‘Berkat’ dan ‘Berkah’ Ramadhan
Bagi umat Islam, ibadah puasa di bulan ramadhan adalah suatu kewajiban. Berpahala jika dikerjakan dan berdosa jika ditinggalkan. Kewajiban ini tercantum dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat 185, “Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu...”.
Selain diwajibkan berpuasa, pada bulan ramadhan terdapat keberkahan. Tentu saja umat Islam mengharapkan keberkahan itu ia dapatkan. Apa itu keberkahan?. Kata dasar dari keberkahan adalah berkah. Kata ‘berkah’ adalah kata serapan dari bahasa arab, barokah. Dalam Al Qur’an surah Al A’raf ayat 96, menyebutkan kata ini, “...lafatahnaa ‘alayhim barokaatin...”. Kata barokah juga diserap oleh beberapa bahasa daerah yang penulis tahu. Dalam bahasa Berau ada kata barakkat, dalam bahasa Bugis ada barakka’ dan dalam bahasa Jawa ada kata berkat.
Menurut pakar bahasa Arab Indonesia, Zamroni Ahmad, mengatakan bahwa ada sekitar 40 persen kosakata bahasa Indonesia berasal atau diserap dari bahasa Arab. Contoh, kursi; dari kata bahasa arab kursiyyun, kertas; dari kata qirtosun, koran; dari kata qur-an, sabun; dari kata shobun serta masih banyak kata-kata lain seperti sholat, kubur, istirahat, sarung, sehat, mungkin, ramadhan, dunia, akhirat, nama-nama orang Indonesia, nama-nama raja atau sultan di kerajaan/kesultanan nusantara dan nama-nama pahlawan Indonesia yang tak lepas dari pengaruh bahasa Arab. Juga lembaga politik di negara ini, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), semua katanya dari kosakata bahasa arab. Termasuk kata ‘berkah’ dan ‘berkat’.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘berkah’ adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Kata ‘berkat’ dalam KBBI memiliki dua arti, sinonim dengan kata berkah dan ‘karena atau akibat dari’. Dalam pembukaan UUD 1945, kita menjumpai kata ‘berkat’ pada kalimat, “atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa...”.
Secara bahasa, barokah dalam bahasa arab artinya kenikmatan dan kebahagiaan (Kamus Al Munawwir) dan secara istilah, ‘ulama mengartikannya sebagai ziyadatul khair (bertambahnya kebaikan).
Jika dibahas lebih luas, barokah atau berkah adalah bertambahnya ketaatan kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik berlimpah atau sebaliknya (Azhar Khalid bin Seff, MA). Jika kita mencontohkan dalam kehidupan, keberkahan dalam kehidupan bukan hanya sehat, tapi kehidupan yang di dalamnya selalu bertambah ketaatan kepada Allah dan terkadang sakit itu justru berkah, sebagaimana Nabi Ayyub As, sakitnya menambah ketaatannya kepada Allah. Berkah itu tak selalu panjang umur, karena ada yang umurnya pendek tapi taatnya luar biasa.
Contoh lain, tanah yang berkah itu bukan hanya karena subur dan panoramanya yang indah, tanah yang tandus pun punya keberkahan di hadapan Allah, kota Makkah contohnya. Makanan yang berkah, bukan hanya yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan. Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, tapi yang berkah adalah ilmu yang mampu mendorong seseorang untuk beramal dan berjuang untuk agama Allah. Anak-anak yang berkah, bukanlah yang saat kecilnya mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar dan mempunyai pekerjaan serta jabatan tinggi, tapi anak yang berkah adalah senantiasa soleh dan tak henti-hentinya mendo'akan kedua orang tuanya.
Begitupula dengan berkah Ramadhan. Ramadhan yang berkah, bukan yang setelahnya semua serba baru, baju baru, cat rumah baru atau aksesoris rumah baru. Tetapi, yang menambah ketaatan pada Allah, keistiqomahan dalam ibadah dan ketaqwaan bagi yang menjalankannya.
Itulah ‘berkat’ dan ‘berkah’ ramadhan. Berkat puasa di bulan Ramadhan, akan membuat tubuh sehat, melatih diri untuk sabar, jujur, disiplin dan bersyukur, melatih diri kita untuk mengendalikan hawa nafsu dan berjiwa sosial tinggi serta kita akan terhindar dari neraka. Dalam hadist menyebutkan, “Tidaklah seorang yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan ia (karena puasanya) dari neraka sejauh 70 tahun” (HR. Bukhari & Muslim).
Dan berkah ramadhan dapat kita peroleh karena dimotivasi oleh keutamaan yang diberikan Allah pada bulan ini. Apa keutamaannya?, Rasulullah Muhammad Saw menyebutkan dalam hadistnya, “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan penuh berkah. Pada bulan itu Allah mewajibkan atas kalian shaum. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan” (HR Ahmad dan an-Nasa’i). [VM]
Penulis : Yusuf, S.Pd.I., M.Pd. (Dosen STIT Muhammadiyah Berau)
Posting Komentar untuk "‘Berkat’ dan ‘Berkah’ Ramadhan"