Wanita, Penopang Generasi Dambaan
Tanggal 8 Maret yang diperingati sebagai hari Perempuan Internasional telah berlalu. Namun memperbincangkan perempuan seakan tiada habisnya. Sejak pertama kali ditetapkan oleh PBB sebagai hari perempuan Internasional, banyak perempuan yang terus berusaha mendapatkan persamaan hak nya terhadap kaum pria.
Di Indonesia, peringatan hari perempuan Internasional dilakukan di kawasan MH Thamrin, Jakarta dan diikuti oleh sekitar 1500 orang dengan mengusung isu tentang kasus pembunuhan pada perempuan, isu kekerasan terhadap kelompok LGBT, perlindungan terhadap pekerja rumah tangga dan buruh migran, pernikahan anak, kekerasan dalam pacaran dan perlindungan terhadap pekerja seks, (BBC Indonesia, 3/3/2018).
Masih mengutip BBC Indonesia, Komisioner komnas perempuan, Mariam Amiruddin, menilai bahwa kasus- kasus yang menimpa perempuan tidak bisa dianggap sebagai tindak kriminal biasa, tetapi sebagai bentuk kekerasan berbasis gender, Sementara itu dari Arus Pelangi, Aksi Women March menjadi sarana untuk menyuarakan suara- suara mereka termasuk kelompok LGBT. Lain lagi dari organisasi yang mewakili pekerja rumah tangga, bahwa aksi perempuan akan digunakan untuk menyoroti soal belum adanya aturan yang melindungi sekitar empat juta lebih pekerja rumah tangga di Indonesia yang disebutnya rentan akan kekerasan fisik, eksploitasi jam kerja, upah minim, serta ketiadaan jaminan kesehatan.
Terdengar miris memang, sekian tahun peringatan hari perempuan dilakukan dengan segala tuntutan- tuntutan yang disampaikan, dengan berbagai solusi yang ditawarkan, isu-isu kesetaraan gender diperjuangkan, namun sampai sekarang kondisi perempuan masih sangat memprihatinkan. Pelecehan, penganiayaan, penyiksaan, perkosaan, pembunuhan, masih terus terjadi dan cenderung semakin meningkat tiap tahunnya.
Sejatinya pangkal dari segala permasalahan yang menimpa perempuan sekarang adalah diterapkannya sistem sekuler barat ditengah-tengah kehidupan. Didukungnya ide-ide kesetaraan gender, semakin membuat para perempuan terjajah dan tereksploitasi. Dengan dalih kebebasan, menjadikan banyak perempuan bebas berekspresi dengan mengumbar auratnya, dengan dalih kemiskinan yang mendera perempuan terpaksa harus mengais sendiri rizkinya, mengambil peran disektor publik yang memberi peluang besar terjadinya kasus- kasus yang tidak inginkannya.
Perempuan- perempuan sekarang seolah menjadi tumbal kehidupan peradaban sekuler barat dan tidak lagi menjadi perempuan- perempuan mulia dengan menjalankan fitrahya sebagai ibu dan pendidik untuk melahirkan generasi- generasi dambaan penyokong peradaban gemilang.
Islam sebagai agama dan ideologi yang tinggi dan mulia, dalam masa kejayaannya yang pernah menguasai dua pertiga dunia dengan masa 1300 tahun lamanya. Saat itu Islam telah membuktikan bahwa Islam mampu membentuk dan mencetak para perempuan- perempuan yang berandil besar dalam kemajuan peradaban. Diawal dakwah Islam, ummahatul mukminin, Khadijah istri Rasulullah tampil sebagai sosok perempuan yang tangguh, kuat, mendukung perjuangan Rasulullah. Sayyidah Aisyah, dengan kecerdasan yang dimilikinya mampu menghafal ribuan hadist Rasulullah dan dikenal sebagai guru dan rujukan sahabat maupun sahabiyah. Begitu pula dengan sosok wanita tangguh, Al- Khansa, yang rela melepas anak-anaknya untuk pergi berjihad dan menjemput syahid di medan peperangan.
Begitulah,sepanjang sejarah kejayaan Islam, telah menampilkan sosok-sosok perempuan mulia, menjalankan kedudukan dan fitrahnya dengan mendidik generasi-generasi dambaan penyokong peradaban. Sudah Saatnya bagi para perempuan untuk menyadari peran besarnya dengan kembali kepada fitrahnya sebagai ibu, untuk mendidik dan mencetak generasi- generasi dambaaan penerus peradabaan gemilang dalam bingkai aturan-aturan Islam. Wallahu a' lam. [vm]
Oleh : Afaf Nurul Inayah
Posting Komentar untuk "Wanita, Penopang Generasi Dambaan"