Krisis Identitas Pemuda Kekinian
(Ko. Media Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Dewan Pimpinan Daerah I Provinsi Bengkulu)
Pemuda adalah iron stock peradaban. Pemuda yang merupakan para generasi penerus dan merupakan calon pengganti para pemimpin terdahulunya. Ibnu Khaldun pun bicara kualitas pemuda dan peradaban dalam kitabnya muqaddimah mengatakan bahwa "generasi perintis adalah generasi yang memiliki semangat juang tinggi, pantang menyerah, cerdas, dan berkomitmen besar dalam membangun peradabannya". Generasi pembagun adalah generasi yang masih mewarisi semangat dan ruh perjuangan pendahulu mereka.
Agenda barat untuk perlahan menghancurkan generasi saat ini cukup membuahkan hasil. Berawal dari 3F (Fun, Food, Fashion) maupun dengan memasuki kemajuan di era digital seperti saat ini. Pemuda terbentuk pola menjadi pemalas, pemuda yang lebih mengedapankan dunia maya daripada dunia nyata. Pemuda yang krisis identitas lebih tepat di tambatkan kepada pemuda kekinian. Pergaulan yang tiada batas, narkoba, serta berbagai kriminal yang dominan dilakoni oleh pemuda berusia SD, SMP dan SMA dimana perubahan serta peradaban gemilang berada di tangan mereka. Namun, apa yang dapat diharapkan ketika pemuda/generasi rusak etika, moral serta mental?
Apa yang terjadi saat ini? Barat membajak potensi pemuda muslim. Barat tengah menghadapi ancaman serius dari lawan ideologinya yakni Islam. Pasca runtuhnya Uni Soviet dan kebangkrutan ideloginya. Gelora kebangkitan umat islam menjadi momok bagi barat. Hampir di setiap bidang tersebut ditemukan upaya untuk membajak potensi generasi muda muslim. Jebakan untuk anak-anak dan pemuda Muslim dengan budaya liberal pun tengah disiapkan Barat. Tujuannya adalah agar mereka terperosok dalam kubangan ide-ide dan nilai-nilai sekular-liberal. Kecanduan narkoba dan seks sudah menjadi cerita sehari-hari media kita. Belum lagi tawaran yang menggiurkan di bisnis hiburan, jalan cepat menjadi kaya dengan menjadi artis atau penyanyi, membuat anak-anak dan pemuda muslim rela antri diterpa panas dan dingin mengikuti audisi berbagai ajang adu bakat. Orientasi materi telah menuntun pemuda Muslim ke jalan hidup yang salah.
Beragam kriminal yang akrab di telinga kita masa kini tiada lain pelakunya mayoritas pemuda. Kecanduan pornografi, narkoba, coret-coret saat kelulusan, pemerkosaan hingga pembunuhan serta kekerasan seksual menjadi hal yang biasa dilakukan. Astagfirullah !
Itulah sebagian realita yang menggambarkan Barat merampas potensi pemuda Muslim. Mereka adalah aset berharga umat Islam, namun kita tengah melihat bahwa aset itu direbut oleh penjajah yang membenci kebaikan umat ini. Tentu kita tidak rela aset berharga itu direbut mereka. Semestinya kita berupaya merebut kembali dan memalingkan hati, pikiran dan pembelaan generasi muda kita kepada Islam, umat dengan kemuliaannya.
Pemerintah tidak tegas dalam menyetop segala jenis tontonan merusak maupun sarana yang mempengaruhi perilaku pemuda krisis identitas karena lemahnya pengawasan, minimnya keberpihakan maupun adanya keuntungan materi. Pemerintah lalai dalam melindungi anak dari media yang membahayakan, tidak mendukung tugas orang tua dan sekolah dalam mendidik generasi yang berkepribadian mulia. Faktor lingkungan merujuk kepada peranan masyarakat, multimedia dan berbagai fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan yang menyediakan pelbagai produk yang bisa menumbuhkan dan meningkatkan tindak kejahatan dan minim moralitas. Lingkungan yang menyumbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas di antara pria dan wanita, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusat-pusat hiburan, serta pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan dan pornografi. Peran orang tua sangat urgen dalam memberi nilai-nilai etika bagi anak, karena sekolah merupakan lingkungan belajar kedua yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan ketidakberhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan remaja.
Wahai pemuda, bangun dan bangkitlah! bangunlah dari tidur panjang yang melenakan. Lalu bawa perubahan! sampaikan juga kepada sahabat-sahabat muda bahwa liberalisme itu monster jahat yang akan “membunuh” akalmu, melemahkan jiwamu, merusak akhlakmu, mengeraskan hatimu, menghancurkan hidupmu, menyuramkan masa depanmu dan menyengsarakan akheratmu.
Secara ideologis, penanganan semua tindak kejahatan tidak menyentuh akar masalah yakni akibat penerapan sistem sosial yang sekuler. Solusi tuntas untuk mengatasi kasus kekerasan terhadap anak, perempuan serta krisis identias bagi pemuda adalah dengan mencampakkan sistem sosial yang sekuler dan menggantinya dengan sistem sosial Islam. Untuk mewujudkan hal tersebut, negara wajib untuk menutup setiap pintu kemaksiatan, kejahatan seksual dan melarang media yang memuat konten pornografi dan pornoaksi maupun berbagai hal yang memicu terjadinya kekerasan. Ini hanya bisa diterapkan dalam naungan Daulah Khilafah islamiyah. Sudah saatnya, kita kembali kepada Islam yang diterapkan melalui metode Khilafah Rasyidah. Institusi inilah yang akan menjaga kehormatan manusia serta menyelamatkan generasi dari kehancuran. WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [VM]
Posting Komentar untuk "Krisis Identitas Pemuda Kekinian"