Rezim Gagal Memelihara Moral Masyarakat
Berita prostitusi online yang melibatkan para artis kembali mencuat ke permukaan. Berita ini bukan pertamakalinya. Pada kasus artis berinisial VA yang diduga mendapat bayaran 80 juta rupiah dan photo model AS dengan bayaran 25 juta rupiah untuk sekali kencan, yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Subdit V Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Jawa Timur adalah kedua orang mucikarinya yang berasal dari Jakarta Selatan, berinisial TN (28) dan ES (37), sedangkan VA dan AS sendiri dibebaskan dengan alasan mereka adalah korban prostitusi, tidak ada pasal undang-undang yang bisa menjeratnya. Direktur kriminal khusus Polda Jatim, Kombes Pol Ahmad Yusep Gunawan menduga banyak artis dan selegram yang terlibat dalam prostitusi on line tersebut.(Republika.co.id)
Berita lain muncul dari tanggapan saudari Afi Nihaya Faradisa, yang beranggapan kedudukan seorang pelacur dengan bayaran mahal lebih tinggi dibanding seorang ibu rumah tangga.
Sebagai orang yang beriman, yang yakin ada hisab Allah SWT, tentu saja berita di atas sangat menghawatirkan dan menyedihkan. Kenapa kehidupan ini semakin rusak? Bencana yang berturut-turut belum mampu mengingatkan kaum Muslimin untuk kembali taat pada Allah SWT, kembali taat pada seluruh aturanNya. Dari sisi kelakuan maupun berfikirnya.
Mari kita analisa, kalau mucikarinya saja yang kena sanksi, pelakunya tidak, dengan alasan tidak ada pasal yang bisa menjeratnya, secara pasti prostitusi akan senantiasa ada, bisa terjadi tanpa mucikari. Permasalahan disamping ada pada pelaku juga terletak pada aturan yang diterapkan, yaitu aturan buatan manusia yang lemah dan banyak kekurangan. Disamping itu kenapa kemudian muncul sesat berfikir? Mendudukkan pelacur dengan bayaran mahal lebih tinggi dibanding ibu rumah tangga? Kalau orang berbuat dosa, kemudian menyadari akan dosa dan kesalahannya, itulah yang kita harapkan.Tetapi kalau sesat dalam berfikir, merasa benar apa yang diungkapkan, tidak ada rasa malu ataupun bersalah, itu lebih berbahaya. Karena bisa menyesatkan banyak orang. Untuk dirinya sendiri bagaimana bisa bertaubat kalau merasa benar.
Indonesia, mayoritas penduduknya Muslim. Tidak sedikit para penyeru kebenaran (ulama) yang telah mengingatkan haramnya pelacuran malah telah menyampaikan bahwa pelacuran menjadi salah satu penyebab turunnya azab Allah disamping riba. Peringatan tersebut bukan hanya ditujukan pada individu dan masyarakat bahkan pada rezim pemegang kebijakan dan kekuasaan. Selama rezim saat ini menerapkan ideologi kapitalisme - demokrasi - sekular, selama itu pula moral bangsa ini berada dalam kerusakan dan kehancuran. Kapitalisme telah menjadikan materi sebagai nilai yang diagungkan dan dijadikan tolok ukur kebahagiaan. Demokrasi telah mengajarkan kebebasan dalam bertingkahlaku maupun berpendapat (hasil dari berfikir). Begitu pula sekularisme (paham pemisahan agama dari kehidupan) secara perlahan telah masuk pada akal dan fikiran sebagian umat Islam hingga berhasil merubah pola fikir dan pola sikap (kepribadian) mereka. Kapitalisme - demokrasi - sekular masuk dari berbagai pintu, salah satunya melalui berbagai tontonan yang akhirnya menjadi tuntunan. Identitas keislaman pun semakin tergerus dan cenderung hilang. Pembiaran oleh penguasa, serta lebih ditanamkannya ke 3 paham di atas yang sangat bertentangan dengan Islam, menambah cepat penyakit asusila dan sesat berfikir ini merambah ke berbagai level masyarakat. Maka permasalahan utamanya ada pada ideologi atau aturan yang diterapkan penguasa. Ideologi atau sistem aturan yang rusak cenderung akan menciptakan masyarakat yang rusak. Sekuat apapun, sebanyak apapun usaha yang dicurahkan oleh pemangku kebijakan negeri ini/rezim saat ini secara pasti akan menemui kegagalan. Apalagi rezim membiarkan malah memfasilitasi.
Sudah saatnya, kita, masyarakat, juga rezim menyadari untuk kembali pada Islam, pada sistem Islam yaitu khilafah Islamiyyah yang mendasarkan seluruh pengaturan, pengurusan, serta sanksi pada al Qur'an dan as Sunnah. Sudah terbukti berabad-abad lamanya khilafah telah berhasil menghantarkan masyarakatnya pada peradaban mulia. Khilafahlah satu-satunya sistem aturan yang mampu menjaga ketinggian akhlak masyarakatnya, karena para penguasanya menyadari betul, bahwasannya menjaga masyarakat adalah tugas mulia disamping kewajiban dari Allah SWT yang akan dimintai pertanggungjawaban. [vm]
Wallahu a'lam bi ash shawwab
Pengirim : Enok Sonariah, Bandung
Posting Komentar untuk "Rezim Gagal Memelihara Moral Masyarakat"