Tatkala Politik-Ekonomi Amerika-isme Telah Membusuk
Amerika telah membuat banyak negara menjadi berantakan. Negeri yang diinvasi secara pemikiran dan budaya menjadikan masyarakat bersikap serba hedonis dan individualis. Isu yang beredar mengatakan bahwa Amerika berada di belakang proyek terorisme palsu tersebut untuk menyebar teror di berbagai negeri-negeri muslim. Ledakan bom terjadi dimana-mana mulai mengacaukan pemikiran warga. Ketika ledakan terjadi secara lebih sering dan acak, kebanyakan masyarakat sedikit terpalingkan dari maslah keruwtan ekonomi yang mendera dan menyibukkan diri dengan perdebatan tentang radikalisme dan kerusakan politik negeri mereka.
Kegagalan demokrasi, pemerintah dan korupsi membuat banyak kalangan menjadi frustasi akan terjadinya perubahan yang positif bagi dunia muslim termasuk Indonesia. Masyarakat yang cenderung sibuk untuk sekadar bisa mempertahankan hidup dengan sesuap nasi, sambil mengharap adanya perubahan besar-besaran. Kehidupan makin mencekik masyarakat. Masyarakat yang sama inilah yang dicekoki dengan pandangan bahwa Indonesia adalah lemah dan Barat adalah adidaya. Para penguasa memperkaya diri mereka adalah yang paling bertanggung jawab terhadap rendahnya rasa percaya diri rakyatnya.
Amerika Serikat dan Barat lainnya dalam kampanye terhadap Dunia Islam terus mengatakan akan mendukung hak-hak kebebasan, demokrasi dan HAM. Namun dalam kenyataannya, hal ini tidak pernah terjadi. Semua ini terjadi bukan karena para pemimpin yang korup di Washington, London atau Paris, tetapi karena nilai-nilai itu dalam realitanya hanya untuk negeri-negeri mereka. Di negeri-negeri Muslim, Barat telah secara aktif mendukung para yang melindungi kepentingan-kepentingan Barat di negara masing-masing dengan mengorbankan penduduk di dalam negeri. Hal ini bukanlah penyimpangan dari nilai-nilai liberal, namun sebenarnya adalah kepatuhan total atas nilai-nilai mereka. Rezim kapitalis di dunia Barat selalu membangun kebijakan luar negeri mereka berdasarkan kepentingan korporasi (perusahaan). Kebijakan kolonial seperti itu muncul untuk mempertahankan dominasi mereka sendiri di dunia; juga untuk mengeksploitasi dan menjarah negara-negara yang lebih lemah dengan cara-cara ekonomi, politik dan militer. Dukungan Barat kepada para rezim tiran hanyalah salah satu alat dalam kebijakan yang lebih luas yang telah berusia berabad-abad ini.
Pada dekade terakhir, kita telah melihat sebagian dari nilai-nilai inti Barat yang terkikis dan terlempar keluar atas nama terorisme: invasi ke Irak dan Afganistan, Suriah, Guantanamo Bay, penggunaan senjata kimia dan praktik rendisi luar biasa yang menggantikan pengadilan atas orang-orang yang tidak bersalah hingga terbukti bersalah, dll. Krisis ekonomi global juga telah menggerogoti pasar bebas dan model ekonomi Barat. Korupsi di Amerika Serikat dan Inggris telah menggerogoti politik mereka. Semua ini menyajikan kesempatan yang ideal untuk menampilkan sistem alternatif bagi dunia. Negara-negara Eropa seperti Yunani menderita di tangan negara-negara yang lebih kaya yang berusaha untuk mempertahankan kapitalisme. Kapitalisme kini telah kehilangan otoritas moralnya. Inilah alasannya mengapa Barat sangat bersemangat untuk memastikan perubahan Islam tidak terjadi di Suriah karena akan menjadi alternatif bagi kapitalisme.
Tantangan utama yang dihadapi umat adalah upaya musuh untuk melemahkan Islam (deluting Islam) atau menerima kompromi kesepakatan, seperti yang telah terjadi di negara-negara seperti Mesir dan Tunisia. Umat harus memastikan terus tuntutannya bagi perubahan. Hal ini harus menjadi perubahan total dan bukan sekadar perubahan saja.
Pada saat yang sama, Islam masih mengakar di hati setiap masyarakat dan masih banyak yang berharap agar Islam menjadi tegak kembali. Amat disayangkan ada nuansa pencitraburukan ulama dan gerakan Islam oleh beberapa media massa yang tidak bertanggung jawab. Rezim Trump memahami benar hal ini sehingga para pembuat kebijakan Amerika selalu memonitor perubahan yang terjadi di Indonesia karena mereka mengkhawatirkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk bangkit. Kalangan intelektual Amerika pun melihat bahwa Indonesia lebih mencintai Islam ketimbang sekulerisme.
Indonesia yang memiliki sumber alam yang sedemikian besar memiliki posisi untuk berkembang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah terindustrialisasi sekalipun. Jerman dan Jepang terpaksa berekspansi karena kekurangan sumber alam dan penduduk yang sedikit. Indonesia tidak memiliki kelemahan tersebut. Para pemimpin negeri kapitalis selalu berusaha agar Indonesia tidak bangkit. Maka umat jangan sampai tertipu untuk menerima kompromi atau perubahan parsial sebagai jalan kompromi yang diinginkan Barat, umat memerlukan perubahan total. [VM]
Penulis : Ainun Dawaun Nufus (Pengamat Sospol)
Posting Komentar untuk "Tatkala Politik-Ekonomi Amerika-isme Telah Membusuk "