Turki, Entitas Yahudi, dan Pangkalan Militer di Suriah
Terjemahan
-
Netanyahu mengunjungi Hungaria mulai 2 April 2025 selama empat hari. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke negara Eropa sejak Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan perintah penangkapannya tahun lalu.
-
Secara tidak biasa, Presiden AS Donald Trump menelepon Netanyahu dan Viktor Orbán (Perdana Menteri Hungaria) saat mereka bertemu di Budapest, dan mengundang Netanyahu ke Gedung Putih. Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia berbicara dengan Netanyahu dan membahas isu-isu politik internasional. Seorang pejabat Israel mengonfirmasi undangan tersebut, meskipun tanggalnya belum ditentukan. (Cairo News, 4/4/2025)
-
Entitas Yahudi terkejut dengan undangan mendesak ini, terutama setelah Gedung Putih menolak permintaan agar pertemuan dilakukan setelah hari raya Yahudi: (Ada kekhawatiran di kantor Netanyahu karena Gedung Putih ngotot agar pertemuan berlangsung segera. Kantor Netanyahu menyatakan bahwa pertemuan akan membahas: bea cukai, upaya membebaskan warga yang diculik, hubungan Israel-Turki, ancaman Iran, dan konflik dengan Mahkamah Pidana Internasional. Saluran 12 Israel menyebut bahwa Gedung Putih mungkin akan mengejutkan Netanyahu dengan isu-isu yang tidak ia duga. Arab 48, 6/4/2025)
-
Netanyahu langsung berangkat dari Hungaria ke Washington tanpa kembali ke entitas Yahudi, menandakan adanya urgensi!
-
Dalam pernyataannya kepada sejumlah wartawan saat bertemu Netanyahu pada 7/4/2025, Trump memuji Erdogan dan menyebut percakapannya dengan Erdogan:(“Saya memberi ucapan selamat kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan... Ia melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain selama dua ribu tahun... Ia mengambil Suriah, walaupun namanya berubah-ubah dalam sejarah… melalui perantara Anda.” Trump mengatakan, “Erdogan pria yang tangguh dan sangat cerdas, dan telah mencapai sesuatu yang belum pernah dicapai siapa pun sebelumnya… Anda harus mengakui kemenangannya.” Lalu Trump berkata kepada Netanyahu: “Jika kamu punya masalah dengan Turki, saya rasa saya bisa menyelesaikannya selama kamu rasional...”) (Turk Press, 8/4/2025)
-
Maka, entitas Yahudi tidak punya pilihan selain tunduk pada permintaan Amerika:(Netanyahu mengatakan setelah bertemu Trump: “Kami membahas situasi di Suriah. Kami punya hubungan baik dengan Turki yang memburuk belakangan ini... Kami tidak ingin Suriah digunakan sebagai pangkalan untuk menyerang Israel.” (Al-Quds Al-Arabi, 8/4/2025)
-
Entitas Yahudi meluncurkan serangan udara besar-besaran ke pangkalan udara Suriah. (RT melaporkan pada 2/4/2025 bahwa lima wilayah di Suriah dibom, termasuk menghancurkan Bandara Militer Hama dan melukai puluhan warga dan tentara.)
-
Bandara-bandara tersebut adalah lokasi yang direncanakan Turki untuk mendirikan pangkalan militer berdasarkan kesepakatan dengan pemerintahan baru Suriah. (Menteri luar negeri Israel menuduh Turki berperan negatif di Suriah dan memperingatkan Presiden transisi Suriah, Ahmad Shar’a, bahwa dia akan membayar mahal jika membiarkan “kekuatan musuh” masuk ke negaranya. BBC, 5/4/2025)
-
Dilaporkan tiga insinyur Turki tewas dalam serangan di Bandara Hama. (Irm News, 4/4/2025)
-
Turki tampak sangat marah atas serangan tersebut dan segera menghubungi Amerika untuk menghentikan Israel, terutama karena Turki sedang menjalankan misi yang disepakati dengan Amerika. Maka, Trump pun mengundang Netanyahu secara mendadak dan memintanya menyelesaikan persoalan dengan Turki secara rasional.
-
Menteri Luar Negeri Turki mengatakan bahwa Amerika harus “mengendalikan” Netanyahu. (Anadolu, 9/4/2025)
-
Diumumkan dimulainya pembicaraan langsung antara Israel dan Turki untuk mencegah “kesalahpahaman” di Suriah. (RT, 9/4/2025)
-
Menteri luar negeri Turki menyatakan bahwa perlu ada mekanisme untuk mencegah bentrokan dengan Israel di Suriah, seperti mekanisme yang sudah ada dengan AS dan Rusia. (Al Arabiya, 10/4/2025)
-
Seorang sumber Suriah menyebut bahwa yang dibicarakan antara Turki dan Israel adalah perjanjian “non-konflik” untuk saling memberi informasi jika ada pesawat Israel di wilayah Suriah. (Independent Arabia, 9/4/2025)
-
Para pejabat Turki menyatakan bahwa mereka akan melanjutkan pembicaraan teknis dengan Israel guna menghindari benturan di Suriah. (Al-Sharq Al-Awsat, 13/4/2025)
-
Al Jazeera mengutip penulis Andrea Moratori yang menyebut bahwa Turki kini memainkan peran sentral bagi pemerintah AS sebagai jembatan dalam menyelesaikan banyak isu global, dan bahwa Trump sangat mengagumi Erdogan. (Al Jazeera, 14/4/2025)
Semua ini menunjukkan bahwa Amerika memperlakukan Israel (musuh) dan Turki (sekutu) sebagai dua alat kendalinya dalam rangka mencapai kepentingan strategisnya di kawasan.
"Palestina bukan milikku pribadi, melainkan milik umat Islam. Rakyatku telah berjihad demi tanah ini dan mengucurkan darah mereka untuknya. Biarkan Yahudi menyimpan uang emas mereka. Jika suatu hari Khilafah ini runtuh, barulah mereka bisa mengambil Palestina tanpa membayar satu sen pun..." — Dan itulah yang terjadi!
Kini, setelah runtuhnya Khilafah, Turki pun dihalangi oleh entitas Yahudi untuk memiliki pangkalan militer di Suriah, walaupun telah disetujui oleh pemerintah Suriah... Beginilah nasib umat Islam setelah hilangnya Khilafah... dan ini adalah bencana besar!
Sesungguhnya kekuatan dan kemuliaan kaum Muslimin hanya bisa diraih dengan tegaknya Khilafah. Hizbut Tahrir, partai pelopor yang tidak pernah berdusta kepada umatnya, menyeru kepada para pemilik kekuatan di negeri-negeri Muslim agar menolongnya dalam melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan kembali Khilafah, hingga umat Islam kembali mulia:
﴿وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
"Dan pada hari itu bergembiralah orang-orang mukmin, dengan pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang."
Posting Komentar untuk "Turki, Entitas Yahudi, dan Pangkalan Militer di Suriah"