika yang mampu mengisi kekosongan, yang mungkin terjadi akibat peristiwa saat ini. Dengan ini, bisa saja Amerika kembali melakukan intervensi militer langsung karena ketidakmampuan para anteknya untuk memimpin sendiri. Ketidakmampuan para aktek Amerika ini dapat menciptakan kekosongan politik yang ditakuti Amerika. Pasalnya, hal itu bisa saja diisi oleh satu kekuatan atau lebih dari lawan-lawan Amerika. Untuk itu, Amerika melakukan intervensi langsung guna melindungi para anteknya, juga agar para anteknya menjadi lebih kuat posisinya untuk menyelesaikan semua rencananya.

Dengan demikian, Amerika terpaksa melakukan intervensi terbuka, di samping para anteknya, di Suriah, Iran dan Irak, setelah Amerika mendukung mereka diam-diam, atau melalui perantara. Irak, Libanon dan Iran serta semua milisi yang terkait dengan mereka telah gagal mengokohkan rezim Bashar al-Assad, gagal untuk menghancurkan Revolusi Syam, atau gagal memaksakan mereka untuk menyerah. Akibatnya, taruhan Amerika sudah di ujung kebangkrutannya. Rezim dan para pendukungnya di Bumi Syam sudah tidak bertenaga, sedangkan Amerika tidak ingin membiarkan keadaan berkembang tiba-tiba. Untuk itu, Amerika melakukan intervensi langsung sebagai pemain utama guna mengontrol dan memimpin di dalam arena konflik.

Amerika juga terlihat melangkah terburu-buru untuk membuat kesepakatan dengan Iran, khususnya masalah program nuklirnya, untuk mengakhiri embargonya, dan untuk membenarkan kerjasamanya secara terbuka dengan Iran, dalam “menyelesaikan krisis” di kawasan tersebut secara resmi. Ini setelah persekongkolan telanjang keduanya di Afghanistan, Irak, Suriah, Libanon dan Yaman. Bahkan Amerika terang-terangan dan provokatif bekerjasama dengan Iran di Irak. Di sana Amerika mengatur perang udara yang di dalamnya terdapat Qasim Sulaiman, seorang mayor jenderal di Angkatan Darat Iran, Penjaga Revolusi Islam, dan komandan Pasukan Quds dalam perang yang diklaim untuk melawan “terorisme”.

*****

Amerika adalah negara kapitalis imperialis yang serakah. Amerika selalu memaksakan kepentingannya dengan kekerasan dan paksaan. Bahkan ketika kepentingannya terancam, Amerika tidak segan-segan menginjak-injak hukum, norma-norma internasional, nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Oleh karena itu, Amerika tidak mengindahkan pengusiran jutaan rakyat Suriah. Sebaliknya, Amerika mendukung rezim Suriah untuk menghancurkan mereka dengan semua cara yang memungkinkan selama empat tahun. Amerika juga memberlakukan larangan membantu pendanaan dan persenjataan terhadap para lawan-lawan rezim. Padahal sebelumnya di sana tidak ada yang namanya “ekstremisme” atau “terorisme” dalam bentuk atau jenis apapun, selain terorisme dan ekstremisme rezim dalam melakukan kejahatan kejinya dengan senjata kimia, tong-tong peledak, rudal Scud, dan lainnya. Bahkan sejauh ini, Amerika tidak pernah berhenti memasok Israel dengan senjata pemusnah yang ditimpakan pada rakyat Palestina sejak 66 tahun yang lalu.

Amerika akan melawan setiap upaya serius untuk mengubah situasi yang mengancam kepentingannya secara umum. Amerika paling keras dalam menentang upaya perubahan jika alternatifnya adalah Islam. Pasalnya, alternatif Islam berusaha untuk mendirikan negara Khilafah Islam yang akan menghapus batas-batas teritorial buatannya, tidak akan mengakui hukum-hukum Amerika, standar dan nilai-nilai kapitalismenya yang buas. Ini artinya, negara Khilafah akan menjadi alternatif dan merupakan ancaman bagi Amerika, sebagai entitas politik yang bebas dari Amerika dan yang sepertinya, serta yang akan menyatukan umat. Negara Khilafah memiliki keistimewaan dengan menerapkan cara hidup yang sederhana dan memberlakukan model hidup yang berbeda dari lingkungan Barat dan persepsinya tentang berbagai bentuk model kehidupan manusia.


