Data Menunjukkan, Lebih dari 2.200 Orang Indonesia Telah Meninggal dengan Gejala Covid-19


Jakarta, Visi Muslim- Lebih dari 2.200 orang Indonesia telah meninggal dengan gejala akut Covid-19 tetapi tidak dicatat sebagai korban penyakit ini, sebuah tinjauan Reuters menunjukkan data tersebut berasal dari 16 dari 34 provinsi di negara tersebut.

Tiga ahli medis mengatakan besarnya angka tersebut mengindikasikan jumlah korban jiwa kemungkinan akan jauh lebih tinggi daripada angka resmi yang dilaporkan pemerintah Indonesia berjumlah 773 korban jiwa yang dilaporkan pada Selasa, (28/4/2020).

Indonesia memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di dunia dan beberapa ahli epidemiologi mengatakan bahwa sulit untuk mendapatkan gambaran akurat tentang tingkat infeksi di negara terpadat keempat di dunia.

Data terbaru dari 16 provinsi menunjukkan ada 2.212 kematian pasien di bawah pengawasan karena mereka memiliki gejala coronavirus akut.

Kementerian kesehatan Indonesia menggunakan akronim PDP untuk mengklasifikasikan pasien-pasien ini saat tidak ada gejala klinis lain.

Data dikumpulkan oleh lembaga provinsi setiap hari atau setiap minggu dari angka yang dipasok oleh rumah sakit, klinik dan pejabat yang mengawasi pemakaman. Data itu diperoleh Reuters dengan memeriksa situs web, berbicara dengan pejabat provinsi dan meninjau laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

2.212 kematian merupakan tambahan dari kematian 773 orang yang dites positif Covid-19 di provinsi-provinsi tersebut dan secara resmi dicatat sebagai korban penyakit ini.

Ke 16 provinsi tersebut mencakup lebih dari tiga perempat dari 260 juta penduduk negara itu.

Seorang anggota senior gugus tugas Covid-19 pemerintah, Wiku Adisasmito, tidak membantah temuan Reuters tetapi menolak mengomentari jumlah korban virus korona yang ia yakini dapat ditemukan di antara pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP.

Dia mengatakan banyak dari 19.897 orang yang diduga penderita coronavirus di Indonesia belum diuji karena antrian panjang spesimen yang menunggu diproses di laboratorium yang kekurangan staf.

Beberapa orang telah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis, katanya.

"Jika mereka memiliki ribuan atau ratusan sampel yang perlu mereka uji, mana yang akan mereka prioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas kepada orang-orang yang masih hidup," katanya kepada Reuters.

Adisasmito adalah pakar kesehatan masyarakat senior di satuan tugas Covid-19 Indonesia dan kantor pers Presiden Joko Widodo biasanya merujuk pertanyaan ke satuan tugas.

Menurut pedoman Covid-19 terbaru dari Departemen Kesehatan, pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP adalah pasien dengan penyakit pernapasan akut yang tidak ada penjelasan klinis selain coronavirus baru.

Untuk diklasifikasikan sebagai PDP, pasien juga harus melakukan perjalanan ke suatu negara, atau suatu daerah di Indonesia, di mana virus corona bisa bertahan dalam waktu 14 hari sejak jatuh sakit.

"Saya percaya sebagian besar kematian PDP disebabkan oleh Covid-19," kata Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi di Universitas Indonesia, mengutip gejala Covid-19 mereka dan bahwa tidak ada penyebab lain kematian yang diidentifikasi.

Beberapa anggota senior pemerintah mengecilkan risiko wabah pada Januari dan Februari dengan beberapa menyarankan bahwa doa, pengobatan herbal dan cuaca panas akan membantu menangkal virus. Jumlah korban tewas sekarang adalah yang tertinggi di Asia setelah China, menurut penghitungan Reuters.

Data pemakaman provinsi yang di laporkan oleh Reuters bulan ini ada peningkatan jumlah penguburan di ibu kota Jakarta pada Maret naik 40 persen. Gubernur kota itu mengatakan kepada Reuters bahwa coronavirus adalah satu-satunya penjelasan mengapa ada peningkatan pemakaman di ibukota.

Indonesia telah secara resmi mencatat 9.511 infeksi virus korona pada tanggal 28 April. Indonesia telah melakukan 210 tes per juta orang. Negars tetangganya Australia telah menguji 100 kali lebih banyak per kapita, sementara pengujian Vietnam sekitar 10 kali lebih tinggi.

"Tingkat infeksi dan kematian sebenarnya lebih tinggi daripada data yang dilaporkan secara resmi karena tes kami masih sangat rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk kami," kata Dr Iwan Ariawan, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dituduh oleh para aktivis dan penentang politiknya karena kurangnya transparansi dalam menangani epidemi.

Pemerintah mengatakan telah mengambil langkah-langkah yang tepat, tetapi Joko mengatakan pada bulan lalu bahwa beberapa informasi telah dirahasiakan dari publik untuk mencegah kepanikan.

Jokowi mengatakan minggu lalu bahwa dia telah memerintahkan para menterinya untuk melaporkan data Covid-19 dengan jujur. Pemerintahannya mengumumkan inisiatif transparansi baru pada dua minggu lalu, tetapi situs web baru yang dijanjikan dengan semua data belum diluncurkan.

Daeng Faqih, ketua Asosiasi Dokter Indonesia, telah mendesak pemerintah untuk mengungkap jumlah data real yang dicurigai sebagai pasien Covid-19 yang telah meninggal tetapi tidak diuji.

Kantor perwakilan WHO di Indonesia juga mengatakan pada akhir pekan bahwa kematian akibat virus corona harus diungkapkan.

Adisasmito mengatakan pemerintah tidak menyembunyikan data dan bahwa dia tidak mengetahui bahwa WHO telah menyerukan dugaan statistik kematian Covid-19 untuk dipublikasikan.

Pada hari Selasa, WHO menolak memberikan komentar apa pun terkait laporan situasi terbarunya di Indonesia. [] Gesang

Posting Komentar untuk "Data Menunjukkan, Lebih dari 2.200 Orang Indonesia Telah Meninggal dengan Gejala Covid-19"