Ghouta Masih Berdarah, Dimanakah Ukhuwah ?
Ghouta masih membara. Rakyat sipil di bumi Suriah itu terus bersimbah darah. Hujan bom dan roket deras berjatuhan. Pasukan Suriah melanjutkan gempuran. Korban tewas telah lebih dari 1000 orang. Di manakah letak kemanusiaan? Di manakah letak ukhuwah Islam? Bukankah sesama muslim itu bagaikan satu badan? Ketika sebagian tubuh merasakan sakit, maka seharusnya bagian tubuh yang lain ikut sakit dan demam. Sungguh kedzaliman terhadap bagian dari tubuh kita ini harus dihentikan.
Namun, Sangat disayangkan. Dunia hanya diam. PPB bungkam. Bagaimana dengan negara adidaya dan lembaga internasional? Alih-alih menyelamatkan, justru mereka terlibat dalam skenario penyerangan. Dimana para penguasa muslim? Mereka mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menolong saudara seiman, namun tak sedikitpun tergerak mengirimkan pertolongan. kini ta’ashub wathaniyah telah mencerai beraikan ukhuwah. Ya, bukan hubbul wathan (cinta tanah air), tapi ta’ashub wathoniyah (nasionalisme) lah yang menjangkit kaum muslimin. Nasionalisme ini telah menjadi anastesi sehingga rasa sakit saat saudaranya terluka itu tidak mereka rasakan lagi.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kondisi ini dalam sabda beliau:
“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit al-Wahn.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah al-Wahn itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Kita tak boleh tinggal diam dalam posisi seperti ini. Cepat atau lambat, situasi ini akan selesai kita lalui. Besarnya kuantitas umat Islam harus diimbangi dengan kualitas keimanan yang tinggi. Allah menggambarkan kaum muslimin sebagai manusia yang paling tinggi derajatnya di tengah manusia lainnya jika mereka sungguh-sungguh beriman kepada Allah subhaanahu wa ta’ala.
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran ayat 139)
Kenapa derajat tinggi dan posisi kuat itu saat ini tidak tampak? Sebab umat Islam sangat banyak kini terbecah-belah. Banyak dari mereka yang terlepas dari tali agama Allah. Maka umat yang terpecah belah ini harus dipersatukan. Dalam hal ini kita sangat butuh pemersatu. Institusi pemersatu yang akan mengkoordinir umat Islam di seluruh penjuru dunia. Institusi inilah yang akan menjadi junnah. Junnah (perisai) yang akan melindungi nyawa umat Islam dari kebengisan musuh yang haus darah. Institusi ini yang akan menjadikan umat Islam kuat di mata dunia. Institusi apakah ini? Institusi itu disebut dengan khilafah. Karena itulah khilafah itu sesuatu yang sangat urgen, sangat mutlak, yang oleh para ulama disebut sebagai tajul furudh atau mahkota dari kewajiban karena dengan adanya khilafah ini maka kewajiban-kewajiban yang lain akan terlaksana termasuk kewajiban untuk menolong saudara kita yang mengalami penderitaan seperti yang dialami oleh Muslim Ghouta.
Lantas, masihkah manusia menutup mata dan telinga atas pentingnya keberadaan khilafah? Saudaraku, saat ini umat menunggu uluran tangan kita. Saat ini perisai pelindung umat telah tiada. Sembilan puluh tahun lebih perisai itu dihancurkan oleh orang kafir dan para pengikutnya. Dan tugas kitalah untuk mengembalikannya. Dengan lisan, tulisan, dan doa yang tak henti kita panjatkan.
Bukankah Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti.” (HR al Bukhary)
Dan ingatlah juga firman Allah ‘azza wa jalla:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan...” (QS Al Anfal: 72)
Muslim di Palestina meminta pertolongan. Muslim Rohingya juga demikian. Kini Muslim Ghouta juga menanti datangnya bantuan. Akankah kita tetap diam? [vm]
Penulis: Kholila Ulin Ni’ma, Dosen STAI al Fattah Pacitan
Posting Komentar untuk "Ghouta Masih Berdarah, Dimanakah Ukhuwah ?"