Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sholat Gerhana Matahari (Kusuf)


Oleh : KH. Hafidz Abudurrahman
(Khadim Majelis-Ma'had Syaraful Haramayn)

حُكْمُهَا وَدَلِيْلُهُ وَحِكْمَةُ مَشْرُوْعِيَّتِهَا

Hukum, dalil dan hikmah pensyariatannya

صَلَاةُ كُسُوْفِ الشَّمْسِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَقَدْ ثَبَتَ بِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : " إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آياتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَصَلُّوْا وَادْعُوا حَتَّى يَنْكَشِفُ مَا بِكُمْ " رَوَاهُ الشَّيْخَانِ

Sholat gerhana matahari hukummnya Sunnah muakkadah. Ini ditetapkan lewat sabda Rasulullah Saw: sesungguhnya matahari dan bulan adalah salah satu diantara ayat-ayat Allah, terjadinya gerhana pada keduanya bukanlah karena kematian seseorang juga bukan karena hidupnya seseorang. Jika kamu melihat gerhana maka sholatlah dan berdoalah sampai tidak lagi tertutup. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

كَيْفِيَّةُ صَلَاةِ كُسُوْفِ الشَّمْسِ

Tata cara sholat gerhana

فَالْحَنَفِيَّةُ : هِيَ رَكْعَتَانِ كَهَيْئَةِ الصَّلَوَاتِ الْأُخْرَى مِنْ صَلاَةِ الْعِيْدِ وَالْجُمُعَةِ وَالنَّافِلَةِ بِلَا خُطْبَةٍ وَلَاأَذَانٍ وَلَاإِقَامَةٍ وَلَاتِكْرَارِ رُكُوْعٍ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بَلْ رُكُوْعٌ وَاحِدٌ وَسَجْدَتَانِ

Menurut madzhab Hanafi: Sholat gerhana matahari adalah 2 rakaat seperti halnya sholat-sholat yang lain seperti Sholat ied, sholat Jum’at, sholat sunnah tanpa ada khutbah, adzan juga iqomah, dan tidak perlu menambah ruku’ di setiap rakaatnya tapi hanya satu ruku’ dan dua kali sujud

اَلْجُمْهُوْرُ: هِيَ رَكْعَتَانِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ قِيَامَانِ وَقِرَاءَتَانِ وَرُكُوْعَانِ وَسُجُوْدَانِ وَالْأَكْمَلُ أَنْ يَقْرَأَ فِي الْقِيَامِ الْأَوَّلِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ أَوْ مَايُعَادِلُهَا وَفِي الْقِيَامِ الثَّانِي بَعْدَ الْفَاتِحَةِ دُوْنَ ذَلِكَ أَيْ بِقَدْرِ مِئَتَيْ آيَةٍ مِثْلَ آلِ عِمْرَانَ وَفِي الْقِيَامِ الثَّالِثِ دُوْنَ ذَلِكَ بِمِقْدَارِ النِّسَاءِ وَفِي الْقِيَامِ الرَّابِعِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ بِقَدْرِ الْمَائِدَةِ

Menurut Jumhur ulama (Malikiyah, Syafi’iyah, Hanabilah): sholat gerhana matahari adalah 2 rakaat di setiap raka’atnya melakukan dua kali berdiri, dua kali bacaan (fatihah+surah),  dua kali ruku’, dua kali sujud. Dan akan lebih sempurna  lagi pada berdiri yang pertama membaca surah Al-Baqarah setelah membaca Al-Fatihah atau yang sebanyak itu, dan pada saat berdiri yang kedua membaca surah yang lebih sedikit ayatnya yang jumlahnya sekitar 200 ayat seperti Ali ‘Imran, lalu pada saat berdiri yang ketiga surah lebih sedikit lagi seukuran jumlah An-Nisa, dan pada berdiri yang ke empat seukuran surah Al-Maidah

أَبُوْحَنِيْفَةَ: يُخْفِي الْإِمَامُ الْقِرَاءَةَ فِي صَلَاةِ الْكُسُوْفِ وَأَمَّا الْخُسُوْفُ فَتُصَلَّى فُرَادَى سِرّاً

Abu Hanifah berpendapat dalam sholat gerhana matahari Imam memelankan bacaannya sedangkan pada sholat gerhana bulan sholat sendiri-sendiri dengan suara pelan (sirr)

اَلْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ: يُسِرُّ الْإِمَامُ فِي صَلَاةِ الْكُسُوْفِ وَيَجْهَرُ فِي صَلَاةِ الْخُسُوْفِ 

Menurut madzhab Malikiyah dan Syafi’iyah imam memelankan bacaannya pada sholat gerhana matahari dan mengeraskan suaranya (jahr) pada sholat gerhana bulan

اَلْحَنَابِلَةُ : يَجْهَرُ فِي صَلَاتَيِ الْكُسُوْفِ وَالْخُسُوْفِ

Madzhab Hanbali berpendapat pada sholat gerhana matahari dan bulan sama-sama bacaan dikeraskan

