Krisis Lapangan Kerja dan Solusinya


Oleh : Ibu Ning Susanti, MHTI Kediri 
(Ibu Rumah Tangga)

Laporan yang disusun oleh OECD dan International Labour Organisation mengatakan lebih dari 100 juta orang kini menjadi pengangguran di negara G20 dan ada 447 juta orang yang masuk dalam kategori pekerja miskin dengan biaya hidup kurang dari US$ 2 per hari.

Meskipun dikatakan terjadi pemulihan ekonomi pada tahun 2013-2014, tetapi pertumbuhan ini masih berada di bawah tren dan masih berisiko menurun. Hal ini karena melemahnya pasar tenaga kerja yang menghambat konsumsi dan investasi.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat terus-menerus akan meredam prospek pertumbuhan lapangan pekerjaan. Selain itu, upah riil yang stagnan di banyak negara juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ini.

Di saat pertumbuhan ekonomi lesu, Dampaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) marak. Sejumlah perusahaan pertambangan, perusahaan elektronik seperti Panasonic dan Toshiba, perusahaan otomotif diberitakan akan mengurangi karyawanya , akibat penjualan yang terus merosot. Jika karporasi tersebut terus berlangsung maka dipastikan angka pengangguran bertambah.

Selain akibat perlambatan ekonomi yang merupakan imbas kritis ekonomi global, tingginya pengangguran di Negara ini merupakan dampak dari system kapitalisme yang di adopsi Negara. Calon Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno memprediksi, bahwa DKI Jakarta enam bulan akan krisis lapangan kerja. Hal tersebut dinyatakan kepada para awak media dalam acara jumpa pers dan buka puasa bersama di Bakoel Coffee, Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat, Senin (20/6/2016). "Kita lihat sekarang UMKM susah hidup, karena bahan baku begitu mahal," kata Sandi. "Saya prediksi enam bulan ke depan kita akan krisis lapangan kerja," tambahnya. (http://www.tribunnews.com/nasional/2016/06/21/sandiaga-uno-prediksi-dki-akan-alami-krisis-lapangan-kerja)

Meskipun pengangguran di Negara ini cukup tinggi, pemerintah justru membuka lebar pintu masuknya tenaga kerja asing. Menurut kementrian ketenagakerjaan dan transmigrasi hingga November 2015 jumlah tenaga kerja asing yang terdaftar mencapai 79 ribu penyumbang nomor satunya adalah china.

Meningkatnya jumlah TKA asal cina itu , sejalan dengan meningkatnya aliran investasi dan pemberian utang dari Negara komunis ke Negara ini. Di sisi lain pemerintah tak memberikan pendungan kepada tenaga kerjanya sendiri. Ini terjadi karena buah system liberal.

Adapun gerakan pemberdayaan ekonomi perempuan yang saat ini tengah gencar dilakukan negeri-negeri kaum Muslim untuk mengentaskan problem kemiskinan, sesungguhnya merupakan gerakan mengeksploitasi perempuan secara sistematis yang dilakukan oleh negara. Padahal sekalipun bisa menggerakkan roda perekonomian keluarga, mobilisasi perempuan secara massif dalam sektor ekonomi menengah ke bawah tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan masyarakat luas dan melejitkan pembangunan ekonomi negara, apalagi membangun negara yang kuat dan mandiri, memimpin peradaban dunia. Pasalnya, sesungguhnya penyebab inti kemiskinan di Dunia Ketiga justru karena perampasan sumberdaya alam oleh perusahaan-perusahaan kapitalis Barat.

Alhasil hal yang mendasar adalah sesegera mungkin mewujudkan penegakan khilafah rosyidah yang akan menerapkan seluruh syari’ah islam. Syariah islam ketika diterapkan secara total pasti akan memberikan kebaikan kepada siapapun dengan syari’ah dari khilafah. Islam sebagai Rahmatan lin alamin akan bisa diwujudkan.

Ada dua kebijakan yang dilakukan Negara Khilafah untuk pengemba-ngan ekonomi serta peningkatan partisipasi kerja dan produksi. Pertama: mendorong masyarakat memulai aktivitas ekonomi tanpa dibiayai oleh Baitul Mal (Kas Keuangan Negara). Peran Negara Khilafah adalah membangun iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan sistem ekonomi Islam secara komprehensif.

Beberapa mekanisme inti yang akan dilakukan Negara Khilafah adalah; menata ulang hukum-hukum kepemilikan, pengelolaan  dan pengembangan kepemilikan, serta distribusi harta di tengah masyarakat; menjamin pelaksanaan mekanisme pasar yang sesuai syariah; menghilangkan berbagai distorsi yang menghambat (seperti penimbunan, kanzul-mal, riba, monopoli, penipuan); menyediakan informasi ekonomi dan pasar; serta membuka akses informasi untuk semua orang sehingga akan meminimalkan terjadinya informasi asimetris yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar mengambil keuntungan secara tidak benar; mengembangkan sistem birokrasi dan administrasi yang sederhana dalam aturan, cepat dalam pelayanan dan profesional; menghilangkan berbagai pungutan, retribusi, cukai dan pajak yang bersifat tetap; menghilangkan sektor non-riil sehingga produksi barang dan jasa di sektor riil akan meningkat.

Kedua: mengeluarkan dana Baitul Mal (Kas Negara), dalam bentuk pemberian subsidi tunai tanpa kompensasi bagi orang yang tidak mampu. Subsidi negara untuk kaum fuqara dan masakin (orang-orang yang tidak mampu) bukan sekadar dibagi rata dan diberikan dalam jumlah yang kecil-kecil, tetapi juga mereka dijamin oleh pemerintah selama satu tahun agar tidak sampai kekurangan. Subsidi diberikan dalam jumlah yang cukup besar untuk memulai bisnis, tidak hanya untuk dikonsumsi saja. Dengan demikian fungsinya betul-betul untuk mengangkat seseorang dari garis kemiskinan. Rasulullah saw. pernah memberi subsidi 400 dirham (sekitar Rp 28 juta). Saat itu harga baju yang paling mahal pada masa itu sebesar 19 dirham (sekitar Rp 1,3 juta) dan baju biasa seharga 4 dirham (sekitar Rp 280 ribu).

Bandingkan dengan bantuan langsung tunai Pemerintah saat ini yang berkisar pada angka Rp 100 ribu yang habis dikonsumsi kurang dari satu bulan. Itu pun sebagai kompensasi dari pencabutan pelayanan Pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.

Keunggulan kompetitif dari beberapa kebijakan Negara Khilafah yang berdampak pada luasnya lapangan pekerjaan dan terciptanya iklim usaha yang produktif antara lain kebijakan pembangunan infrastruktur secara mandiri, mekanisme rate yang khas pada kharaj dan zakat, serta aktivitas penyebaran Islam yang juga menimbulkan dampak ekonomis.

Semua mekanisme itu untuk merealisasikan kebaikan dalam masyarakat, yang didalamnya terpenuhi kesucian, ketakwaan, kesungguhan, dan kerja (produktivitas).  Semua orang akan merasa tenteram di dalam Negara Khilafah, merasa tenang jiwanya, sekaligus menjamin kehidupan umum agar menjadi kehidupan yang serius dan produktif, mampu memenuhi kebahagiaan dan kesejahteraan yang dibutuhkan oleh masyarakat. [VM]

Posting Komentar untuk "Krisis Lapangan Kerja dan Solusinya"