2019 Saatnya Berubah, Agar Meraih Berkah
Oleh: Siti Maysaroh Amd.AK
Pilu bak ditusuk sembilu, perih tak terperi luka muslim negeri ini semakin menganga. 2018 penuh luka menyayat dada, ulama dipersekusi, ormas islam dibubarkan, ekonomi semakin sulit belum lagi bencana terjadi di darat dan di udara merenggut banyak jiwa. Pesawat jatuh, gempa, banjir, tsunami terjadi silih berganti, Ratusan meninggal. Ratusan luka-luka. Ratusan hilang. Tsunami banten kemarin seolah menjadi bencana penutup di tahun 2018.
Sebagai Muslim, kita tentu harus menyikapi aneka musibah secara benar sesuai dengan tuntunan syariah. Karena itu hakikat musibah ini harus betul-betul kita pahami.
Secara umum musibah ada dua macam. Pertama: Musibah karena faktor alam yang merupakan bagian dari sunatullah atau merupakan qadha (ketentuan) dari Allah SWT yang tak mungkin ditolak. Misalnya musibah gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dll. Di antara adab dalam menyikapi qadha ini adalah sikap ridha dan sabar baik bagi korban ataupun keluarga korban. Bagi kaum Mukmin, qadha ini merupakan ujian dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya: Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan kelaparan. Juga berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (TQS al-Baqarah [2]: 155).
Orang yang berakal akan menjadikan sikap sabar sebagai pilihannya dalam menyikapi musibah. Ia ridha terhadap _qadha_ dan takdir Allah SWT yang menimpa dirinya tanpa berkeluh-kesah (Al-Jazairi, Mawsûah al-Akhlâq,1/137).
Apalagi musibah apapun yang menimpa seorang Mukmin, besar atau kecil, bisa menjadi wasilah bagi penghapusan dosa-dosanya. Rasulullah saw. bersabda:
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَ
Artinya: Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus dosa-dosanya.(HR al-Bukhari dan Muslim).
Tentu, dosa-dosa terhapus dari orang Mukmin yang tertimpa musibah jika ia menyikapi musibah itu dengan keridhaan dan kesabaran (Lihat: Ibn Qudamah al-Maqdisi, _Mukhtashar Minhâj al-Qâshidîn, 1/272).
Kedua:Musibah yang merupakan akibat dari berbagai kemaksiatan manusia dan pelanggaran mereka terhadap syariah Allah SWT. Terutama yang dilakukan oleh para penguasa dalam wujud berbagai tindakan zalim yang mereka lakukan. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali (ke jalan-Nya) (TQS ar-Rum [30]: 41).
Musibah banjir, misalnya, bisa jadi karena banyak manusia melakukan kemaksiatan dan pelanggaran. Salah satunya menggunduli hutan dengan cara semena-mena.
Contoh lain adalah musibah kemiskinan yang menimpa bangsa ini, justru di tengah-tengah kekayaan negeri ini yang melimpah-ruah. Jelas, kemiskinan di negeri ini antaranya merupakan akibat rezim ini secara zalim menyerahkan sebagian besar kekayaan alam milik rakyat kepada pihak swasta bahkan asing. Contohnya jutaan ton tambang emas di Papua. Berpuluh-puluh tahun tembang tersebut sebagian besarnya dinikmati oleh perusahaan asing, PT Freeport. Bukan dinikmati oleh rakyat negeri ini. Bahkan Rakyat Papua, di tengah limpahan emas, tembaga dll, malah banyak yang hidup miskin.
Kemiskinan di negeri ini juga diakibatkan oleh karena negeri ini terjerat utang ribawi. Saat ini utang tersebut nyaris menyentuh angka Rp 5.000 triliun, dengan bunga yang harus dibayar setiap tahun lebih dari Rp 100 triliun. Akibatnya, pendapatan negara yang seharusnya bisa digunakan untuk mengatasi kemiskinan, terpakai untuk membayar utang ribawi berikut bunganya.
Demikian pula musibah lain dalam bentuk bencana moral seperti maraknya perzinaan, LGBT, dll. Musibah ini lalu melahirkan ragam bencana lain berupa penyakit yang sulit diobati. Di antaranya HIV/AIDS.
Maraknya riba, yang pelaku utamanya adalah negara, dan zina yang juga dibiarkan oleh negara, boleh jadi menjadi penyebab datangnya azab Allah SWT atas negeri ini. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَ الرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
Jika zina dan riba telah merajarela di suatu negeri, berarti mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri. (HR al-Hakim, Al-Mustadrak, 2/42).
Tahun 2018 telah berlalu Dengan kesedihan bagi negeri ini khususnya umat islam, kedzaliman demi kedzaliman, kedurhakaan demi kedurhakaan terjadi dengan telanjang hingga mengundang berbagai peringatan dari Allah.
2019 Saatnya Berubah
Sudah saatnya di tahun 2019 ini umat memuhasabah diri khususnya penguasa negeri ini agar menerapkan hukum Islam atau syariah Islam secara kaffah karena penerapan islam secara kaffah adalah wujud hakiki dari ketakwaan. Ketakwaan pasti akan mendatangkan keberkahan berlimpah dari langit dan bumi. Sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka kerjakan (TQS al-Araf [7]: 96).
Dari paparan di atas sudah jelas, bahwa kunci keberkahan hidup adalah taqwa kepada Allah SWT. Tentu dengan taqwa yang sebenar-benarnya. Yaitu mengikuti seluruh petunjuk Allah SWT di dalam al-Quran. Allah SWT berfirman:
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya: Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati. Karena itulah, ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat (TQS al-Anam [6]: 155).
Alhasil, agar hidup kita menjadi berkah, dan jauh dari segala musibah, kita harus berubah. Caranya adalah dengan meninggalkan hukum jahiliah, yang telah terbukti mendatangkan kesengsaaran dan musibah di negeri ini. Lalu kemudian kita fokus menegakkan syariah islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, sebagai wujud menerapkan seluruh isi al-Quran. Dalam institusi khilafah ala minhaj an-nubbuwah. [vm]
Wallahu'alam bi showab
Posting Komentar untuk "2019 Saatnya Berubah, Agar Meraih Berkah"