Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membaca Gelagat Rusia di KTT ASEAN-Rusia


Oleh : Umar Syarifudin 
Syabab Hizbut Tahrir Indonesia (Praktisi Politik)

Amerika masih merupakan kekuatan utama dunia. Upaya penyeimbangan kembali oleh Amerika di kawasan Asia Pasifik merupakan salah satu perkembangan geopolitik saat ini. Eropa Barat juga merupakan aktor besar yang dapat mempengaruhi percaturan politik global.  Peran negara-negara Eropa Barat dalam persoalan di Timur Tengah (Arab Spring), persoalan nuklir, dan penyelesaian sengketa di kawasan Afrika sangat signifikan.

Kekuatan baru Cina dengan pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduknya yang besar, serta peningkatan kekuatan militernya menandai peta politik ekonomi global dan regional. Australia merupakan faktor yang semakin penting dalam peta politik di kawasan Pasifik Barat. Australia memiliki kekuatan seperti politik, ekonomi, militer, dan teknologi sebagaimana negara-negara barat.

Rusia muncul sebagai salah satu poros kekuatan yang besar . Dunia mengalami proses perubahan situas global yang ditandai dengan pergeseran hegemoni negara-negara barat menuju kebangkitan ekonomi negara-negara Timur.Pergeseran ini tidak terlepas dari strategi negara-negara Timur menyiasati globalisasi, yakni memanfaatkan momentum krisis yang melanda negara-negara Barat dan memantapkan nasionalisme di dalam negerinya dengan melakukan proteksi terhadap potensi geo-politik dan geo-ekonomi dari berbagai bentuk intervensi asing. Dengan pergeseran gravitasi geo-strategi dunia ke Asia Pasifik, kawasan ini menjadi pengendali kunci politik global karena kurang lebih 41 persen penduduk dunia berada di kawasan ini dan 50 persen transaksi dunai terjadi di kawasan ini.

Tantangan Rusia terhadap Asia Tenggara seperti kita ketahui bahwa Rusia bukan pemain baru di kawasan. Dimasa lalu, Rusia pernah dekat secara ekonomi dan politik dengan Indonesia dan Vietnam. Selain sumber modal, Rusia juga pusat ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemudian, Rusia juga memiliki Soverign Wealth Fund (SWF) Russian Direct Investment Fund/RDIF dan kepemimpinan di BRICS Bank Capital yang didesain menjadi New Development Bank (NDB BRICS) bermodal 100 miliar dollar AS, pesaing World Bank. Dan saatiniRusia sedang berupaya memperkuat Eurosian Economic Union atau EAEU bersama Kazakhtan,  Belarus, Kyrgistan. Thailand, India, Vietnam sudah menyatakan minat untuk menjadi mitra dari blok ekonomi ini.

Selanjutnya Dibidang keamanan dan ekonomi Rusia juga membangun Shanghgai Cooperation Organization (SCO) bersama Cina, Iran, Kazakhtan, Kyrgistan, Uzbekistan, Tajikistan, India dan Pakistan. Dan yang menarik ekonomi RI sendiri akan lebih besar dari Rusia di 2023.
Indonesia-Rusia

Pertemuan Rusia dengan negara-negara anggota ASEAN akan digelar di Sochi pada 19 – 20 Mei mendatang dan merupakan acara internasional terbesar Rusia pada 2016. ASEAN terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar dengan populasi lebih dari 600 juta jiwa. Asosiasi ini di set-up oleh Rusia dengan jargon mengembangkan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya, serta memperkuat perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara.Rusia telah menjadi mitra dialog ASEAN sejak Juli 1996. Pada Desember 2005, pertemuan Rusia-ASEAN pertama digelar di Kuala Lumpur. Saat ini, anggota pertemuan menandatangani deklarasi kerja sama dengan Rusia. 

KTT ASEAN-RUSIA di Sochii, bagi Rusia, merupakan momentum untuk memperluas ekspansi politik dan ekonomi di ASEAN. Kementerian Luar Negeri dalam siaran pers yang dipublis di laman kemlu.go.id pada Selasa, 17 Mei 2016 menyebutkan poin-poin penting terkait kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan KTT ASEAN-Rusia yang berlangsung di Sochi, Rusia pada 19-20 Mei 2016. Berikut isi siaran pers yang publis Kemenlu RI:Pada kesempatan pertemuan bilateral, Presiden RI akan menyampaikan beberapa hal antara lain:

• Kerja sama di bidang ekonomi;
• Kerja sama pertahanan dan keamanan;
• Kerja sama energi.
• Harapan agar investor dari Rusia dapat di dorong untuk melakukan investasi di bidang infrastruktur dan energi di Indonesia.
• Di bahas pula beberapa isu regional dan internasional seperti: Laut Tiongkok Selatan, Suriah dan perkembangan di Timur Tengah.

