Cegahlah Dua Bahaya Laten Itu!
Oleh : Umar Syarifudin
(Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)
Bahaya laten bisa diartikan bahaya tersembunyi maupun terang-terangan yg terus-menerus mengancam. Artikel ini dimulai dengan peringatan para tokoh akan bahaya kelompok “neo-komunis”, yang dianggap bangun dan bergerak massif. Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) mengingatkan agar kader-kader HMI senantiasa terus mewaspadai akan bahaya neokomunisme (komunisme gaya baru) yang akhir-akhir mulai berkembang dan mengancam keutuhan NKRI. Presidium Kahmi Pamekasan Dr Gazali saat menyampaikan sambutan dalam acara pelantikan Pengurus HMI Cabang Pamekasan di Pamekasan, Sabtu (7/5) malam bahwa salah satu ciri dari ajaran neokomunisme adalah berupaya memecah belah bangsa ini dengan mendangkalkan keagamaan dan nasionalisme kita.
Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Madura (Unira) Pamekasan ini menceritakan, gerakan komunisme pernah terjadi di Indonesia yang dimotori oleh organisasi kemahasiswaan dibawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI), yakni Consentrasi Gerakan Mahasiswa?Indonesia (CGMI). "Saat itu CGMNI menggelar kongres di Istora Jakarta dengan jumlah massa yang mencapai puluhan ribu orang," katanya republika.co.id (8/5)
Perlawanan terhadap gerakan komunisme juga dilakukan kader-kader dari organisasi kepemudaan Front Pancasila (FP), Barisan Garuda Pancasila (BGP), Aliansi Mahasiswa Dan Masyarakat Muslim (AM3), Aliansi Mahasiswa Dan Masyarakat Bersatu (AM2B), Pemuda Panca Marga (PPM DKI Jakarta), Forum Komunikasi Pemuda Dan Mahasiswa (FKPM Bogor Raya) yang membuat pernyataan sikap salah satunya Menyerukan kepada seluruh Rakyat Indonesia untuk bersatu padu; agar siaga terhadap kebangkitan Gerakan Komunisme dengan gaya barunya yang mengatasnamakan Penegakan HAM dan keadilan (klikaktifis.com 5/8)
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, mengingatkan kepada masyarakat agar mewaspadai pergerakan dan paham baru komunisme di Indonesia. Ustadz Hasan, sapaan akrabnya, mengatakan komunisme merupakan paham yang berbahaya karena komunis tidak mengakui agama. Bahaya komunis ini tidak saja berdampak bagi masyarakat Muslim saja, tapi juga pada umat beragama lain di Indonesia.
“Tapi kami juga tak mau PKI tumbuh dan berkembang lagi di negara, karena sejarah dan pengalaman buruk yang pernah kita alami di masa silam,”kata Gus Sholah dalam Deklarasi Gerakan Bela Negara di di Asrama Haji Jl Sumargo, Minggu (15/11/2015) menghadirkan tiga narasumber, yang membincangkan bahaya komunis, dan peran penting para pemuda. tribunnews.com (15/11/15)
Dewan Pakar ICMI Pusat Anton Tabah Digdoyo menyampaikan pemakaian kaos, baju atau pin simbol PKI sudah semakin marak digunakan di Indonesia. Padahal UU nya sudah sangat jelas tegas melarang segala bentuk tanda atau simbol PKI dilarang digunakan di Indonesia.
Agar penggunaan simbol-simbol PKl tida semakin luas digunakan masyarakat Indonesia, Anton mengajar masyarakat mencermati unsur-unsur pada Pasal 107a, UU 27 Tahun1999, menyebutkan barang siapa secara melawan hukum dimuka umum dengan lisan, tulisan dan atau melalui media apapun menyebarkan ajaran komunisme, marxisme, leninisme, dalam segala bentuk perwujudannya dipidana 12 tahun.
Jadi kata dia, klausul menyebarkan paham komunisme dengan media apapun itu temasuk lambang-lambang, gambar-gambar PKI yang dibagi-bagikan di muka umum itu jelas terkandung maksud utuk mengenalkan tentang PKI pada masyarakat.
