Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Ini Kapitalisme Lebih Sadis dari Komunisme


Oleh: Jamilah, S. Pd
(Guru di SMK, tinggal  di Kediri - JATIM)

Isu komunisme PKI akhir-akhir ini memang cukup menyita perhatian publik. Banyak ditemukan atribut, simbol dan kegiatan yang berafiliasi dengan PKI. Hal itu disinyalir menunjukkan adanya gerakan kebangkitan komunisme PKI. Dengan isu tersebut, isu Kapitalisme justru terkubur.

Sebagai sebuah ideologi, sosialisme-komunisme akan selalu menjadi ancaman potensial (bahaya laten) bagi bangsa. Pasalnya, secara historis komunisme PKI telah menoreh sejarah luka dan berdarah-darah bagi negeri ini. Hanya saja, seluruh umat dan segenap elemen bangsa perlu menyadari benar, bahwa saat ini kapitalismelah yang telah, sedang dan tetap mencengkeram, menjajah negeri ini dan terus aktif memproduksi berbagai petaka dan kerusakan.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut ada yang lebih berbahaya dari PKI, yakni neoliberalisme dan neokapitalisme. Menurut dia, komunisme PKI berbahaya, namun yang lebih berbahaya adalah neokapitalisme dan neoliberalisme (Detik, 2/6/2016).

Apa yang ditegaskan Panglima TNI sepenuhnya benar. Paling tidak karena secara faktual neoliberalisme dan neokapitalismelah yang sedang memegang lakon di dunia ini. Neoliberalisme dan neokapitalismelah saat ini yang sedang berjaya dan menunjukkan arogansinya di seluruh dunia, lengkap dengan seluruh kerusakan yang diciptakannya. Prof. Muhammad Najib, Ketua ICMI Orwil Jawa Barat menegaskan bahwa bahaya sebenarnya adalah Kapitalisme. Hal tersebut diutarakannya dalam acara Muktamar Tokoh Umat yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia Jawa Barat pada Ahad (1/5) di Aula Pusdai, Kota Bandung. Adapun komunisme, setelah ‘kematian’-nya, kecil kemungkinan untuk menggeliat kembali. Bahkan di negeri asalnya, Rusia, komunisme sudah dibuang ke keranjang sampah sejak Uni Sovyet bubar.

Sayang, kesadaran akan bahaya neoliberalisme dan neokapitalisme ini masih minim di tengah-tengah umat, termasuk para penguasa, pejabat dan ulamanya. Di sisi lain sebagian mereka terus-menerus ikut mendendangkan nyanyian yang sama yang dinyanyikan para pengusung neoliberalisme dan neokapitalisme, yakni bahwa: ideologi Islam adalah ancaman. Tentu ini ironi sekali. Sebab, Islam tak mungkin menjadi ancaman bagi umat manusia. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Senada dengan ini di tengah stereotip yang muncul bahwa syariah dan khilafah adalah ancaman bagi Indonesia.

Kapitalisme: Ancaman Nyata

Ancaman nyata dan riil—bukan hanya potensi—adalah sistem Kapitalisme. Sistem Kapitalisme secara nyata dan sistematis telah membunuh rakyat karena berhasil memiskinkan rakyat dan membuat mereka menderita. Kebijakan neoliberal yang mencabut subsidi yang sesungguhnya merupakan hak rakyat lewat instrumen privatisasi kesehatan dan pendidikan telah menambah beban rakyat.

Sistem kapitalis dengan sistem politik demokrasinya juga telah sukses memecahbelah Indonesia, dengan lepasnya Timor Timur dengan alasan menentukan nasib sendiri sebagai hak demokrasi. Upaya yang sama sedang mereka lakukan terhadap Aceh dan Papua.

Dengan penerapan ekonomi liberal di Indonesia saat ini, kekayaan alam kita dirampok oleh negara-negara Barat. Meskipun Indonesia negeri yang kaya raya, namun rakyatnya hidup menderita. Semua ini dilegalkan dengan UU yang merupakan produk dari sistem politik liberal Demokrasi. Lewat UU Migas, UU Kelistrikan, UU Penanaman Modal, negeri ini dirampok dan rakyat dikorbankan. Dan semua itu dilegalkan melalui sistem demokrasi.

Tidak hanya itu, dengan ideologi liberal yang sekarang ini diterapkan di Indonesia, generasi muda kita terancam. Ditandai dengan pemakai narkoba meningkat, seks bebas meningkat, pelacuran meningkat, aborsi meningkat, kriminalitas meningkat. Semua ini akibat sistem liberal yang diterapkan di Indonesia.

Sangat menyedihkan, akibat virus liberalisme, kita menyaksikan generasi muda Islam kita, tidak merasa bersalah bahkan bangga dalam acara ospek di sebuah kampus memasang tema besar: Tuhan Telah Membusuk. Lagi-lagi akibat racun liberalisme, seorang muslimah berkerudung menggugat hukum Islam yang mengharamkan pernikahan beda agama ke Mahkamah Konstitusi. Menyoal perkara yang telah nyata-nyata qot’i , tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang hal tersebut. Semua ini adalah buah dari penerapan kapitalisme di negeri ini. Hal ini menunjukkan betapa kapitalisme yang telah mencengkeram dan diterapkan di negeri ini telah memproduksi beragam bala dan kerusakan. Alih-alih penguasa mencampakkan kapitalisme dan segera menggantinya dengan ideologi Islam untuk menyelamatkan negeri, Islam justru sering dipersalahkan dan diminta pertanggungjawaban atas seluruh problem dan kerusakan yang ditimbulkan Kapitalisme.

Sekularisme, Akar Masalah Umat dan Bangsa

Cengkeraman nyata kapitalisme-liberalisme dan bahaya laten sosialime-komunisme tidak mungkin bisa diberantas tuntas kecuali dengan menerapkan ideologi Islam secara total dalam entitas negara.

Sistem demokrasi yang telah menjadikan sekularisme sebagai akidah dasarnya menjadi penghalang bagi syariah islam untuk eksis mengatur kehidupan umat dalam bernegara.

Sekularisme telah memisahkan kehidupan kaum Muslim dari ketundukan dan ketaatan yang kâffah. Sekularisme telah memisahkan syariah Islam dari negara dan meminggirkan peranannya yang agung untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Sekularisme telah menjadikan kaum kafir dan munafik menjadi penguasa dan menguasai umat Islam. Sekularisme menjadikan jalan dan jaminan bagi hukum-hukum kufur tetap eksis dan ditegakkan.

Sekularisme adalah akar persoalan. Segenap komponen umat harus bersatu-padu serta berjuang sungguh-sungguh untuk melakukan operasi pengangkatan kanker sekularisme dari negara ini dan mencampakannya di keranjang sampah peradaban. [VM]

Posting Komentar untuk "Saat Ini Kapitalisme Lebih Sadis dari Komunisme"

close