Rusia juga merupakan salah satu mitra dagang Indonesia yang utama, khususnya di bidang CPO dan Industri Pertahanan. Nilai Perdagangan bilateral pada 2015 mencapai: US$ 1,98 milyar. Ekspor Indonesia adalah: CPO (50% dari total perdagangan), ikan, kakao butter, furnitur, teh, kopi. Impor Indonesia adalah: Alutsista (30% alat pertahanan RI dari Rusia- Pesawat Tempur, Helikopter, Tank), besi baja, pupuk, logam, karet sintetis dan aluminium.

Rusia juga merupakan salah satu investor asing cukup besar di Indonesia. Pada 2015, investasi Rusia mencapai total US$ 1,01 juta.  Sektor unggulan investasi Rusia adalah perhotelan dan restoran. Rusia juga menunjukkan minat untuk melakukan investasi di bidang infrastruktur, pertambangan dan energi. Turis Rusia yang berkunjung ke Indonesia menempati posisi lima terbesar bagi turis asal Eropa. Pada 2015 sejumlah 5.012 orang wisatawan Rusia mengunjungi Indonesia. Pada kunjungan tersebut, rencananya akan ditandatangani beberapa MoU, antara lain di bidang Pertahanan, IUU Fishing dan Kearsipan.

Presiden Joko Widodo mendahului dengan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di kediaman Putin di Bucherov Rucey, Sochi, Rusia, Rabu (18/5). Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mendorong peningkatan kerja sama antarkedua negara di bidang ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Jokowi mengatakan, kerja sama kedua negara perlu didorong karena telah terjadi penurunan nilai perdagangan bilateral. Pada 2014, nilai perdagangan Indonesia dengan Rusia mencapai 2,64 miliar dolar AS. Sedangkan tahun lalu mencapai 1,98 miliar dolar AS atau turun 25 persen. 

Jokowi menyarankan agar Indonesia dan Rusia bisa menghilangkan hambatan tarif dan non-tarif, termasuk untuk minyak kelapa sawit, ikan, dan produk pertanian. Selain itu, perlu juga dibuka akses pasar yang lebih besar serta meningkatkan kontak dan perdagangan langsung antar pelaku usaha.

Faktor X

Pengamat Barat tak menganggap Rusia sebagai pemain serius di Asia Tenggara. Namun, mereka salah besar. Secara historis, hubungan politik dan ekonomi Rusia dengan wilayah ini memang rendah, tapi belakangan Moskow mengambil rute defensif untuk mengencangkan ikatan dengan negara-negara ASEAN.

Jual-beli senjata berpotensi berubah menjadi kerja sama militer dan menyatukan negara-negara tersebut dalam sebuah dekapan geostrategis. Perlu diingat, Rusia merupakan pemasok senjata tercanggih di dunia untuk negara-negara di wilayah ini. Pesawat tempur Sukhoi untuk Indonesia dan Malaysia, serta kapal selam dan misil antikapal yang mematikan untuk Vietnam merupakan aspek yang paling jelas untuk melihat pertumbuhan ikatan pertahanan Moskow dengan negara-negara ASEAN. Pada 1997, Rusia mencapai titik balik utama ketika negara tersenbut berhasil menjual misil portabel “Igla” pada Singapura, sekutu dekat AS. Moskow mencatat kesepakatan militer pertamanya dengan Thailand saat menjual helikopeter transportasi Mi-17 dan saat ini mereka tengah mendiskusikan pasokan tank T-90.

Hubungan Indonesia-Rusia renggang setelah Peristiwa G 30 S/PKI 1965. Pemerintah Orde Baru menyebutkan Soviet terlibat menggerakkan beberapa faksi TNI menggulingkan Soekarno. Presiden Soeharto akhirnya memecah kebekuan dengan melawat ke Moskow pada September 1989. Dua tahun kemudian, republik unitaris Soviet pecah, berubah menjadi Federasi Rusia. Ideologi negara pun tak lagi komunis, serta berkembang perekonomian pasar di Moskow hingga Vladiwostok.

Setelah Indonesia memasuki reformasi, hubungan RI-Rusia semakin menguat. Presiden Megawati Soekarnoputri memulai membuat kedua negara akrab kembali, terutama karena pembelian jet tempur Sukhoi. Hubungan diplomatik antara Rusia-Indonesia menguat dan terus berlanjut hingga era Presiden SBY.  Kini, di era Presiden Joko Widodo Rusia menyatakan terus mendukung Indonesia. Hubungan bilateral kedua negara terjalin meliputi :

a. Senjata dan Militer

Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk membeli satu skuadron Su-35 milik Rusia secara bertahap pada September lalu. Pesawat tempur ini nantinya akan menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger milik Amerika. Sepertinya, Indonesia pun akan mendapat pinjaman lunak senilai tiga miliar dolar AS atas pembelanjaan ini.