وَقْتُ صَلَاةِ الْكُسُوْفِ

Waktu pelaksanaan sholat Gerhana matahari

وَقْتُهَا مِنْ ابْتِدَاءِ الْكُسُوْفِ إِلَى أَنْ تَنْجَلِيَ الشَّمْسُ مَا لَمْ يَكُنْ الْوَقْتُ وَقْتَ نَهْيٍ عَنِ النَّافِلَةِ فَإِذَا وَقَعَ الْكُسُوْفُ فِي الْأَوْقَاتِ الَّتِي يُنْهَي عَنِ النَّافِلَةِ فِيْهَا اقْتَصَرَ عَلَى الدُّعَاءِ وَلَا يُصَلِّي عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ أَمَّا الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ قَالُوْا : مَتَى تَيَقَّنَ كُسُوْفَ الشَّمْسِ سُنَّ لَهُ أَنْ يُصَلِّيَ هَذِهِ الصَّلَاةَ . وَلَوْ فِي وَقْتِ النَّهْيِ لِأَنَّهَا صَلَاةُ ذَاتِ سَبَبٍ 

Waktunya dimulai sejak permulaan gerhana sampai matahari kembali terang, selama waktunya adalah bukan waktu yang dilarang melakukan sholat sunnah. Jika gerhananya terjadi di waktu-waktu yang dilarang melakukan sholat sunnah, maka cukup berdoa saja tanpa melakukan sholat. Ini menurut pendapat Hanafiyah dan Hanabilah. Adapun Madzhab Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapat: “kapan saja seseorang yakin terjadinya gerhana matahari disunnahkan baginya menunaikan sholat gerhana meskipun di waktu yang dilarang melakukan sholat sunnah. Karena sholat gerhana adalah sholat sunnah yang memiliki sebab. 

هَلْ لِصَلَاةِ الْكُسُوْفِ خُطْبَةٌ: 

Apakah sholat gerhana disunnahkan khutbah?

اَلْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ: لَاخُطْبَةَ لِصَلَاةِ الْكُسُوْفِ وَكَذَلِكَ قَالَ الْمَالِكِيَّةُ لَايُشْتَرَطُ لِهَذِهِ الصَّلَاةِ خُطْبَةٌ وَإِنَّمَا يُنْدَبُ 

Madzhab Hanafi dan Hanbali berpendapat pada sholat gerhana matahari tidak disyari’atkan khutbah, begitu juga madzhab Maliki berpendapat tidak disyaratkan khutbah namun hanya dianjurkan saja.

الشَّافِعِيَّةُ قَالُوْا : يُسَنُّ لَهَا خُطْبَتَانِ لِجَمَاعَةِ الرِّجَالِ - كَالْعِيْدِ - بَعْدَ صَلَاتِهَا وَلَوْ اِنْجَلَتْ الشَّمْسُ وَيُبَدَّلُ التَّكْبِيْرُ بِالاِسْتِغْفَارِ لِأَنَّهُ هُوَ الْمُنَاسِبُ لِلْحَالِ وَلَا يُشْتَرَطُ فِيْهِمَا مِنْ شُرُوْطِ خُطْبَتَيِ الْجُمُعَةِ إِلَّا أَنْ يَسْمَعَ النَّاسُ وَكَوْنُهَا بِاللُّغَةِ الْعَرَبِيَّةِ وَكَوْنُ الْخَطِيْبُ ذَكَرًا

Madzhab Syafi’I berpendapat disunnahkan pada sholat gerhana matahari 2 kali khutbah untuk jamaah pria seperti halnya ied. Dilakukan setelah sholat. Meskipun matahari telah kembali terang. Takbir pada khutbah diganti menjadi istighfar karena itu lebih cocok dengan kondisi, dan tidak disyaratkan dalam dua khutbah tersebut seperti syarat khutbah jum’at. Syaratnya hanya khutbahnya terdengar oleh orang-orang, berbahasa arab, dan khatibnya adalah pria. 

اَلْجَمَاعَةُ فِي صَلَاةِ الْكُسُوْفِ وَمَوْضِعُهَا:

Sholat gerhana berjama’ah dan tempat pelaksanaannya

اِتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ أَنَّ صَلَاةَ الْكُسُوْفِ تُسَنُّ جَمَاعَةً فِي الْمَسْجِدِ وَيُنَادَى لَهَا اَلصَّلَاةَ جَامِعَةً وَأَجَازَ الْحَنَابِلَةُ وَالشَّافِعِيَّةُ صَلَاتَهَا فُرَادًى لِإَنَّهَا نَافِلَةٌ لَيْسَ مِنْ شَرْطِهَا الْإِسْتِيْطَانُ

Para Fuqaha sepakat bahwa disunnahkan berjama’ah melakukan sholat gerhana matahari di Masjid. Lalu diseru dengan “Ash-Sholaata Jaami’ah. Madzhab Hanbali dan Syafi’I membolehkan sholat sendiri-sendiri karena sholat kusuf merupakan sholat sunnah, tidak ada syaratnya harus bermukim. [VM]

Posting Komentar untuk "Sholat Gerhana Matahari (Kusuf)"

close