Siapa Menabur ‘Teror’ Pasti Menuai Badai
Oleh : Umar Syarifudin (*)
Bagi AS ‘War is Art of Bussines’. Obama, Hillary, Trump adalah representasi politik Amerika Serikat. Pernyataan mengerikan kandidat bakal presiden dari Partai Republik, Donald Trump melontarkan pelarangan bagi kaum muslimim untuk memasuki wilayah Amerika Serikat juga bagian dari ekspresi AS. Kebijakan Obama yang imperialistik dan mematikan di berbagai kawasan dunia dengan tujuan masuknya pengaruh Amerika dari pintu lebar yang dibuka oleh tangan-tangan para penguasa tiran yang tidak punya rasa malu kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukminin juga bagian dari ekspresi politik AS.
Pernyataan Mantan Menlu AS Hillary Clinton bahwa gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan gerakan buatan AS guna memecah belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak. Pernyataan Hillary tersebut juga merupakan ekspresi politik AS. Mantan Menlu di kabinet Obama masa jabatan pertama itu itu mengaku, pemerintah AS dan negara-negara barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi memecah belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013.
Terkait kebijakan polugri (politik Luar negeri) AS untuk Indonesia, Obama telah meminta Presiden Jokowi untuk memimpin pembahasan mengenai counter terorism. US-ASEAN Summit akan diadakan pada 15-16 Februari 2016 di Sunnyland, California. Pertemuan diikuti seluruh kepala negara di kawasan ASEAN dan tentunya Presiden Barack Obama. Instruksi AS kepada Presiden Indonesia adalah bagian dari kerangka imperialisme modern dalam bingkai Global War on Terrorisme (GWOT). Kebrutalan Densus 88 dan Revisi UU Anti Terorisme bagian dari upaya membumikan gagasan politik AS kepada NKRI.
Kita sudah tahu, bahwa Amerikalah yang berada di balik isu terorisme buatan di negeri ini. Setelah terjadinya Tragedi WTC 9/11, Amerika segera mengikatkan dinas intelijennya dengan dinas intelijen Indonesia. Kerjasama intelijen tersebut meliputi penyerahan buronan yang diminta Amerika ke Amerika, sebagaimana yang terjadi dalam kasus penangkapan Umar Farouq dan Hambali. Amerika juga mendukung gerakan separatis di Papua untuk melanggengkan hegemoninya atas tambang emas di sana, yang merupakan tambang emas dengan volume terbesar di dunia. Amerika telah menguasainya sejak lebih dari lima puluh tahun, khususnya setelah diperbaharui kontraknya pada masa presiden sekarang. Amerika juga menormalisasi kembali hubungan militer, dimana latihan-latihan militer gabungan antara pasukan khusus militer Indonesia (Kopassus) dengan militer Amerika telah dimulai lagi.
Amerikalah yang juga telah mengembangkan pusat-pusat pemikiran, Demokrasi, Pluralisme dan Liberalisme, dimana Amerika mendirikan American Corner di universitas-universitas besar di Indonesia dan mendanainya. Melalui American Corner ini, Amerika menyebarkan budaya Amerika yang liberal di tengah-tengah putra-putri kaum Muslim di negeri ini.
Di bidang pendidikan, peranan Amerika tampak nyata dalam perubahan kurikulum pendidikan khususnya di universitas-universitas Islam (UIN/IAIN), yang telah dimulai sejak dekade tujuh puluhan abad lalu dan terus berlangsung hingga sekarang. Di universitas-universitas tersebut, Amerika menyebarkan ide Sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan), Pluralisme, Liberalisasi Agama, Dialog Antar Agama, Liberalisasi Perempuan, penolakan terhadap Khilafah dan memerintah berdasarkan syariah. Amerika juga berusaha mengubah kurikulum di pesantren-pesantren, khususnya setelah Amerika memaklumkan Perang Global Melawan Terorisme (GWOT).