Selain itu, Kementerian Pertahanan Indonesia juga berencana membeli lima kapal selam Rusia. Sebelumnya, pihak Indonesia telah melakukan negosiasi dengan pihak Rusia mengenai pembelian kapal selam bekas proyek 877 Paltus, tetapi kemudian pihak Indonesia mengumumkan pembatalan kesepakatan ini dan memilih untuk membeli kapal selam bertenaga diesel terbaru Amur-1650. Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengatakan  bahwa kapal selam bertenaga diesel milik Rusia memiliki karakteristik terbaik.

Kemungkinan Indonesia juga akan membeli sistem pertahanan udara jarak menengah. Pemberian kredit tersebut kepada pihak Indonesia akan mempermudah senjata Rusia masuk ke pasar Indonesia.
Rusia dan Indonesia memiliki pengalaman positif dalam kerja sama di bidang militer. Sejak tahun 2000, TNI menerima beberapa modifikasi jet tempur Su, helikopter Mi-17-IV dan Mi-35M, BTR-80A, BMP-3F, dan senjata AK-101 serta AK-102.

b. Energi Nuklir

Pada bulan Juni 2015 di Moskow, Indonesia dan Federasi Rusia menandatangani nota kesepahaman kerja sama di bidang energi nuklir damai. Pada bulan September 2015 di Jakarta, telah ditandatangani nota kesepahaman terkait pembangunan proyek PLTN berdaya tinggi dan PLTN terapung di Indonesia. Indonesia juga berusaha untuk mengembangkan teknologi nuklir damai. Pada tahun 2016, universitas-universitas teknik Rusia berencana menerima 20 siswa dari provinsi Kalimantan Timur yang akan mempelajari energi atom di Rusia.

c. Proyek Infrastruktur

Setelah pertemuan antara Menteri Perekonomian Indonesia Hatta Rajasa dan Duta Besar Rusia Aleksander Ivanov pada 2011 silam, keinginan Rusia untuk berinvestasi dalam pembangunan kereta api di Indonesia menjadi jelas.

Perusahaan kereta api Rusia RZD (Russian Railways) telah resmi mengonfirmasi minat dalam proyek tersebut. Pada tahun 2014, perwakilan Russian Railways menyampailkan bahwa proyek ini akan dibiayai oleh VEB, Gazprombank, dan beberapa lembaga keuangan lainnya.

Pembangunan jalur kereta api (dengan panjang sekitar 300 km) antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Timur menuju terminal batu bara akan dikerjakan oleh Kalimantan Rail. Dalam proyek ini, Russian Railways memiliki 50 persen + 1 saham perusahaan. Pada kuartal IV 2018, Kalimantan Rail berencana membangun jalur kereta api (dengan panjang 190 km) dan terminal laut untuk ekspor batubara termal dari endapannya di Kalimantan Timur.

Manuver Rusia 

Melalui KTT ASEAN-Rusia, menjadi kesempatan emas Rusia melobi Negara-negara ASEAN menolak segala sekenario politik AS di ASEAN. Sebagai contoh adalah provokasi Rusia kepada Negara-negara ASEAN untuk tidak menjadi anggota TPP dan Rusia sekuat-kuatnya ingin melemahkan pengaruh US-ASEAN Summit.

Terkait TPP, sejak diinisiasi 2015, kata Galuzin, TPP disepakati 12 negara yakni Singapura, Selandia Baru, Cile, Brunei Darussalam, Amerika Serikat, Peru, Kanada, Meksiko, Malaysia, Jepang, Vietnam, dan Australia. Negara-negara tersebut mengakumulasi 40% perekonomian dunia. Sebagai negara pesaing AS, Rusia secara agresif menyerang TPP. Sebaliknya, Rusia aktif mempromosikan struktur integrasi ekonomi yang luas dan inklusif melalui Uni Ekonomi Eurasia (EEU) dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).

Seperti yang sudah diketahui publik, Obama telah melakukan negosiasi kesepakatan TPP dengan 11 negara Pasifik lainnya selama beberapa tahun. Sementara kesepakatan itu belum selesai, banyak yang masih dirahasiakan, dan kelompok-kelompok kepentingan perusahaan Amerika, termasuk  ketua KADIN Amerika, telah menyuarakan dukungan kuat terhadap TPP, dan menggambarkannya sebagai kesepakatan perdagangan bebas yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kantor Perwakilan Dagang AS juga telah mempertahankan pembicaraan itu, dengan mengatakan TPP akan mencakup perlindungan regulasi yang kuat. Tapi serikat buruh dan sejumlah kelompok kepentingan tradisional liberal, termasuk kelompok lingkungan dan advokat kesehatan masyarakat, telah mengkritik tajam kesepakatan itu.