Budayawan senior Taufik Ismail juga angkat bicara, dalam Audiensi Tim Anti Komunis dengan DPR RI di Kompleks Parlemen Jakarta, Senin (2/5), beliau membeberkan kekejaman komunisme menyebabkan terbunuhnya sekira 4.500 orang setiap harinya, para peneliti ilmu politik dan sosial pernah meneliti ideologi sesudah komunisme jatuh. Ideologi ini, membunuh 120 juta orang dalam 74 tahun di 76 negara. Artinya, sekitar 4.500 manusia tewas setiap hari.
Taufik menjelaskan, komunisme ada di 76 negara. Ideologi ini berhasil mengkudeta 28 negara. Sebanyak 24 dari 28 negara itu, ideologi komunis bangkrut. "Seperti kartu domino yang disusun di meja kemudian ditiup angin, di 24 negara itu berantakan.
KH Ahmad Hasyim Muzadi sebagai salah seorang sepuh NU dan juga anggota Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden) sejak lama di berbagai kesempatan sering menyatakan kekhawatrirannya tentang kebangkitan PKI. saat ini pun beliau tidak segan-segan menasihati presiden ri agar tidak minta maaf kepada PKI.
Karl Marx sebagai Bapak Komunis Dunia berpandangan bahwa agama adalah belenggu dan Tuhan adalah penjajah, sehingga manusia yang beragama dan bertuhan tidak memiliki kebebasan, karena jiwanya terbelenggu dengan aturan agama dan terjajah dengan hukum Tuhan. Oleh karena itu menurut Karl Marx harus ada revolusi mental yang membebaskan dan memerdekan jiwa manusia dari belenggu agama dan jajahan Tuhan.
Penyimpangan dan bahaya ideologi komunisme mudah disadari bagi orang-orang yang berpikir jernih. Bahaya kebangkitan komunisme harus dicegah, tidak cukup sekedar diwaspadai, karena jika dibiarkan akan menjadi bom waktu yang meledak dan memporakporandakan negeri ini. Namun tak kalah pentingnya, masyarakat juga perlu menyadari bahwa saat ini kita sedang ditindas ideologi kapitalisme yang mengacak-acak negeri ini. Ini jelas bahaya yang sudah terwujud, dan dampaknya kita rasakan bersama.
Kapitalisme Juga
Dalam sistem kapitalisme yang diterapkan di seluruh dunia, khususnya bumi nusantara yang kita cintai ini, kemiskinan tetap merajalela, korupsi makin menggila, penindasan tak kunjung reda, kerusakan moral, pornografi dan pornografi serta beragam bentuk kriminalitas makin tak terkira. Lihatlah apa yang terjadi di sekeliling kita. Hidup semakin terasa berat. Beban ekonomi dan sosial seolah tak tertahankan. Sementara, segelintir orang bergelimang dalam kemewahan.
Dengarlah pula jerit tangis saudara-saudara kita seiman di Suriah, Palestina, Irak dan Afghanistan serta negeri lainnya. Mereka melewati hari demi hari di tengah ancaman senjata. Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya serta kaum zionis tanpa henti terus menumpahkan darah, melecehkan kehormatan dan merampas kekayaan umat di sana. Sampai kapan semua ini akan berakhir?
Hegemoni AS
Amerikalah yang berada di balik pembuatan berbagai rencana untuk memecah belah Indonesia agar bisa melemahkannya, yaitu sebagai berikut: Pertama, memanaskan konflik di tengah angkatan bersenjata, antara TNI dan Polri, dan menjadikan keduanya di bawah dua kepemimpinan yang terpisah pada tahun 1998, kemudian memprovokasi keduanya dengan sejumlah isu. Dengan cara tersebut, kekuatan pertahanan dan keamanan di dalam negeri pun menjadi lemah.
Kedua, Amerika telah mengembargo TNI membeli persenjataan dari Amerika setelah terjadinya konflik berdarah di Timor Timur tahun 1999. Ketiga, Amerika telah mendiktekan UU Otonomi Daerah nomer 22 tahun 1999. Dengan undang-undang tersebut, maka daerah-daerah diberi kewenangan luas, termasuk mengatur urusan keuangan, kekayaan alamnya, dan masuknya investasi asing secara langsung. Pada saat yang sama, kewenangan pemerintah pusat menjadi terbatas.
