Tragedi 3 Maret 1924
Islam adalah peradaban yang sangat tinggi dan pernah berjaya dalam kurun waktu 13 abad lamanya. Dahulu, negeri-negeri muslim bersatu di bawah naungan Khilafah. Kaum muslim dan kaum kafir hidup berdampingan penuh ketenangan. Mereka saling menghargai, menghormati dan saling bantu satu sama lain. Di saat itu kesejahteraan meliputi semua bidang, yaitu di bidang ilmu, sains, teknologi, ekonomi, sosial, politik dan budaya. Selama 13 abad kaum muslim dan kaum kafir menikmati kemakmuran yang tiada tandingnya melalui penerapan syari'at Islam.
Namun, sejak tanggal 3 Maret 1924 M bertepatan dengan 27 Rojab 1342 H, peradaban yang mulia itu telah sirna dihancurkan oleh Musthofa Kemal Pasha Attaturk, seorang keturunan Yahudi. Musthofa Kemal Pasha Attaturk yang selama ini diperkenalkan sebagai sosok pahlawan dan pembaharu di Turki sebenarnya adalah seorang pengkhianat yang telah meruntuhkan institusi tertinggi umat Islam, yaitu Khilafah. Sistem kehidupan Islam yang telah terterapkan selama 13 abad, digantinya dengan sekulerisme.
Tanpa Khilafah umat Islam semakin terpuruk kehidupannya, karena Khilafah adalah junnah ( perisai ) yang melindungi umat Islam dari berbagai kejahatan yang akan ditimpakan.
Nasib ummat Islam saat ini seperti tergambar dalam hadits Rasulullah SAW :
"Sungguh akan terlepas ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas, maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah hukum dan yang paling akhir adalah shalat." (HR. Ahmad 45/134 )
Fakta yang didapati sekarang memang menunjukkan demikian. Kaum muslimin tidak lagi berhukum pada syari'at Allah, sehingga tidak mengherankan jika mengalami keterpurukan dalam kehidupan.
Allah SWT telah menjanjikan bahwa suatu saat umat Islam akan berjaya kembali. Akankah kita menjadi pejuang ataukah pecundang?
Marilah saudara, kita sambut berita gembira ini dengan ambil bagian dalam perjuangan menegakkan kalam Ilahi di muka bumi. [vm]
Pengirim : Rindoe Arrayah (Pelajar Kehidupan di Komunitas Jelajah Pena )
Posting Komentar untuk "Tragedi 3 Maret 1924"