Sebagaimana yang diungkap Noam Chomsky “Kesepakatan ini (TPP) dirancang untuk melanjutkan proyek neoliberal untuk memaksimalkan keuntungan dan dominasi perusahaan, dan untuk mengatur orang-orang yang bekerja di dunia untuk bersaing satu sama lain sehingga dapat menurunkan upah dan meningkatkan rasa tidak aman”.

Kondisi Unipolar, yang semula poros politik Negara-negara satelit condong ke AS, bagi Rusia, melalui KTT ini momentum memecah kekuatan menjadi multipolaritas yang diharapkan juga kelak akan menguntungkan Moskow. William Kucera dan Eva Pejsova dari Insitut Riset Kontemporer Asia Tenggara yang berbasis di Bangkok menjelaskan hubungan strategis Rusia-Mayalsia dalam makalah berjudul “Kemitraan Diam-diam Rusia di Asia Tenggara”, ketertarikan Malaysia berkaitan dengan Rusia dapat dilacak sejak tahun 1970-an. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Mahathir Mohamad (1981 – 2003), Malaysia mengubah kebijakan pro-Barat menjadi netral dan tak berpihak, mencari kemitraan baru dan mendiversifikasi sumber kerja sama ekonominya ke negara-negara non-Barat. Khawatir dengan perkembangan pasca-Perang Dingin, sistem dunia unipolar yang didominasi AS, golongan elit yang saat ini memimpin Malaysia memilih menyeimbangkan kembali distribusi kekuatan wilayah tersebut dengan mendukung kekuatan non-Barat.

Dalam makalah berjudul “Rusia, ASEAN, dan Asia Timur”, Rodolfo C. Severino menulis, “ASEAN tak boleh lupa bahwa Rusia adalah negara adidaya dari segi kekuatan militer, politik, dan maju di bidang teknologi dan sains, dengan pengaruh yang kritis bagi isu-isu yang melibatkan Asia Timur.”
Dengan latar belakang peningkatan persaingan antara Tiongkok dan AS di satu sisi dan perang tanding (proxy war) antara Rusia dan AS di sisi lain, ikatan Rusia dengan negara-negara ASEAN terus berkembang. Seperti yang dikatakan revolusioner Rusia Vladimir Lenin, “Mari berpaling pada Asia. Timur akan membantu kita merebut Barat.”

Rusia-AS adalah Penjajah 

Membiarkan AS-Uni Eropa-Cina-Rusia bermain di Indonesia dan kawasan ASEAN dengan berbagai perangkap pakta kerjasama dan perjanjian-perjanjian merupakan politik bunuh diri. Indonesia, secara khusus, hanya akan menjadi medan tempur berbagai kekuatan internasional yang jahat dan tamak. Maka harus ditolak dan dicegah.

Perlu dipahami, tangan Rusia berlumuran darah kaum muslimin. Perang Suriah contohnya, merupakan tempat komersial yang sempurna bagi para produsen senjata Rusia. Moskow bisa mendapatkan uang lebih banyak setelah dunia melihat senjata buatan Rusia, baik lama maupun baru, yang teruji di medan tempur oleh angkatan udara Rusia dan militer Presiden Suriah Bashar al-Assad. 

Perang Suriah telah membantu Moskow meningkatkan statusnya sebagai produsen dan eksportir senjata besar, yang merupakan kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Atas nama perang melawan ISIS AS, Rusia dan negara-negara sekutunya telah melancarkan genosida terhadap kaum muslimin di Suriah.

Gereja Ortodoks di Rusia mengungkapkan tentang dukungannya terhadap keputusan Moskow untuk melancarkan serangan udara di Suriah dalam melawan kaum muslim. Bahkan Gereja menyebut intervensi ini sebagai “perang suci”. Merupakan pengkhianatan jika pemerintah di negeri-negeri muslim membangun kerjasama kepada Negara yang tangannya berlumuran darah kaum muslimin.

Kelemahan politik di Negara-negara ASEAN, memungkinkan para pemimpin di Negara-negara tersebut menjadi para boneka yang dimainkan oleh sang Tuan Amerika dan kini Rusia ikut bermain. Tidaklah mengherankan AS-Uni Eropa-Rusia-Cina berbondong-bondong ‘bekerjasama’ dengan Negara-negara ASEAN dengan perangai serigala berebut mangsanya.  [VM]

Posting Komentar untuk "Membaca Gelagat Rusia di KTT ASEAN-Rusia"

close