Keempat, Amerika memprovokasi perang saudara dengan mengeksploitasi sentimen suku dan agama, sebagaimana yang terjadi di Papua, Ambon-Maluku dan Poso – Sulawesi Tengah. Kelima, Amerika menyibukkan negeri tersebut dengan isu terorisme, sebagai isu vital (qadhiyyah mashiriyyah), agar bisa memalingkan pikiran rakyat dari berbagai isu terorisme dan separatisme yang sangat berbahaya, yang digerakkan oleh Amerika dan sekutunya di negeri ini, dimana terorisme dan sparatisme tersebut telah dan sedang terjadi di depan mata dan pendengaran para penguasa. Tetapi, mereka seolah menutup mata terhadapnya.
Keenam, membuat berbagai penghalang untuk menghalangi tersebarluaskannya Islam dan dipeluk sebagai akidah dan syariah, setelah melihat rakyat menginginkan Islam sebagai dasar persatuan mereka. Maka, mulai menakut-nakuti rakyat dengan Islam politik dan gerakan Islam transnasional, kemudian mengintimidasi mereka. Ketujuh, intervensi militer di negeri tersebut dengan menggunakan kedok latihan militer bersama dengan Singapura.
Amerika cemas terhadap perkembangan Islam yang mengalami peningkatan di negeri ini, setelah penduduknya yang Muslim kembali kepada keislaman mereka, serta munculnya keinginan kuat mereka untuk hidup dalam naungan syariah agama mereka.
Perkembangan Islam yang mengalami peningkatan di negeri ini merupakan fakta, sehingga membuat Amerika dan sekutunya pusing kepala. Mereka merasakan adanya ancaman serius yang tercermin pada Islam dan kebangkitan Islam. Mereka pun menekan para kompradornya untuk melawan Islam politik transnasional. Sesungguhnya masalah Indonesia yang —merupakan negeri Muslim ini— bagi Amerika dan sekutunya, adalah masalah internasional yang sangat kritis.
Cegahlah Kapitalisme dan Komunisme
Belum cukupkah kehidupan yang kita jalani tanpa mendapat keberkahan pemerintahan dengan Islam? Akankah kita diam, sementara kita, anak dan cucu kita ditimpakan konspirasi yang makin meningkat melalui tangan-tangan kaum imperialis dan antek-antek mereka. Sudah tiba waktunya bagi kita untuk bergerak dan merubah realita dengan jalan memuliakan diri dengan perjuangan menegakkan pemerintahan Islam, pemerintahan Khilafah Rosyidah ‘ala minhajin nubuah.
Kita, baik petani, guru, pedagang, ulama, para pegawai direktorat yang memiliki kekuatan, hingga kabinet dan pegawai kabinet, semua sudah gelisah dan bosan dengan kerusakan kapitalisme. Sebab kita melihat bagaimana kaum kapitalis merampas kekayaan umat bersama tuan-tuan mereka kaum kafir dan mereka juga melanggar kehormatan dan agama kita. Akibatnya masyarakat menderita secara fisik dan ruhani dalam bentuk kemiskinan, kelaparan dan dilanggarnya hak-hak kita.
Sesungguhnya beberapa jam setelah berdirinya Khilafah di Indonesia, maka Khilafah akan mulai memanfaatkan potensi negeri dengan menggunakan para pemberani dan inovatif untuk merubah Daulah Khilafah menjadi negara adidaya besar. Hal itu akan terjadi sebab Khalifah akan memerintah dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT, Raja dari segala raja, Pemilik segala sesuatu, dan dengan kerja ikhlas dari para penyelenggara negara.
Karena itu, Khilafah akan melenyapkan semua jejak musuh-musuh kaum muslim dari negeri-negeri kaum muslim. Khilafah akan menjamin pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh warga negara tanpa membedakan keyakinan, bahasa dan mazhab mereka. Khilafah akan menggunakan semua potensi umat ini supaya menduduki posisi kepemimpinan umat manusia yang memang layak disandangnya, persis sama dengan kondisi umat ini dahulu berabad-abad lamanya. Khilafah akan memerintah dengan agama yang lurus, yaitu Islam. [VM]
Posting Komentar untuk "Cegahlah Dua Bahaya Laten Itu!"