AS telah melakukan berbagai pakta perjanjian, Pakta Obama terhadap kawasan Timur Tengah bukan untuk memerangi terorisme akan tetapi untuk mengontrol kawasan guna dua tujuan: pertama, menjamin perampokan emas hitam kawasan dan mengalirkannya ke kantong Amerika. Kedua, menghalangi negeri-negeri Islam agar tidak kembali kepada al-Khilafah ar-Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. Hal itu dengan asumsi bahwa Amerika dan konco-konconya mampu melakukan hal itu melalui konspirasi dan tipu daya mereka.
Sayangnya Para penguasa tetap melindungi kepentingan “strategis” Amerika, yang telah menyiksa tahanan di Abu Ghraib dan Guantanamo dengan siksaan yang membuat Fir’aun terkesima. Di mana tahanan kaum Muslim laki-laki dan perempuan ditumpuk satu di atas yang lain di dalam satu sel, al-Quran diinjak-injak, wajah para tahanan di siram kotoran manusia dan mereka disiksa dengan arus listrik. Meski semua itu, para penguasa itu tetap saja melihat peradaban Amerika sebagai puncak peradaban!
Konspirasi para penguasa Arab Saudi dan Yordania, bersama dengan Mesir dan Turki untuk melawan revolusi Suriah semakin menjadi jelas dan nyata, sekalipun mereka memakai kamuflase kepedulian terhadap rakyat Suriah dan dukungan terhadap oposisi. Mereka para penguasa tidak memainkan peran apapun kecuali yang dirancang oleh tuannya di Washington, London dan Paris. Dan ketiga ibukota ini telah sepakat untuk menggagalkan revolusi.
Sesungguhnya para penguasa negeri-negeri muslim menanggalkan semua kehormatan dan kemuliaan dari dirinya ketika bertemu dengan para penjajah itu sambil menampakkan kebencian dan kedengkian terhadap Islam, hukum-hukum, dan sistem uqubatnya. Para politisi dan tokoh muslim telah mengklaim ‘paling nasionalis’, sementara mereka menyaksikan bagaimana kaum muslim diarahkan untuk memerangi saudara-saudara mereka demi kepentingan Amerika.
Amerika mati-matian untuk menghantam kebangkitan Islam politik (khilafah Rosyidah) dan kemudian memecah belah kaum muslimin. Dalam hal itu Amerika akan memanfaatkan inkonsistensi pemerintah dan tokoh-tokoh umat berdasarkan metode ‘stick and carrot’ Amerika yang tercermin dalam full back-up AS kepada sertiap Presiden ataupun calon presiden dalam memeberantas ‘teroris’ seraya memelihara ‘teror baru’.
Kami yakin bahwa makar mereka pasti hancur jika para pejuang Islam tetap berpegang teguh dengan tali Allah yang kokoh. Ingat, seberapa besar dan kuatnya makar Amerika dan para penguasa boneka itu, tidak akan pernah bisa mengalahkan makar Allah; dan harta yang mereka keluarkan untuk menghadang tegaknya Khilafah yang akan menerapkan hukum Allah, pasti akan merugi dan dikalahkan. Dan orang-orang kafir itu akan dikumpulkan kepada neraka Jahannam.
Sesungguhnya yang kewajiban kita adalah memperhatikan strategi-strategi musuh dalam sifatnya sebagai rencana negara kolonial ideologis yang memusuhi Islam dan kaum muslim, yang sedang berupaya memecah belah negeri kita. Dan sesungguhnya jalan untuk menghadapi hal itu tidak lain dengan mengoreksi pemerintah dan kekuatan-kekuatan politik serta gerakan-gerakan separatis atas dasar solusi Islam. Dan kita berupaya membangun negara ideologis berdasarkan asas Islam, yaitu Daulah Khilafah Rasyidah yang akan mampu menghentikan penjajahan Amerika dan sekutunya. Sebagaimana strategi-strategi al Khilafah memang dirancang untuk mengeluarkan dunia dari kegelapan kekufuran menuju cahaya Islam. Hasbunallah wa ni’mal wakiil, Ni’mal maula wa ni’man nashiir. [VM]
(*) Lajnah Siyasiyah DPD Hizbut Tahrir Kota Kediri
Posting Komentar untuk "Siapa Menabur ‘Teror’ Pasti Menuai Badai"