Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rawajati Berduka, Kapankah Akan Berakhir?


Arogansi penguasa kembali ditunjukkan! korban lagi-lagi adalah rakyat kecil. Di sisi lain, kebijakan - kebijakan yang memihak para pemilik modal terus dimunculkan. Tax amnesty, proyek reklamasi, perpanjangan kontrak freeport, dll adalah bukti bahwa penguasa saat ini lebih memihak kepentingan para kapitalis daripada rakyatnya sendiri. Dengan alasan penyediaan lahan hijau kota dimulailah penggusuran tanpa ampun. Jerit kesakitan dan teriakan perlawanan mengiringi masuknya ratusan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta ke pemukiman warga di lingkungan Jalan Rawajati Barat, Rukun Tetangga (RT) 09/ Rukun Warga (RW) 04, Kecamatan Pancora,Jakarta Selatan. Kekerasan seperti ini, juga pernah terjadi saat Pemerintah Provinsi DKI, mengerahkan personel satpol PP ketika akan merelokasi warga bantaran Kali Ciliwung di wilayah Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis 20 Agustus 2015.(viva.co.id, 2 september 2016).

Menyediakan lahan hijau bagi masyarakat bukanlah tindakan yang salah. Boleh jadi memang diperlukan oleh masyarakat di tengah pembangunan yang begitu cepat. Tapi apakah bijak ketika ada banyak pihak yang terdzolimi dengan digusur tanpa dipikirkan dampak terhadap masa depan mereka. Banyak warga yang telah lama menghuni tempat tersebut, bermata pencaharian tetap di tempat tersebut bahkan sudah turun-temurun. Menggusur mereka berarti mengusir mereka dari rumahnya sendiri dan menambah jumlah pengangguran baru karena harus kehilangan pekerjaan mereka. Kalaupun ada ganti rugi, banyak warga yang menolak karena tidak adil bagi warga.

Inilah wajah kapitalisme yang telah melahirkan rezim yang membela para kapital dengan mengorbankan rakyatnya sendiri. Kapitalisme menjadikan para penguasa dan pengusaha sebagai pemilik kebijakan yang bisa melakukan apapun untuk kepentingan asing dan aseng. Akan muncul korban rawajati-rawajati yang lain selama para penguasa masih memihak pada kepentingan kapitalisme.Kita merindukan adanya penguasa yang melayani urusan rakyatnya.Kita rindu sosok pemimpin seperti khalifah Umar bin Khathab yang menghabiskan malamnya berkeliling ke rumah-rumah warga untuk memastikan warganya tidak kelaparan dan kekurangan. Bukan pemimpin yang enak- enakan di istana mewahnya sementara warganya kedinginan karena rumahnya tergusur. Pemimpin yang adil hanya akan hadir dalam sistem yang sempurna dan hanya Islam jawabannya. [VM]

Pengirim: Fadhilah (MHTI Salatiga)

Posting Komentar untuk "Rawajati Berduka, Kapankah Akan Berakhir?"

close