Amerika menyadari bahwa mobilitas yang tengah berlangsung di kawasan Timur Tengah sedang mengancam pengaruhnya secara langsung. Oleh karena itu, Amerika berusaha sekuat mungkin untuk membendungnya, membaliknya, dan membelokkannya. Bahkan dengan jelas Amerika berusaha untuk mengalihkan konflik di kawasan Timur Tengah tersebut dari tingkat ke tingkat yang lain yang tidak ada hubungannya. Mobilitas di kawasan Timur Tengah itu awalnya menunjukkan pada fenomena masyarakat terzalimi yang tengah melawan rezim politik yang buruk. Mobilitas tersebut telah meraih sukses pertama di Tunisia dalam menggulingkan Ben Ali. Kemudian mobilitas itu menyebar ke tempat-tempat lain dengan kecepatan luar biasa sehingga menciptakan inkubator massa yang luas, yang mendorong pada perubahan, dan pada opimi umum dunia yang mendukung dengan kuat mobilitas tersebut. Inilah yang membuat Amerika berada pada posisi sangat sulit. Sebab, perubahan apapun di kawasan tersebut, dalam konteks ini, tidak akan menguntungkan Amerika, justru masyarakat membencinya; juga para anteknya sedang tidak berdaya dan terancam! Dari sinilah, Amerika menghadirkan momok terorisme sekali lagi di tingkat global, dengan memanfaatkan praktik-praktik ISIS, yang membunuh, menahan dan menjarah tanpa belas kasihan atas nama Khilafah Islam, dan menghidupkan simbol-simbol Islam. Lalu, Amerika bersegera menghadirkan para ahli militernya ke kawasan tersebut, dan mulai membangun pangkalan militer permanen di Kurdistan Irak, serta menerapkan perang armada udara di langit Irak dan Syam. Semua itu dilakukan di bawah payung “kemanusiaan” serta untuk melindungi keamanan dan perdamaian internasional dari “buasnya terorisme” ISIS yang tidak terkendali!

Barat pada umumnya juga memanfaatkan praktik-praktik ISIS ini untuk membenarkan novelnya yang mendistorsi sistem Khilafah; bahwa Khilafah itu berdarah-darah, anti nilai-nilai kemanusiaan, dan merasa benar sendiri. Semua itu memberi negara-negara kafir topeng yang luas untuk kebijakannya yang buruk dan keji di depan opini umum.

Karena itu penting untuk  menjelaskan hukum-hukum syariah tentang sistem pemerintahan dalam Islam dengan penjelasan yang mujarab. Tujuannya antara lain untuk menjauhkan praktik-praktik menyimpang yang dilakukan atas nama Khilafah, untuk mempersempit ruang bagi para pembenci Islam yang terus menyerang Islam, juga untuk mengekspos skandal Amerika dan sekutu-sekutunya; membongkar persekongkolannya yang hina yang bertujuan untuk mendominasi negeri-negeri kita. Mereka semua  adalah negara-negara imperialis buas dan busuk, yang terus menjarah dunia di sekelilingnya dan menghancurkannya, tanpa rasa belas kasihan. Bahkan kapanpun mereka tidak akan pernah ragu-ragu untuk membuat alasan yang tepat guna mewujudkan kepentingannya, sekalipun harus mengorbankan seluruh rakyat. [Muhammad Bajuri/Sumber: Al-Waie, Tahun XXIX, Nomor 337, Shafar 1436 H/Desember 2014]; [Hasan al-Hasan; Aktifis Hizbut Tahrir Inggris][www.visimuslim.com]

Posting Komentar untuk "Timteng: Dari Revolusi Hingga Perang Melawan ‘Terorisme’"

close